Pernahkah Anda mendengar cerita tentang seorang peserta wawancara beasiswa yang hanya diberi waktu dua menit sebelum wawancaranya selesai? Kedengarannya tidak masuk akal, bukan? Wawancara yang biasanya berlangsung lama, ternyata bisa saja selesai dalam waktu yang sangat singkat. Namun, apa yang sebenarnya dilihat oleh psikolog dalam waktu semenit dua menit tersebut? Walaupun saya secara pribadi kurang setuju jika waktunya terlalu singkat. Jika itu terjadi kasusnya sangat jarang.
Sebagai seseorang yang pernah melalui proses seleksi beasiswa, melakukan pendampingan seleksi administrasi, substansi dan berdiskusi dengan psikolog, saya mulai merenung lebih dalam setelah mendengar kisah tersebut. Kenapa dalam waktu yang sangat singkat, mereka bisa memutuskan sesuatu yang begitu penting? Dari sinilah saya mulai berpikir, wawancara bukan hanya soal waktu, tapi lebih kepada bagaimana kita menyampaikan diri kita dengan tepat.
Mengapa Psikolog Sering Jadi yang Terakhir?
Satu hal yang menarik adalah, psikolog dalam wawancara sering kali menjadi yang terakhir. Kenapa bisa begitu? Ternyata, mereka memiliki cara unik untuk membaca kita sebelum sesi wawancara dimulai. Sebelum mereka mulai berbicara, mereka sudah memantau sesi dengan akademisi sebelumnya, dan bahkan dari pengalaman mereka sebelumnya, mereka sudah memiliki gambaran tentang siapa kita.
Ada rahasia yang jarang diungkapkan saat sesi wawancara. Sesuai perbincangan kita digrup sharing session terkait wawancara beasiswa. Saya akan beritahu, tapi sekali lagi ini rahasia ya. 😊
Sebagai psikolog yang memiliki jam terbang tinggi, mereka sering kali memiliki kemampuan luar biasa untuk membaca ekspresi wajah dan bahasa tubuh kita. Dalam beberapa detik, dengan hanya satu atau dua pertanyaan, mereka sudah bisa menangkap esensi dari siapa kita sebenarnya. Bahkan, dalam waktu singkat 2 hingga 5 menit, mereka sudah bisa memahami banyak hal yang kita coba sembunyikan.
Namun, bukan hanya berdasarkan apa yang kita katakan, melainkan bagaimana kita mengatakannya. Psikolog sering kali mampu membaca bahasa tubuh kita, kepercayaan diri, dan kemampuan berpikir kritis kita hanya dengan memperhatikan sedikit gerakan, nada suara, dan ekspresi wajah kita. Konsistensi antara kata dan tindakan yang tercermin dari CV dan esai kita juga jadi salah satu hal yang mereka amati. Mereka bisa melihat lebih banyak hal yang tak terlihat oleh orang lain.
Ada pertanyaan seperti ini, Jika mereka sudah mengetahui karakter seseorang, terus kenapa lama? Jika wawancara terasa lebih lama, seringkali itu lebih ke arah sesi basa-basi sambil menunggu waktu habis atau mereka benar-benar tertarik. Walaupun sebenarnya mereka sudah bisa memutuskan ini lolos atau tidak memenuhi kriteria.
Bagaimana Cara Menyampaikan Jawaban dalam Wawancara?
Menjawab pertanyaan dalam wawancara bukan sekadar soal kata-kata, tetapi bagaimana kita mengemas jawaban tersebut. Kepercayaan diri dan bahasa tubuh yang positif menjadi kunci utama. Tegang bukanlah hal yang harus kita hindari; justru itu bisa menunjukkan bahwa kita serius dan menghargai kesempatan tersebut.
Terkadang, wawancara itu adalah ujian, baik ketika kita lolos maupun ketika tidak lolos. Setiap proses seleksi memberikan kita pembelajaran berharga. Jika kita lolos, itu adalah ujian apakah kita bersyukur?. Namun, jika kita tidak lolos, itu juga ujian yang mengajarkan kita untuk terus berusaha dan memperbaiki diri.
Baca juga: Apakah Bisa Mengelabuhi Psikolog dengan Nada, Ekspresi, dan Jawaban Kita?
Jangan Terlalu Merasa Aman, Jangan Juga Putus Asa
Banyak pelamar yang terlihat tegang dan cemas saat wawancara, namun akhirnya lolos. Sementara mereka yang terlihat santai dan percaya diri belum tentu berhasil. Banyak juga, yang terlihat santai dan lolos. Ini menunjukkan bahwa seleksi itu jauh lebih kompleks dari sekadar penampilan luar. Ada banyak faktor yang dipertimbangkan, dan setiap wawancara adalah kesempatan untuk menunjukkan siapa kita sebenarnya.
Baca dan Tonton : Rahasia Lolos Wawancara Beasiswa yang Harus Anda Tahu
Setiap langkah dalam hidup adalah bagian dari ujian, dan kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin. Semua yang terjadi sudah tercatat dalam Lauhul Mahfuzh, takdir sudah digariskan, kita hanya bisa terus berusaha dan terus berdoa, lalu berserah diri kepada-Nya.
Berikan ruang iman, antara rasa roja' (Mengharap rahmatNya) dan khauf kepadaNya. Jangan bersandar kepada usaha agar kita tidak mudah kecewa dalam hidup.
Usaha kita belum berhenti setelah wawancara. Teruslah berdoa, berbuat kebajikan, dan yakinlah bahwa takdir terbaik akan datang pada waktunya. Semoga kita semua diberikan yang terbaik. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung. Semoga langkah Anda hari ini membawa semangat baru untuk terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak. Saya menghargai setiap dedikasi dan perjalanan Anda. Sampai kita berjumpa kembali, dalam tulisan atau kehidupan nyata.