Jumat, 25 Mei 2018

Cara Bermu'amalah dengan Al-Qur'an


Saudaraku, salah satu keistimewaan bulan suci ramadan adalah bulan yang di dalamnya Al-Qur’an diturunkan. Sebagian besar umat islam berlomba-lomba mengkhatamkan membaca ayat suci Al-Qur’an, di sisi lain mungkin saja hingga hari ini belum pernah menyentuh Al-Qur’an.


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ


"Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk serta pembeda ( antara kebenaran dan kebathilan)" (QS.Al-Baqarah:185).


Lalu, bagaimana sebenarnya cara bermu’amalah dengan Al-Qur’an? Ustadz Kathur Suhardi memberikan 11  cara yang sangat penting kita cermati.

1. Al-Hubb al-khalish. Mencintai Al-Qur'an secara tulus. Ini tingkatan orang awam yang paling awam yang tidak pernah bermu'amalah dengannya. Karena Muslim dia mencintainya. Secara tulus.

2. Al-Julus fi majlisil-Qur'an. Duduk dalam majlis Al-Qur'an. Walau dia melakukannya sambil melakukukan aktivitas lain walau sambil mengantuk.

3. As-Sam'u wal-istima'. Yang pertama mendengar Al-Qur'an secara tidak disengaja seperti karena berlalu di dekat orang yang membacanya dan secara kebetulan dia mendengarnya. Kedua mendengar dengan sengaja karena ingin mendengarkan orang lain membacanya, yang boleh jadi dia tidak mampu membacanya.

4. Al-Inshat. Setingkat di atas al-istima'. Mendengarkan bacaannya dan benar-benar ingin meresapinya.

5. Al-Qira'ah. Secara aktif membacanya walau tidak mengerti maknanya dan tidak pula mentadabburinya. Kadang membacanya dan kadang tidak membacanya. Cara membacanya pun tanpa ilmu tajwid.

6. At-Tartil. Membacanya secara fasih berdasarkan ilmu tajwid tapi juga tidak paham maknanya. Kadang membacanya dan kadang tidak membacanya.

7. At-Tilawah. Membacanya secara fasih berdasarkan ilmu tajwid tapi juga tidak paham maknanya namun rutin membacanya.

8. Al-Hifdh. Membacanya secara tartil dan tilawah serta menghapalnya. Sampai point ini belum tentu dia memahami kandungan dan maknanya. Dan yang demikian itu banyak terjadi.

9. At-Tafakkur wat-tadabbur. Membacanya secara tartil dan tilawah serta menghapalnya, sangat memahami makna dan kandungannya karena memiliki ilmu pirantinya seperti menguasai bahasa Arab dan juga membaca kitab-kitab ilmu Al-Qur'an.

10. Setiap ayat yang dibaca diamalkan isinya menurut kemampuan. Ketika melewati ayat shadaqah, maka dia pun mengeluarkan shadaqah dari sebagian hartanya. Ketika melewati ayat tentang silaturrahim, dia pun mengunjungi sanak kerabatnya.

11. Memiliki semua indikator yang disebutkan di atas dan memiliki kemampuan mengajarkannya kepada orang lain.

In syaa Allah semua kedudukan ini mendatangkan pahala sesuai madarijnya. Lalu dimanakah posisi kita dari 11 madarij bermu'amalah dengan Al-Qur'an?

Baca juga: Al-Qur'an sebagai Sumber  Kekuatan  dan Pedoman Hidup Manusia

Photo Credit: mawdoo3

Jakarta, 9 Ramadan 1439 H
@riosaputranew

2 komentar:

  1. No.7 kayaknya agak pas, tapi tidak terlalu sering. Huhuhu... Masih perlu meningkatkan ibadah lagi kalau baca postingan Kak Rio kalau begini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah kepada kita untuk senantiasa hidup bersama Al-Qur'an.

      Hapus

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.