Rabu, 29 Januari 2025

Solar Cell dan Energi Terbarukan: Cerita Pagi Bersama Prof. Yus


Pagi itu di Dormmy UMM, semburat matahari menyapa hangat, mengiringi pertemuan saya dengan seorang tokoh yang penuh inspirasi, Prof. Dr. Yus Mochamad Cholily. Dengan hanya segelas air putih di tangannya, beliau berbagi gagasan besar tentang energi terbarukan yang relevan bagi masa depan Indonesia

“Sebenarnya, isu energi terbarukan ini masih jauh dari kata optimal di Indonesia,” kata Prof. Yus sambil menatap ke arah taman. Beliau melanjutkan, “Padahal, negara-negara maju sudah lama menjadikan energi terbarukan sebagai bagian dari kurikulum mereka. Kita tertinggal, tetapi bukan berarti tidak bisa mengejar.”

Matahari: Nikmat Allah yang Melimpah

Dalam percakapan itu, Prof. Yus sempat mengaitkan gagasan energinya dengan ayat-ayat Al-Qur’an. “Allah SWT sudah mengingatkan kita dalam banyak ayat-Nya tentang pentingnya mengambil pelajaran dari alam, termasuk matahari. Coba perhatikan Surah Asy-Syams,” ucapnya. Ia lalu membaca ayat pertama surah tersebut:

"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari." (QS. Asy-Syams: 1)

Beliau menafsirkan bahwa ayat ini bukan hanya mengingatkan kita tentang keberadaan matahari sebagai sumber cahaya dan kehidupan, tetapi juga sebagai sarana untuk merenungi kebesaran Allah. “Matahari adalah simbol keseimbangan dan ketepatan. Posisi, panas, dan sinarnya telah Allah atur sedemikian rupa agar menopang kehidupan. Jadi, kalau kita tidak memanfaatkannya dengan bijak, artinya kita belum benar-benar bersyukur,” ujar Prof. Yus.

Beliau juga menyinggung Surah Ibrahim ayat 33:
"Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Dia telah menundukkan malam dan siang bagimu." (QS. Ibrahim: 33)

Menurut Prof. Yus, ayat ini adalah peringatan sekaligus motivasi bagi manusia untuk memanfaatkan alam sebagai karunia Allah yang telah diberikan secara cuma-cuma. “Matahari adalah salah satu tanda kebesaran Allah yang telah Allah ‘tundukkan’ untuk kita. Kita tinggal berusaha memanfaatkan energi ini dengan teknologi dan niat yang benar.”

Solar Cell: Solusi Cerdas dari Malang untuk Masa Depan Energi

Prof. Yus berbagi pengalamannya tentang riset yang ia mulai sejak 2014, berfokus pada energi surya. “Dulu, saya diminta kampus untuk menyelesaikan penelitian terkait energi. Dari situ saya mulai memikirkan, bagaimana caranya energi surya bisa menjadi bagian dari pembelajaran siswa,” ujarnya. Penelitian itu akhirnya melahirkan media pembelajaran Solar Cell, sebuah perangkat sederhana yang dapat digunakan siswa untuk memahami cara kerja energi matahari.

“Media ini saya rancang sesederhana mungkin. Ada dinamo, lampu, dan tentunya panel surya kecil. Dengan ini, siswa bisa langsung praktik bagaimana sinar matahari diubah menjadi listrik,” jelasnya sambil tersenyum.

Beberapa sekolah di Kota Malang, seperti SMP Sabilillah dan SMPN 24, hingga sekolah-sekolah di luar kota seperti Yogyakarta dan Semarang, sudah menggunakan media pembelajaran ini. “Saya ingin generasi muda kita tahu bahwa energi terbarukan adalah masa depan. Kalau kita tidak mulai sekarang, kapan lagi?”

Tamparan dari Jepang: Mengapa Kita Belum Memanfaatkan Sinar Matahari?

Dalam percakapan kami, Prof. Yus juga menceritakan pengalamannya saat melakukan riset di Jepang. “Saya sempat diledek oleh peneliti di sana. Mereka heran, bagaimana bisa negara tropis seperti Indonesia, dengan sinar matahari sepanjang tahun, belum memanfaatkan energi surya secara maksimal. Itu jadi tamparan bagi saya, tapi sekaligus motivasi,” kenangnya.

Beliau lantas mengaitkan pengalaman ini dengan ayat lain dalam Al-Qur’an:
"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Dia menjadikan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang terang)." (QS. Nuh: 15-16)

“Matahari disebut sebagai siraj dalam ayat ini, yang artinya pelita atau sumber cahaya yang sangat terang. Ini mengingatkan kita bahwa matahari bukan hanya penerang, tetapi juga simbol dari sumber energi yang tak habis-habisnya. Kita tinggal mengembangkan teknologi untuk memanfaatkannya,” jelasnya dengan semangat.

Kelas Mandiri Energi: Ide untuk Masa Depan

Diskusi kami semakin menarik ketika Prof. Yus mulai menjelaskan rencananya menggagas kelas mandiri energi. “Bayangkan, satu ruang kelas yang sepenuhnya bergantung pada energi dari Solar Cell. Biayanya memang besar di awal, sekitar Rp10 juta, tapi itu hanya untuk instalasi. Setelah itu, kelas ini bisa digunakan sepanjang tahun tanpa perlu membayar listrik bulanan,” paparnya antusias.

Menurut Prof. Yus, kelas mandiri energi ini dirancang untuk menjadi laboratorium hidup bagi siswa. Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga melihat dan merasakan langsung manfaat energi terbarukan. “Dengan begini, siswa bisa paham bahwa energi terbarukan bukan hanya konsep abstrak, tetapi sesuatu yang nyata dan bisa diterapkan,” tambahnya.

Belajar dari Nikmat Allah

Menutup diskusi, Prof. Yus berpesan dengan nada yang sarat makna, “Kita harus belajar dari matahari, yang terus memberikan manfaat tanpa meminta balasan. Itulah bentuk keikhlasan dan kebermanfaatan yang diajarkan Allah lewat ciptaan-Nya.” Ia juga mengingatkan bahwa pemanfaatan energi terbarukan adalah salah satu cara umat manusia menjaga amanah yang diberikan Allah untuk merawat bumi.

Di bawah cahaya matahari Dormmy UMM yang hangat, saya merenungkan betapa relevannya pesan-pesan Prof. Yus dengan konteks kehidupan kita saat ini. Edukasi tentang energi terbarukan bukan sekadar pilihan, tetapi sebuah keharusan jika kita ingin meninggalkan bumi yang lebih baik untuk generasi mendatang. Matahari telah memberikan banyak pelajaran; tinggal bagaimana kita sebagai khalifah di bumi ini memanfaatkannya dengan penuh rasa syukur.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda memanfaatkan energi terbarukan di rumah atau mendukung pengenalan energi ini kepada generasi muda? Mari bersama-sama menjaga bumi dengan langkah nyata.

Malang, 26 Rajab 1446 H/ 26 Januari 2025 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.