Jumat, 06 Maret 2015

Berpikir Positif

Sesungguhnya Allah berkata: "Aku sesuai prasangka hambaku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku" (HR.Muslim)

Menurut para pakar pengembangan pribadi, “You are what you think”. Mungkin ungkapan ini sangat populer di telinga dan pikiran sahabat untuk menjelaskan bahwa diri kita terganntung pikiran kita. seandainya pikiran kita negatif, maka kita akan menjadi pribadi yang negatif. Sebaliknya, apabila pikiran kita selalu positif, maka kita pun menjadi individu yang berkepribadian positif.

Ibnu Atha'illah dalam kitab Hikam mengungkapkan bahwa siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka lihatlah seberapa tinggi kedudukan Allah dalam hatinya. Demikian pula, siapa yang ingin mengetahui seberapa dekat Allah dengan dirinya, maka lihatlah seberapa dekat Allah dengan hatinya.

berdasarkan hadis qudsi yang diterimanya, Rasulullah SAW memotivasi umatnya agar kita berusaha selalu dekat dengan Allah SWT, berbaik sangka (husnudzan) dan tidak berburuk sangka (su'udzhan) kepada-Nya. Karena Allah SWT "berbuat" sesuai prasangka hamba-Nya. Bila seorang hamba berprasan]gka bahwa Allah itu jauh, maka Allah pun akan "menjauh", sebaliknya bila ia berprasangka bahwa Allah itu dekat, maka Allah pun akan "mendekat" kepadanya.
Lewat hadis ini Rasulullah SAW pun mengajarkan umatnya untuk selalu berpikir positif dalam segala hal. Karena semua kejadian, apa pun itu, berada sepenuhnya dalam genggaman Allah SWT dan terjadi karena seizin-Nya. 

Dengan berpikir positif, seseorang akan mampu menyikapi setiap kejadian dengan cara terbaik. Selain itu, ia pun akan mampu menghadapi hidup dengan optimis. Betapa tidak, ia dekat dengan Allah Dzat Penguasa yang ada. Karena itu, Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa orang beriman itu tidak pernah rugi, diberi nikmat dia bersyukur. Syukur adalah kebaikan bagi dirinya, diberi ujian dia bersabar, dan sabar adalah kebaikan bagi dirinya.

Berpikir positif terhadap Alloh merupakan landasan keimanan yang menjadi sumber dari segala sumber yang menjiwai pikiran-pikiran positif terhadap yang lainnya. Oleh karena itu, Hakikatnya Allah tidak pernah membuat jarak dengan manusia. Manusia sendiri yang membuat jarak dengan Allah. 

Demikian pula, Allah tidak pernah menghambat manusia untuk sukses, tapi manusia sendiri yang menghalangi diirnya untuk sukses. Kunci dari semua itu adalah pikirannya. Manusia adalah bentukan pikirannya. Tak heran bila Norman Vincent Peale mengatakan, "You are what you think!"; Anda adalah apa yang Anda pikiran. 

Sebuah penelitian yang dilakukan Harvard University membuktikan bahwa kesuksesan seseorang 85 persen ditentukan oleh sikap, dan 15 persen sisanya ditentukan oleh keterampilan dan intelektualitas. Sikap itu sendiri dibentuk oleh pikiran. Dengan kata lain, 85 persen kesuksesan dan kegagalan ditentukan oleh kualitas pikiran. Dalam konteks bahasan ini, kesuksesan untuk dekat dengan Allah sangat dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang berpikir positif tentang Allah. 

Rosul kembali mengajarkan kita tentang keharusan berpikir positif ini sebagaimana wahyu yang beliau terima: “Sesunggunya manusia hanya memperoleh apa yang diupayakannya” (Q.S. An-Najm: 39). 

Di ayat lain, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Q.S. Al-Baqoroh: 216)

Sahabat, yakinlah berpikir positif yang dijiwai dengan wahyu-wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw, merupakan pangkal dari setiap ketenangan hati, kebahagiaan dan kesuksesan sejati hidup manusia. 

Itulah sebabnya dalam kesempatan lain beliau pernah bersabda, “Berpikir selama satu jam lebih baik daripada bangun (untuk ibadah) selama semalaman”

Semoga hari ini (Jumat yang barokah) kita selalu berusaha berpikir positif dan menjalani aktivitas yang produktif dan diridoi Alloh swt.

15 Jumadil Awal 1436 H/ 6 Maret 2015M
Pkl. 06.25. Rumah Pencerahan Mutiara Cendikia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.