Dalam sesi
tanya jawab acara Halal Bi Halal di AL Azhar Pusat Kebayoran pagi tadi, ada
pertanyaan menarik dari salah satu peserta. Ibu itu tentu tidak lagi muda
tetapi mengalami kendala yang mungkin dirasakan banyak pasangan suami istri.
“Bagaimana
cara menyeimbangkan cara mendidik anak antara suami dan istri rumah tangga?”
Ujarnya
Ustadz
Muhammad Subhan Bawadzir menjawab keinginannya mengadakan tablig akbar
prawedding. Ini sangat penting, karena idealnya seseorang itu berilmu sebelum
memasuki pernikahan. Karena pernikahan itu mukoddimah, jika baik di awal in
Syaa Allah baik juga diakhir. Terbukti, banyak pasangan setelah menikah lalu
timbul banyak perbedaan. Mengapa itu sering terjadi?
“Makanya dalam
islam ada istilah ta’aruf. Apa itu ta’aruf? Artinya saling kenal mengenal. Maksudnya
bukan sekedar tahu nomor hp, mengenal nama, tanggal lahir. Tapi paling tidak
tahu visi dan misi. Berbicara lebih mengarah ke arah masa depan. Dari sana
kelihatan apakah visi dan misinya sama” ungkapnya
Karena kabanyakan
pasangan yang hendak menikah jarang berbincang tentang visi dan misi
pernikahan. Baik calon suami atau calon istri sama-sama tidak mengetahui apa
yang akan dilakukan setelah pernikahan? Apa
sih sebenarnya tujuan berumah tangga?
Lelaki yang
mempunyai agenda hidup, akan disempurnakan pasangan perempuannya yang menyertainya
dalam hidup. Lalu beliau mengutip AL-Qur’an bahwa perempuan pakaian bagi lelaki
dan begitu juga sebaliknya.
Tapi banyak
orang yang salah mengerti, ayat itu. Karena beranggapan setelah menikah kok
baru tahu ternyata kekurangan pasangannya. Padalah di mata islam, ketika engkau
tahu kekurangan pasanganmu, di situlah awal benih cinta untukmu. Bisakah kita
belajar mencintai pasangan kita. Banyak orang ketika melihat kekurangan malah
mundur, sebenarnya ini salah.
Kalaupun nanti
timbul perbedaan, dilihat dulu tingkat perbedaannya. Apakah sampai pada hal
mendasar dan pokok atau tidak. Jika menyangkut hal akidah baru harus mengambil
sikap. Tapi jika perdebatan-perdebatan yang belum prinsipil tentu membutuhkan
orang yang berilmu untuk menjelaskan.
Makanya orang
yang berumah tangga, seharusnya bukan merasa sukses. Kesalahan banyak kedua
mempelai, mereka tersenyum di atas pelaminan sambil berkata “akhirnya sampai
juga di puncaknya hidup”
Padahal pernikahan
itu adalah awal ujian loh. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa rumah tangga
yang baru dibangun sebenarnya adalah awal ujian. Jika baru sendiri, kita
baik-baik aja. Mau kemana saja bebas, tapi kalau sudah terikat baru timbul
konflik.
Bagaimana jika
timbul konflik? Dalam islam, Rosul mengajarkan untuk kembali kepada Al-Qur’an
dan Hadist. Artinya ukur pemahaman suami, ukur pemahaman istri dengan ilmu. Ilmu
yang dimaksud adalah firman Allah, sabda rosulullah, dan pemahaman para
sahabat.
Jangan kedepankan
ego. Baik menurut suami atau baik menurut istri tapi belum tentu baik menurut
Allah. Jadi ukuran baik dan buruk itu menurut Allah dan Rosul. Tanya dengan
orang yang berilmu.
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki
yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya
maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. “ (Q.S. Al-Ahzab: 36)
Jakarta, 5 Dzulqaidah 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.