Dalam penyesalanku, hal pertama yang aku rasakan adalah seakan-akan aku ingin mati saja. Aku merasa tidak pantas untuk hidup, walaupun aku menyangka aku telah menikmati hidupku. Tatkala aku mendengar ayat tersebut sampai saat ini, aku masih tidak percaya, bagaimana secara kebetulan aku bisa mendengar ayat itu- keinginanku sangat kuat untuk mengganti segala apa yang telah hilang dalam diriku dan hidupku. Aku ingin mengganti kehidupanku bersama ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Seolah dahulu aku telah kehilangan Nabi Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam (yang menjadi tauladanku).
Dulu aku yakin dengan sosok diriku. Aku
memiliki tubuh yang kuat dan atletis. Para lelaki yang melihatku akan
ketakutan, sedangkan setiap wanita yang berpapasan denganku berharap untuk
kusapa. Padahal sebenarnya dari dalam, diriku sangatlah lemah. Aku tidak mampu
berinteraksi dengan diriku sendiri. Aku juga tidak mampu mengendalikan diri saat
berbuat sesuatu hingga melampaui batas. Aku tidak punya kekuatan untuk
menguasai hawa nafsuku dan meredamnya.
Setelah kembali kepada Allah, aku
menyadari keberadaanku bagaikan seorang “anak kecil” yang tersesat jalan dan
telah dirusak oleh keluarganya.
Kini aku berkata, “Aku harus mendidik
anak kecil itu, serta mengembalikannya pada sesuatu yang tidak dipahaminya.”
Aku pun mulai berjanji, “Besok, aku
akan berpuasa.” Seandainya” Anak kecil” dalam diriku berteriak, “Bagaimana
mungkin kamu akan berpuasa, padahal kamu punya banyak pekerjaan, kuliah,
latihan, dan lain-lain?”
Aku tidak akan menurutinya. Aku tahu
bahwa ia akan selalu protes manakala aku ingin melakukan kebaikan. Aku memaksa
diriku untuk taat, hingga aku berhasil mengungkap banyak rahasia diriku yang
sebelumnya tidak kuketahui, yaitu kekuatan diri yang sangat luar biasa.
Alhamdulillah.
Seperti itulah hawa nafsu, layaknya anak kecil yang selalu memaskakan kehendaknya jika menginginkan sesuatu. tetapi jika kita terbiasa melatihnya ia tidak terlatih untuk menahan diri.
Seperti itulah hawa nafsu, layaknya anak kecil yang selalu memaskakan kehendaknya jika menginginkan sesuatu. tetapi jika kita terbiasa melatihnya ia tidak terlatih untuk menahan diri.
Abdurrahman menceritakan pengalamannya
dan berkata, “Aku merasakan hatiku tenang dan damai, saat aku berpikir tentang
kebesaran rahmat Tuhan atas diriku. Aku pun selalu mengingat pengaruh dari
rahmat tersebut (yaitu, kembalinya aku kepada Allah)”.
Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan
wahyu-Nya kepada Nabi Daud as, “Wahai Daud, kalaulah sekiranya manusia berpikir
tentang kerinduan-Ku akan kembalinya mereka kepada-Ku, dan kegembiraan-Ku
dengan taubat mereka, niscaya mereka semua akan meleburkan cinta mereka
kepada-Ku. Hai Daud, ini adalah kesenanganku dengan orang-orang yang berpikir
saja, lalu bagaimana cinta-Ku kepada orang-orang yang memang telah menerima
cinta-Ku?”
Saudaraku, kita sering kali tidak
mengetahui bagaimana Allah mencintai kembalinya kita kepada-Nya. Tahukah Anda, keberhasilan
yang lebih indah dalam hidup ini ialah jika Allah sampai jatuh cinta kepada
kita.
Abdurrahman adalah salah satu contoh
bagi kita untuk meyakinkan besarnya karunia Allah yang dilimpahkan kepada kita.
Padahal sebelumya, hidupnya selalu penuh dengan masalah. Saya yakin bahwa
wajahnya yang dahulu sangat berbeda jauh dengan wajahnya sekarang, setelah dia
memperoleh hidayah-Nya. Bahkan segala sesuatu dalam hidupnya kini menjadi lebih
indah dan membahagiakan.
Saudaraku, diantara pilar utama bagi semua kebaikan adalah menyadari bahwasanya apa-apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa-apa yang tidak dikehendaki-Nya tidaklah akan pernah terjadi. Dengan demikian, kita menjadi yakin bahwa semua kebaikan semata-mata adalah nikmat dari Allah, dan kita akan mensyukurinya dan memohon agar Dia tidak mencabut semua nikmat tersebut.
Diwaktu yang sama, kita menjadi yakin bahwa semua keburukan yang selama ini terjadi dikarenakan penelantaran dan hukuman dari Allah, sehingga kita akan memohon kepada-Nya agar diselematkan dari keburukan itu dan supaya Dia tidak menyerahkan Anda (dan saya) kepada diri Anda sendiri dalam mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Salah seorang Syaikh Imam Masjid Quba pernah memberikan nasehat "Setiap kali engkau memperbaiki niatmu, maka Allah akan memperbaiki keadaanmu."
Selama iman masih bersemi dihati kita, selama itulah kebahagiaan akan menyelimuti hari-hari kita. Semoga Allah selalu memberi taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Saudaraku, diantara pilar utama bagi semua kebaikan adalah menyadari bahwasanya apa-apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa-apa yang tidak dikehendaki-Nya tidaklah akan pernah terjadi. Dengan demikian, kita menjadi yakin bahwa semua kebaikan semata-mata adalah nikmat dari Allah, dan kita akan mensyukurinya dan memohon agar Dia tidak mencabut semua nikmat tersebut.
Diwaktu yang sama, kita menjadi yakin bahwa semua keburukan yang selama ini terjadi dikarenakan penelantaran dan hukuman dari Allah, sehingga kita akan memohon kepada-Nya agar diselematkan dari keburukan itu dan supaya Dia tidak menyerahkan Anda (dan saya) kepada diri Anda sendiri dalam mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Salah seorang Syaikh Imam Masjid Quba pernah memberikan nasehat "Setiap kali engkau memperbaiki niatmu, maka Allah akan memperbaiki keadaanmu."
Selama iman masih bersemi dihati kita, selama itulah kebahagiaan akan menyelimuti hari-hari kita. Semoga Allah selalu memberi taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Jakarta, 28 Syawal 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.