Jumat, 31 Januari 2025

Menjadi Pribadi yang Rendah Hati dan Berbuat Baik dalam Setiap Keadaan


Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan bertemu dengan berbagai jenis orang—ada yang baik kepada kita, ada yang tidak memperlakukan kita dengan baik, dan ada pula yang bahkan berbuat buruk kepada kita. Bagaimana kita merespons mereka adalah cerminan dari hati dan kepribadian kita.

Orang yang memiliki kerendahan hati (tawadhu') dan akhlak yang baik tidak hanya berbuat baik kepada mereka yang baik kepadanya, tetapi juga kepada mereka yang tidak menunjukkan kebaikan. Bahkan, ia tetap menebarkan kebaikan kepada mereka yang bersikap buruk.

Namun, menghadapi orang yang tidak baik bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar tetap bersikap positif dan mengambil hikmah dari setiap pertemuan:

1. Bersyukur Bahwa Kita Bukan Pelakunya

Ketika kita bertemu dengan orang yang berbuat buruk, jangan langsung merasa marah atau tersinggung. Sebaliknya, bersyukur bahwa kita bukanlah orang yang menyakiti orang lain.

Bayangkan, betapa beratnya menjadi orang yang tidak baik—hidupnya penuh dengan energi negatif, kebencian, dan kesombongan. Sebaliknya, ketika kita berusaha untuk tetap berbuat baik, itu adalah bukti bahwa Allah sedang menjaga kita dari keburukan hati.

Seperti yang Rasulullah ﷺ katakan dalam hadis:
"Barang siapa yang tidak mengasihi, maka dia tidak akan dikasihi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita tidak bisa mengontrol bagaimana orang lain bersikap, tetapi kita bisa mengontrol bagaimana kita merespons mereka.

Baca juga: Apapun yang Terjadi Bersyukurlah

2. Ladang Ilmu: Pelajaran dari Allah

Setiap pertemuan dalam hidup adalah pelajaran dari Allah. Jika kita bertemu orang yang tidak baik, itu adalah cara Allah mengajari kita bagaimana seharusnya kita tidak bersikap.

Misalnya, jika kita melihat seseorang yang sombong dan suka merendahkan orang lain, itu adalah peringatan bagi kita agar tidak menjadi orang yang seperti itu. Jika kita melihat seseorang yang kasar dalam berbicara, itu adalah tanda bahwa kita harus menjaga tutur kata kita.

Allah tidak pernah mempertemukan kita dengan seseorang tanpa alasan. Semua adalah bagian dari skenario-Nya untuk membentuk karakter kita.

"Sungguh, dalam setiap kejadian pasti ada hikmah bagi orang-orang yang berpikir." (QS. Ali Imran: 190)

3. Ladang Evaluasi Diri

Mungkin kita berpikir bahwa kita adalah korban dari orang yang tidak baik. Tapi, pernahkah kita bertanya, “Apakah saya juga seperti ini kepada orang lain?”

Sering kali, kita mendapatkan perlakuan buruk karena kita juga pernah melakukan hal yang sama, meskipun kita tidak menyadarinya. Misalnya:

  • Jika kita diperlakukan dengan kasar, mungkin kita juga pernah berbicara dengan nada yang menyakitkan kepada orang lain.
  • Jika kita diabaikan, mungkin kita juga pernah mengabaikan orang lain.
  • Jika kita tidak dihormati, mungkin kita juga kurang menghormati orang lain.

Allah berfirman:
"Musibah apa pun yang menimpa kamu itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak kesalahan." (QS. An-Nisa: 79)

Jangan-jangan, orang yang tidak baik yang kita temui itu adalah cerminan dari diri kita sendiri.

4. Ladang Tobat

Jika kita mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan, jangan langsung menyalahkan orang lain. Sebaliknya, jadikan itu sebagai kesempatan untuk bertobat.

"Ya Allah, pasti kepahitan ini terjadi karena dosa-dosaku. Jika aku mendapat perlakuan buruk, mungkin aku pernah menyakiti orang lain. Ampuni aku, ya Allah."

Banyak orang merasa dirinya adalah korban, padahal bisa jadi kita sendiri yang mengundang keburukan dengan dosa-dosa kita. Oleh karena itu, daripada terus menyalahkan orang lain, lebih baik kita introspeksi diri dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah.

5. Latihan Kesabaran dan Keikhlasan

Tidak mudah untuk tetap bersikap baik kepada orang yang memperlakukan kita dengan buruk. Tapi justru di situlah letak latihan kesabaran yang sebenarnya.

Allah berfirman:
"Tolaklah keburukan dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antara kamu dan dia ada permusuhan seakan-akan menjadi teman yang setia." (QS. Fussilat: 34)

Latihan yang bisa kita lakukan:
Latihan tidak mudah marah ketika diperlakukan tidak baik.
Latihan memaafkan meskipun orang itu tidak meminta maaf.
Latihan membalas dengan kebaikan kepada orang yang berbuat buruk kepada kita.

Ciri-Ciri Orang Rendah Hati (Tawadhu')

Orang yang rendah hati tidak akan mudah tersinggung atau merasa lebih baik dari orang lain. Salah satu cara melatih ketawadhuan adalah dengan melihat orang lain lebih mulia dari diri kita:

  1. Jika bertemu anak muda: "Mereka lebih sedikit dosanya dibanding saya."
  2. Jika bertemu orang tua: "Pahalanya pasti lebih banyak dari saya."
  3. Jika bertemu orang yang berbuat salah: "Siapa tahu ini adalah dosa terakhirnya sebelum bertobat, sementara saya masih terus berdosa."

Orang yang tawadhu tidak sibuk membandingkan dirinya dengan orang lain dalam hal dunia, tetapi ia selalu merasa bahwa dirinya lebih rendah dalam hal ibadah.

Ciri Orang Tawadhu yang Sejati

  1. Mudah menerima nasihat
    – Orang yang rendah hati senang mendapat masukan, karena ia sadar dirinya tidak sempurna.

  2. Ringan bersedekah
    – Ia tidak pelit, karena ia tahu bahwa semua yang ia miliki hanyalah titipan Allah.

  3. Pemaaf dan tidak menyimpan dendam
    – Ia tidak sibuk membalas kejahatan dengan keburukan, tetapi membalasnya dengan kebaikan.

  4. Tidak mudah tersinggung
    – Jika ada yang tidak menghormatinya, ia tidak merasa direndahkan. Ia tahu bahwa kehormatan sejati datang dari Allah, bukan dari pengakuan manusia.

Ketawadhuan Rasulullah ﷺ

Rasulullah adalah teladan terbaik dalam hal kerendahan hati:

  • Beliau pergi ke pasar sendiri untuk berbelanja.
  • Beliau menjahit pakaiannya sendiri.
  • Beliau duduk di majelis di mana pun ada tempat.
  • Beliau datang jika diundang makan oleh siapa saja, tanpa memandang status sosial.
  • Saat penaklukan Mekah, beliau masuk kota dengan menundukkan kepala, tidak dengan kesombongan.

Jika seorang nabi yang begitu mulia tetap rendah hati, maka siapakah kita untuk merasa lebih tinggi dari orang lain?

Kesimpulan: Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Ketika kita bertemu dengan orang yang tidak baik, jangan langsung marah atau merasa tersakiti. Jadikan itu sebagai:
Ladang syukur karena kita tidak menjadi orang yang menyakiti.
Ladang ilmu agar kita tidak meniru sikap buruknya.
Ladang evaluasi untuk melihat apakah kita juga pernah melakukan kesalahan yang sama.
Ladang tobat untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah.
Ladang latihan sabar agar kita semakin kuat dalam menghadapi kehidupan.

Semoga kita semua bisa menjadi orang yang rendah hati, mudah memaafkan, dan terus berbuat baik—bukan karena orang lain baik kepada kita, tetapi karena itulah yang Allah perintahkan. Coba Amalkan dan rasakan dampaknya pada jiwa. Semoga Allah tolong kita untuk mengamalkannya.

Tulisan terkait: Belajar Memaafkan

Aamiin.

Malang, 1 Syaban 1446 H/ 31 Januari 2025 M

Hamba Allah yang Mengharapkan Ridho dan AmpunanNya

2 komentar:

  1. “Bersyukur Bahwa Kita Bukan Pelakunya
    Ketika kita bertemu dengan orang yang berbuat buruk, jangan langsung merasa marah atau tersinggung. Sebaliknya, bersyukur bahwa kita bukanlah orang yang menyakiti orang lain.”

    Alhamdulillah kata-kata ini seketika menyadarkan saya untuk selalu berusaha berbuat baik kepada siapa saja. Kadang dalam hal kecil saya tidak sadar melukai perasaan sodara saya. Terima kasih sudah berbagi pesan yang baik ini. Sukses selalu Bapak Rio Saputra ☺️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, Butuh pertolongan Allah dan mujahadah (kesungguh-sungguhan) untuk mengamalkan ini. Semoga Allah memberkahi Pak Rizky. Terima kasih sudah meninggalkan jejak.

      Hapus

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.