Kita seringkali
dituntut untuk belajar tetapi masih sedikit yang mengetahui bagaimana cara belajar yang baik? Revolusi belajar? Mengapa tidak? Agar sukses dalam pendidikan, karier, dan dunia kerja,
yang mesti dilakukan adalah belajar lebih cepat lagi, mengingat lebih banyak,
dan berpikir lebih kreatif. Orang yang ingin menjadi “TERUNGGUL” dan “TERBAIK”
di abad ke-21 mesti menguasai kemahiran inti untuk meraih sukses.
Baca Juga: Enam Tips Agar Flow dan Strategi Untuk Memiliki Hidup Yang Lebih Kreatif
Baca Juga: Enam Tips Agar Flow dan Strategi Untuk Memiliki Hidup Yang Lebih Kreatif
Ternyata
hadirnya internet, teknologi bergerak (mobile), dan media sosial telah mengubah
lansekap dunia pembelajaran secara radikal. Bagaimana cara dulu kita belajar
sudah tidak lagi relevan untuk dipraktekkan sekarang. Jadi kalau kita tidak
mampu keep up dengan cara belajar
masa kini, niscaya kita akan jadi sangat jauh tertinggal.
Faktanya di
dunia pendidikan kita hari ini, masih saja ada orang yang menggunakan cara lama
dalam belajar. Sehingga kurang tangguh dalam menghadapi perubahan yang cepat
dan kompleks.
Jika kita
melihat negara-negara maju, sesungguhnya kekayaan setiap bangsa adalah hasil
dari kualitas otak penduduknya (Baca: mensyukuri anugrah Allah berupa otak),
kreativitas dan keterampilannya. Dengan kata lain aset terbaik kita adalah
kemampuan kolektif untuk belajar cepat dan beradabtasi secara cerdas terhadap
situasi yang tidak bisa diramalkan. Pertanyaannya, apakah otak saja cukup? Tentu tidak, pembaharuan pendidikan merupakan sebuah kemestian agar terjadi keseimbangan dapat terwujud. karena kita manusia bukan robot.
Walaupun demikian,
saat ini dengan bergantinya menteri kita dihadapkan dengan pergantian kurikulum,
membuat sebagian guru kebingungan dalam mengikuti arus kebijakan kaum elit. Sistem
sekolah kita masih memfokuskan perhatiannya pada bagaimana memutuskan apa yang
harus dipelajari anak-anak dan bagaimana mereka harus berpikir.
Apa pun yang terjadi, jika kita ingin berhasil mulailah berhenti saling menyalahkan dan mulailah mengambil tanggung jawab 100 %. Kita tidak bisa hanya menunggu seluruh sistem pendidikan melakukan perubahan-perubahan karena terlalu banyak ongkos yang harus kita bayar untuk sebuah generasi. oleh karena itu, setiap orang tua seharusnya melakukannya di rumah mereka masing-masing.
Baca juga: Tiga Langkah Menjadi Bintang.
Apa pun yang terjadi, jika kita ingin berhasil mulailah berhenti saling menyalahkan dan mulailah mengambil tanggung jawab 100 %. Kita tidak bisa hanya menunggu seluruh sistem pendidikan melakukan perubahan-perubahan karena terlalu banyak ongkos yang harus kita bayar untuk sebuah generasi. oleh karena itu, setiap orang tua seharusnya melakukannya di rumah mereka masing-masing.
Baca juga: Tiga Langkah Menjadi Bintang.
Adakah yang lebih penting untuk
diajarkan kepada generasi penerus kita?
Pada masa
yang berubah sangat cepat seperti sekarang ini, yang harus menjadi prioritas
utama kita adalah mengajarkan pembelajar kita bagaimana cara belajar dan bagaimana
cara berpikir.
Tulisan Terkait: Apakah saya benar-benar dapat diajar?
Mari kita
pelajari beberapa fakta-fakta menarik seputar perubahan proses belajar yang
tengah terjadi. Dibawah ini saya uraikan 10 perbedaan proses belajar abad 20
dan abad 21. Kesepuluh perbedaan ini saya rangkum dan sarikan dari berbagai
sumber seperti jurnal, artikel maupun laporan yang otoritatif dalam dunia
pembelajaran.
10 Perbedaan Proses
Belajar Abad 20 Dan Abad 21
Belajar
Abad 20
|
Belajar
Abad 21
|
Kita dituntut untuk
mempelajari materi pelajaran
|
Kita dituntut terampil menggunakan alat bantu
pembelajaran
|
Bertujuan untuk
menambah pengetahuan
|
Bertujuan untuk mencari solusi aplikatif
|
Kita adalah konsumen
ilmu pengetahuan
|
Kita adalah produsen ilmu pengetahuan
|
Sumber ilmu adalah
guru dan buku pegangan
|
|
Kita belajar di
ruang-ruang kelas
|
|
Belajar adalah sebuah
proses formal
|
Belajar bisa dilakukan secara informal
|
Struktur belajar
dibakukan
|
Sruktur belajar ditentukan sendiri
|
Prosesnya satu arah,
direktif
|
Prosesnya partisipatif, kolaboratif, dan
co-kreasi
|
Perlu ada institusi
yang mengatur interaksi, produksi dan distribusi pengetahuan
|
Perlu jaringan pembelajaran yang komprehesif,
fleksibel, dan kredibel
|
Merujuk pada otoritas
institusional
|
Merujuk pada kredibilitas kolektif
|
Pertanyaannya,
apakah gaya belajar kita masih seperti abad 20 atau abad 21?
Bagaiamana dengan
orang-orang yang sudah merasa terdidik dan terlatih dengan kualifikasi yang
cukup bagus? Saya sering menemukan orang-orang yang sangat cerdas dan berlian
ketika kuliah. Berada di kampus ternama dalam dan luar negeri. Tetapi semakin
meredup di dunia kerja, kenapa?
Baca Juga: Berpikir Melingkar
Keterampilan
yang kita kuasai di masa lalu mungkin sudah berbeda dengan sekarang. Atau bisa
saja, keterampilan yang kita miliki sekarang cukup relevan untuk masa sekarang.
Namun, keterampilan itu akan segera menjadi usang di masa depan yang tidak
terlalu lama. Baca juga: Selalu Belajar dan Mencari Tahu
Faktanya,
pengetahuan meningkat dua kali lipat setiap dua atau tiga tahun dalam hampir
setiap lapangan pekerjaan. Artinya pengetahuan yang Anda miliki pun harus
meningkat dua kali lipat setiap dua atau tiga tahun, jika ingin bertahan
khususnya di sektor swasta. Kecuali, Anda memiliki seseuatu yang berbeda.
Mungkin inilah
salah satu penyebab ekonomi kita mengalami stagnan, karena hampir di seluruh
sektor lapangan pekerjaan banyak orang yang berhenti belajar. Padahal dunia
berubah, teknologi berubah, zaman berubah, tapi ilmu kita tidak pernah nambah. Belajar seumur hidup menjadi kuncinya.
Baca Juga: Peranan Agama Terhadap Pembangunan Ekonomi
Baca Juga: Peranan Agama Terhadap Pembangunan Ekonomi
Benarlah sabda
nabi, orang yang beruntung itu adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari
kemarin, jika sama dengan kemarin kita rugi, dan jika hari ini lebih buruk maka
kita celaka. Mungkin inilah yang dipakai oleh jepang dengan prinsip keizen,
perbaikan tanpa henti.
Jika kita membuka Al-Qur'an, yang mengangkat derajat orang beriman adalah ilmu pengetahuan. Karena kompetisi yang akan datang adalah kompetisi penguasaan IPTEKS. Bangsa apapun dengan sumber daya alam yang kaya raya jika tidak memiliki keunggulan IPTEKS, maka ia akan jadi bangsa yang tertinggal. Jadi, jangan berhenti dari ilmu dan bagaimana cara belajar adalah sarananya.
Jika kita membuka Al-Qur'an, yang mengangkat derajat orang beriman adalah ilmu pengetahuan. Karena kompetisi yang akan datang adalah kompetisi penguasaan IPTEKS. Bangsa apapun dengan sumber daya alam yang kaya raya jika tidak memiliki keunggulan IPTEKS, maka ia akan jadi bangsa yang tertinggal. Jadi, jangan berhenti dari ilmu dan bagaimana cara belajar adalah sarananya.
Semoga
Bermanfaat, selamat menikmati petualangan dalam belajar hari ini.
Baca Juga: Mengangkat Kesadaran Kemanusiaan Melalui Pendidikan
Gambar: springmd.rockyview.ab.ca
Baca Juga: Mengangkat Kesadaran Kemanusiaan Melalui Pendidikan
Gambar: springmd.rockyview.ab.ca
Jakarta, 27
Muharram 1438 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.