Kenapa
banyak orang yang enteng sekali melakukan maksiat? Ringan meninggalkan perintah
Allah dan tidak takut menerjang larangan-Nya? Mengapa banyak orang muslim dikenal
gemar maksiat, korupsi, tidak amanah, dan label-label kurang mengenakkan di
telinga kaum muslimin yang sering kita dengar? Salah satunya karena kita
ternyata pengenalan terhadap Allah belum menghujam di sanubari umat muslim.
Rosulullah
kurang lebih tiga belas tahun berjuang menancapkan pondasi-pondasi tauhid di
dalam diri sahabat agar mereka bisa menanggung perjuangan saat itu dan
beban-beban yang berat di kemudian hari. Mengapa tauhid ini penting dipahami
oleh seorang muslim?
Pegangan
yang sangat pokok bagi seorang manusia dalam kehidupannya adalah adanya
keberadaan tauhid. Ia merupakan sebuah landasan utama ketika ditegakkannya
sebuah amalan oleh seorang muslim. Ia adalah penopang yang menjadi barometer
diterimanya setiap amalan sholih. Ia adalah konsekuensi yang harus ditegakkan
dalam pengakuan kemusliman seseorang. Untuk alasan inilah, tauhid menjadi
kepentingan mendesak yang wajib dimiliki seorang muslim untuk kemudian
dipelajari sehingga memiliki kefahaman tentangnya.
Makna Tauhid
Makna
tauhid menurut bahasa adalah beriman hanya kepada Allah saja tanpa ada sekutu
bagi-Nya. Maknanya menurut syar’i adalah meyakini keesaan Allah Subahanahu wa
Ta’ala dalam Rububiyah, ikhlas didalam beribadah kepada-Nya dan mengukuhkan
apa-apa yang menjadi nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang kemudian ditafsirkan
oleh Ahlus Sunnah dengan Tauhid tanpa tasybih (penyerupaan sifat Allah azza wa
jalla dengan sifat makhluk-Nya) dan ta’thil (mengingkari / menghilangkan sifat
ketuhanan-Nya).
Jenis-Jenis Tauhid
1.
Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Allah
Subhanahu wa Ta’al didalam perbuatan-Nya, Dia Subhanahu wa Ta’ala adalah Sang
Pencipta, Sang Pemberi rezeki, Yang menghidupkan dan mematikan, Yang Awal dan Akhir,
Yang Menurunkan hujan dan Menggiring awan.
Tauhid ini juga diteguhkan oleh orang-orang kafir
meskipun tetap tidak menjadikan mereka masuk kedalam Islam sehingga Rasulullah
Shalallahu alaihi wa Sallam memerangi mereka dan menghalalkan darah serta harta
mereka.
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Artinya : “Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari
langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala
urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah
"Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" (Q.S. Yunus (10): 31)
2.
Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan perbuatan-perbuatan yang dilakukan para hamba dalam rangka
bertaqarrub kepada Allah melalui cara-cara yang disyariatkan, seperti : doa,
nazar, sembelihan, berharap, takut, tawakal….
Tauhid macam inilah yang menjadi tema dakwah para
Rasul sejak awal hingga akhir mereka.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
Artinya : “Dan sungguhnya Kami
telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.” (Q.S. An-Nahl (13): 3)
3.
Tauhid Nama-nama dan Sifat-sifat
Makna Tauhid
Nama-nama dan Sifat-sifat
Tauhid Asma wa Sifat adalah mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah
sebagaimana terdapat didalam al Qur’an dan sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa
Sallam yang sesuai dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan seperti apa yang
dikehendaki Allah Ta’ala tanpa tahrif , ta’thil , takyif
, maupun tamtsil .
Manhaj Salaf di dalam
Nama-nama Allah dan Sifat-sifat-Nya
Sesungguhnya manhaj salafussaleh di dalam nama-nama dan sifat-sifat Allah
adalah mengimaninya. sebagaimana diberitakan Allah Ta’ala dan diberitakan
Rasul-Nya Shalallahu alaihi wa Sallam sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala,
sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya, mengimani bahwa Allah Ta’ala tidak
serupa dengan satu pun makhluk-Nya, Maha Tinggi dan Maha Agung Allah dari hal demikian, mengimani nama-nama
dan sifat-sifat-Nya tanpa tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil serta
mengimaninya di dalam ruang lingkup firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang
Maha mendengar dan melihat.” (Q.S. As-Syuraa [42]: 11)
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Perkataan menyeluruh didalam seluruh
bab ini adalah menyifatkan Allah dengan apa-apa yang Dia menyifatkan diri-Nya
sendiri atau yang disifatkan oleh Rasul-Nya dan dengan apa-apa yang disifatkan
as Sabiqun al Awwalun yang tidak melebihi Al Qur’an dan Hadits. Imam Ahmad
berkata,”Janganlah menyifati Allah kecuali dengan apa-apa yang telah Allah
menyifatkan diri-Nya sendiri atau yang
telah disifatkan oleh Rasul-Nya yang tidak melebihi Al Qur’an dan Hadits.”
Mudah-mudahan penjelasan singkat ini bermanfaat. Wallahu a’lam bisshowwab.
Catatan :
Tahrif: Merubah lafazh sifat / nama dengan menambah atau mengurangi,
Ta’thil: Mengingkari / menghilangkan sifat ketuhanan-Nya, pen
Takyif: Menentukan bagaimananya
sifat Allah dan bagaimananya
Gambar : Mubarok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.