Saudaraku, salah
satu keistimewaan bulan suci ramadan adalah bulan yang di dalamnya Al-Qur’an
diturunkan. Sebagian besar umat islam berlomba-lomba mengkhatamkan membaca ayat
suci Al-Qur’an, di sisi lain mungkin saja hingga hari ini belum pernah
menyentuh Al-Qur’an.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ
أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadhan
adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan dari petunjuk serta pembeda ( antara kebenaran dan
kebathilan)" (QS.Al-Baqarah:185).
Lalu, bagaimana
sebenarnya cara bermu’amalah dengan Al-Qur’an? Ustadz Kathur Suhardi memberikan 11 cara yang sangat penting kita cermati.
1. Al-Hubb
al-khalish. Mencintai Al-Qur'an secara tulus. Ini tingkatan orang awam yang
paling awam yang tidak pernah bermu'amalah dengannya. Karena Muslim dia
mencintainya. Secara tulus.
2. Al-Julus fi
majlisil-Qur'an. Duduk dalam majlis Al-Qur'an. Walau dia melakukannya
sambil melakukukan aktivitas lain walau sambil mengantuk.
3. As-Sam'u
wal-istima'. Yang pertama mendengar Al-Qur'an secara tidak disengaja
seperti karena berlalu di dekat orang yang membacanya dan secara kebetulan dia
mendengarnya. Kedua mendengar dengan sengaja karena ingin mendengarkan orang
lain membacanya, yang boleh jadi dia tidak mampu membacanya.
4. Al-Inshat.
Setingkat di atas al-istima'. Mendengarkan bacaannya dan benar-benar
ingin meresapinya.
5. Al-Qira'ah.
Secara aktif membacanya walau tidak mengerti maknanya dan tidak pula
mentadabburinya. Kadang membacanya dan kadang tidak membacanya. Cara membacanya
pun tanpa ilmu tajwid.
6. At-Tartil.
Membacanya secara fasih berdasarkan ilmu tajwid tapi juga tidak paham maknanya.
Kadang membacanya dan kadang tidak membacanya.
7. At-Tilawah.
Membacanya secara fasih berdasarkan ilmu tajwid tapi juga tidak paham maknanya
namun rutin membacanya.
8. Al-Hifdh.
Membacanya secara tartil dan tilawah serta menghapalnya. Sampai point ini belum
tentu dia memahami kandungan dan maknanya. Dan yang demikian itu banyak
terjadi.
9. At-Tafakkur
wat-tadabbur. Membacanya secara tartil dan tilawah serta menghapalnya,
sangat memahami makna dan kandungannya karena memiliki ilmu pirantinya seperti
menguasai bahasa Arab dan juga membaca kitab-kitab ilmu Al-Qur'an.
10. Setiap ayat yang
dibaca diamalkan isinya menurut kemampuan. Ketika melewati ayat shadaqah, maka
dia pun mengeluarkan shadaqah dari sebagian hartanya. Ketika melewati ayat
tentang silaturrahim, dia pun mengunjungi sanak kerabatnya.
11. Memiliki semua
indikator yang disebutkan di atas dan memiliki kemampuan mengajarkannya kepada
orang lain.
In syaa Allah semua
kedudukan ini mendatangkan pahala sesuai madarijnya. Lalu dimanakah posisi kita
dari 11 madarij bermu'amalah dengan Al-Qur'an?
Baca juga: Al-Qur'an sebagai Sumber Kekuatan dan Pedoman Hidup Manusia
Baca juga: Al-Qur'an sebagai Sumber Kekuatan dan Pedoman Hidup Manusia
Photo Credit: mawdoo3
Jakarta, 9 Ramadan
1439 H
@riosaputranew
No.7 kayaknya agak pas, tapi tidak terlalu sering. Huhuhu... Masih perlu meningkatkan ibadah lagi kalau baca postingan Kak Rio kalau begini.
BalasHapusSemoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah kepada kita untuk senantiasa hidup bersama Al-Qur'an.
Hapus