Kamis, 24 Juli 2025

Ketika Nasihat Tidak Didengar: Refleksi dari Surah Al-A’raf: 79


Pernahkah kamu merasa lelah menasihati seseorang, tetapi tetap saja diabaikan? Mungkin kamu pernah mengingatkan teman agar berhenti dari kebiasaan buruknya, tetapi ia tetap melakukannya. Atau mungkin, kamu mencoba memberi saran kepada keluargamu agar hidup lebih sehat, tetapi malah dianggap cerewet.

“Lalu dia (Shalih) pergi meninggalkan mereka seraya berkata, ‘Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan kepadamu risalah Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang yang memberi nasihat.’” (Surah Al-A’raf: 79)

Perasaan ini juga pernah dirasakan oleh Nabi Shalih. Beliau telah berusaha menyampaikan kebenaran kepada kaumnya, memberi mereka nasihat dengan kesabaran dan kelembutan. Namun, apa balasannya? Mereka menolak, bahkan membenci nasihat itu.

Nabi Shalih akhirnya meninggalkan kaumnya dengan hati yang berat. Bukan karena marah atau kecewa pada dirinya sendiri, tetapi karena ia tahu bahwa tugasnya hanyalah menyampaikan, bukan memaksa.

Mengapa Manusia Sulit Menerima Nasihat?

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat bagaimana nasihat yang baik justru diabaikan. Ada beberapa alasan psikologis yang membuat seseorang sulit menerima nasihat:

  1. Ego yang Terluka
    Banyak orang merasa bahwa menerima nasihat berarti mengakui kesalahan. Ini melukai ego mereka dan membuat mereka menolak meskipun tahu itu benar.

  2. Kenyamanan dalam Kebiasaan Lama
    Mengubah kebiasaan itu sulit. Bahkan jika seseorang tahu bahwa kebiasaannya buruk, ia tetap melakukannya karena merasa nyaman.

  3. Sikap Defensif
    Ketika seseorang merasa diserang atau dihakimi, ia cenderung menutup diri. Jika nasihat diberikan dengan nada menggurui, kemungkinan besar nasihat itu akan ditolak.

  4. Kehilangan Kendali
    Manusia ingin merasa bahwa mereka mengendalikan hidupnya sendiri. Mendengar nasihat dari orang lain kadang terasa seperti kehilangan kendali atas keputusan sendiri.

Belajar dari Kesabaran Nabi Shalih

Sikap Nabi Shalih dalam ayat ini mengajarkan beberapa pelajaran penting:

  1. Tugas Kita Hanya Menyampaikan, Bukan Memaksa
    Nabi Shalih tidak memaksa kaumnya untuk mengikuti kebenaran. Beliau hanya menyampaikan, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah. Ini mengajarkan kita untuk tidak kecewa jika nasihat kita tidak diterima.

  2. Menjaga Hati agar Tidak Sombong
    Saat memberi nasihat, kita harus memastikan bahwa niat kita benar-benar untuk membantu, bukan sekadar merasa lebih baik dari orang lain. Nasihat yang tulus lebih mudah diterima daripada yang disampaikan dengan nada menghakimi.

  3. Kesabaran dalam Menasihati
    Kita mungkin perlu mengulang nasihat berkali-kali sebelum seseorang benar-benar mendengarnya. Jangan menyerah hanya karena satu kali ditolak.

  4. Menghargai Proses Perubahan
    Perubahan tidak terjadi dalam semalam. Seseorang bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyadari kebenaran yang kita sampaikan. Bersabarlah.

Bagaimana Cara Memberi Nasihat yang Efektif?

Agar nasihat lebih mudah diterima, kita perlu memahami seni menyampaikannya. Berikut beberapa cara efektif dalam memberi nasihat:

  1. Gunakan Pendekatan yang Lembut
    Rasulullah ο·Ί pernah bersabda: “Barang siapa yang dijauhkan dari sifat lemah lembut, maka ia telah dijauhkan dari kebaikan seluruhnya.” (HR. Muslim)
    Nasihat yang disampaikan dengan lembut lebih mudah diterima dibandingkan dengan yang diucapkan dengan kasar atau menggurui.

  2. Berikan Contoh, Bukan Hanya Kata-kata
    Jika kita ingin seseorang berubah, kita harus menunjukkan perubahan itu dalam diri kita sendiri.

  3. Pilih Waktu yang Tepat
    Jangan memberi nasihat saat seseorang sedang marah atau stres. Pilih momen ketika ia lebih tenang dan lebih terbuka untuk mendengarkan.

  4. Gunakan Pendekatan Personal
    Jangan langsung menyalahkan, tetapi gunakan pendekatan yang lebih bersifat ajakan, seperti:
    “Aku pernah mengalami hal yang sama, dan aku mencoba melakukan ini. Mungkin bisa membantumu juga.”

  5. Bersiap untuk Penolakan
    Tidak semua orang siap menerima nasihat. Jangan tersinggung jika seseorang menolak. Teruslah berbuat baik tanpa mengharapkan balasan.

Saat Kita Sendiri yang Dinasehati

Sama seperti memberi nasihat, menerima nasihat juga memerlukan kebijaksanaan. Jika seseorang memberi kita nasihat, coba tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah ini benar?
  • Apakah ini untuk kebaikanku?
  • Apakah aku menolaknya karena egoku terluka?

Jika jawabannya ya, mungkin kita perlu lebih membuka hati. Karena sering kali, nasihat yang paling kita benci justru adalah yang paling kita butuhkan.

Refleksi Diri

Ayat ini mengajarkan bahwa menolak nasihat bukanlah tanda kebijaksanaan, melainkan tanda kesombongan. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang “tidak menyukai orang yang memberi nasihat.”

Sebaliknya, jadilah orang yang bisa menerima dan memberi nasihat dengan baik. Karena dalam hidup, kita selalu membutuhkan arahan, baik dari sesama manusia maupun dari Allah melalui Al-Qur'an.

Mungkin hari ini kita adalah Nabi Shalih yang mencoba menasihati seseorang, tetapi mungkin besok kita adalah kaum Tsamud yang menolak nasihat itu.

Mari kita belajar untuk mendengar sebelum menolak. Karena siapa tahu, nasihat yang hari ini kita abaikan, suatu hari nanti justru menjadi penyelamat kita.

Semoga Allah menjadikan kita pribadi yang lapang dada dalam menerima dan menyampaikan nasihat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung. Semoga langkah Anda hari ini membawa semangat baru untuk terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak. Saya menghargai setiap dedikasi dan perjalanan Anda. Sampai kita berjumpa kembali, dalam tulisan atau kehidupan nyata.