Kamis, 11 Agustus 2016

Hakikat dan Jenis-Jenis Tauhid


Kenapa banyak orang yang enteng sekali melakukan maksiat? Ringan meninggalkan perintah Allah dan tidak takut menerjang larangan-Nya? Mengapa banyak orang muslim dikenal gemar maksiat, korupsi, tidak amanah, dan label-label kurang mengenakkan di telinga kaum muslimin yang sering kita dengar? Salah satunya karena kita ternyata pengenalan terhadap Allah belum menghujam di sanubari umat muslim.

Rosulullah kurang lebih tiga belas tahun berjuang menancapkan pondasi-pondasi tauhid di dalam diri sahabat agar mereka bisa menanggung perjuangan saat itu dan beban-beban yang berat di kemudian hari. Mengapa tauhid ini penting dipahami oleh seorang muslim?

Pegangan yang sangat pokok bagi seorang manusia dalam kehidupannya adalah adanya keberadaan tauhid. Ia merupakan sebuah landasan utama ketika ditegakkannya sebuah amalan oleh seorang muslim. Ia adalah penopang yang menjadi barometer diterimanya setiap amalan sholih. Ia adalah konsekuensi yang harus ditegakkan dalam pengakuan kemusliman seseorang. Untuk alasan inilah, tauhid menjadi kepentingan mendesak yang wajib dimiliki seorang muslim untuk kemudian dipelajari sehingga memiliki kefahaman tentangnya.

Makna Tauhid
Makna tauhid menurut bahasa adalah beriman hanya kepada Allah saja tanpa ada sekutu bagi-Nya. Maknanya menurut syar’i adalah meyakini keesaan Allah Subahanahu wa Ta’ala dalam Rububiyah, ikhlas didalam beribadah kepada-Nya dan mengukuhkan apa-apa yang menjadi nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang kemudian ditafsirkan oleh Ahlus Sunnah dengan Tauhid tanpa tasybih (penyerupaan sifat Allah azza wa jalla dengan sifat makhluk-Nya) dan ta’thil (mengingkari / menghilangkan sifat ketuhanan-Nya).

 Jenis-Jenis Tauhid

1.      Tauhid Rububiyah

Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’al didalam perbuatan-Nya, Dia Subhanahu wa Ta’ala adalah Sang Pencipta, Sang Pemberi rezeki, Yang menghidupkan dan mematikan, Yang Awal dan Akhir, Yang Menurunkan hujan dan Menggiring awan.

Tauhid ini juga diteguhkan oleh orang-orang kafir meskipun tetap tidak menjadikan mereka masuk kedalam Islam sehingga Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam memerangi mereka dan menghalalkan darah serta harta mereka.


قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Artinya : “Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"  (Q.S. Yunus (10): 31)

2.      Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan perbuatan-perbuatan yang dilakukan para hamba dalam rangka bertaqarrub kepada Allah melalui cara-cara yang disyariatkan, seperti : doa, nazar, sembelihan, berharap, takut, tawakal….


Tauhid macam inilah yang menjadi tema dakwah para Rasul sejak awal hingga akhir mereka.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.” (Q.S. An-Nahl (13): 3)


3.      Tauhid Nama-nama dan Sifat-sifat

Makna Tauhid Nama-nama dan Sifat-sifat
Tauhid Asma wa Sifat adalah mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana terdapat didalam al Qur’an dan sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam yang sesuai dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan seperti apa yang dikehendaki Allah Ta’ala tanpa tahrif   , ta’thil  , takyif  , maupun tamtsil .

Manhaj Salaf di dalam Nama-nama Allah dan Sifat-sifat-Nya 
      Sesungguhnya manhaj salafussaleh di dalam nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah mengimaninya. sebagaimana diberitakan Allah Ta’ala dan diberitakan Rasul-Nya Shalallahu alaihi wa Sallam sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala, sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya, mengimani bahwa Allah Ta’ala tidak serupa dengan satu pun makhluk-Nya, Maha Tinggi dan Maha Agung  Allah dari hal demikian, mengimani nama-nama dan sifat-sifat-Nya tanpa tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil serta mengimaninya di dalam ruang lingkup firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.” (Q.S. As-Syuraa [42]: 11)

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Perkataan menyeluruh didalam seluruh bab ini adalah menyifatkan Allah dengan apa-apa yang Dia menyifatkan diri-Nya sendiri atau yang disifatkan oleh Rasul-Nya dan dengan apa-apa yang disifatkan as Sabiqun al Awwalun yang tidak melebihi Al Qur’an dan Hadits. Imam Ahmad berkata,”Janganlah menyifati Allah kecuali dengan apa-apa yang telah Allah menyifatkan diri-Nya sendiri  atau yang telah disifatkan oleh Rasul-Nya yang tidak melebihi Al Qur’an dan Hadits.”

Mudah-mudahan penjelasan singkat ini bermanfaat. Wallahu a’lam bisshowwab.
Catatan :
Tahrif: Merubah lafazh sifat / nama dengan menambah atau mengurangi,
Ta’thil: Mengingkari / menghilangkan sifat ketuhanan-Nya, pen
Takyif:  Menentukan bagaimananya sifat Allah dan bagaimananya

Gambar : Mubarok
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.