Senin, 30 Maret 2015

Kunci Kesuksesan dan Kejayaan (1)

Orasi Haji Alay

Bismillah

Segala puji hanyalah Bagi Alloh swt, Robb semesta Alam yang menguasai kerajaan langit dan bumi. Dia yang memberikan rezeki kepada siapa yang dia kehendaki, dan membatasi rezeki bagi siapa yang dia kehendaki. Jika Dia memberikan petunjuk kepada seseorang, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan jika Alloh menyesatkan seseorang tidak ada yang bisa memberikan petunjuk.

“Kesuksesan dan kejayaan umat terletak pada pengamalan islam” demikian H. Nuzli Arismal alias sering dipanggil Haji Alai membuka orasi wirausahanya jum’at malam yang lalu.

Jum’at sampai Minggu, 6-8 Jumadil Akhir 1436/ 27-29 Maret 2015 kemarin saya mengikuti pelatihan yang sangat dahsyat, lagi-lagi Alloh mempertemukan saya dengan orang-orang yang hebat.

H. Nuzli Arismal yang akrab dipanggil Haji Alay (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 30 Mei 1953; umur 61 tahun) adalah seorang pengusaha garmen dan properti Indonesia asal Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia juga dikenal sebagai pendakwah, Dokter Mal, dan juga merupakan salah seorang pendiri Komunitas Tangan di Atas. beliau adalah sosok yang sangat unik bagi saya, karena prinsip-prinsip dasar dan sumber acuannya memiliki kesamaan dengan apa yang sudah saya pelajari dan amalkan. Singkatnya Pelajari, Tadabburi, Amalkan Al-Qur’an dan Sunnah lalu ajarkan dengan orang lain.

Di kalangan dunia usaha dan bisnis Beliau juga dikenal sebagai Dokter Mall, karena mampu menyulap mal-mall yang mati menjadi ramai., Salah satu mal yang berhasil ia sembuhkan dari penyakit “sepi” adalah Plaza Ciputat. Sebuah mal kecil yang tak pernah membuat para pedagang betah, karena sepinya pengunjung. Namun, setelah ditangani Haji Alay, Plaza Ciputat pun berubah menjadi ramai.

Dalam pemaparan awalnya beliau menggambarkan bagaimana sosok generasi awal islam yang hebat sebab islam. Sebut saja bilal, mantan budak yang berubah menjadi sosok yang mulia dan terhormat hingga sekarang, di dunia dan diakhirat. Karena ketika masih hidup pun terompahnya sudah terdengar di surga. 
Kita juga mugkin masih ingat dengan kisah Usamah bin Zaid: umur 17 tahun mejadi penglima perang.

Generasi awal sahabat mampu melakukan percepatan dalam hidupnya di bawah bimbingan Rosululloh saw. Apa rahasianya? Bagaimana rosululloh mampu mendidik mereka menjadi orang-orang hebat, yang awalnya tidak sedikit ada yang mantan budak dan orang-orang miskin yang memutuskan untuk setia menjadi pengikutnya? Jawaban sederhananya karena mereka hidup di bawah naungan Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Sunnah Rosul mengalir di dalam darah dan menjadi daging yang melekat dan hidup dalam setiap denyut nadinya. Sehingga mampu meledakkan potensi manusia.

Begitu juga Muhammad Al-Fatih, umur 20-21 Tahun Alloh takdirkan menaklukkan Konstatinofel. Sebuah imperium peradaban yang diprediksi mustahil untuk ditaklukkan.

Mempelajari siroh nabawiyah saya pun berusaha membentuk generasi muda sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam setiap pertemuan rutin dengan para pemuda yang memiliki semangat dan tekad membaja saya selalu menekankan agar mereka berjalan di rel potensinya masing-masing. Berpacu di jalurnya sendiri, bukan di jalur orang lain.

Rosulloh saw pun mendidik para sahabatnya sesuai dengan kecenderungannya masing-masing, ada yang ahli hadis, ada yang politikus, ada yang ahli perang, pengusaha, dll. Tapi Core Competence-nya tetap sama islam. Jika islam sudah menjadi standar hidup dan kita selalu merujuk ke sumbernya, maka apapun profesi kita pasti kita akan menjadi hebat.

Hari ini saya melihat kita memang memiliki kedudukan, jabatan, profesi yang bergengsi, ijazah, gelar, dan aksesoris dunia lainya, tetapi kita kehilangan nilai alias krisis identitas tentang siapa kita sesungguhnya, apa visi dan misi hidup kita sebenarnya?

Saya bersyukur Alloh swt mulai menjawab satu persatu doa saya, untuk merintis usaha membentuk generasi yang hebat. Alloh telah mempertemukan saya dengan para Profesor, Praktisi Pendidikan, Pengusaha Muslim yang memiliki orientasi akhirat.

Oleh karena itu, H. Alay dalam mengilustrasikan dakwah ilaulloh itu seperti paruh burung, di harus memiliki dua sayap, satu sayap pendidikan (menjadi dai, juru dakwah, membangun sekolah, Perguruan Tinggi) dan satu lagi sayap Ekonomi dengan menjadi Pengusaha (membangun perekonomiaan umat).


Kenapa Umat Tertinggal?

Pertanyaannya menarik yang menukik tajam, menghentakkan seluruh hadirin di ruangan pusdiklat Islamic Center Al Mubarok malam itu. Lagi-lagi H. Alay berusaha membangunkan umat islam dari tidur panjangnya karena sudah terlena dengan dunia dan segala isinya.

Umat ini tertinggal karena umat banyak meninggalkan ajarannya. Tidak perlu jauh-jauh, kita lihat saja diri kita sendiri, sudah seberapa besar komitmen pribadi kita dengan islam. Sudah berapa banyak perintah-Nya yang berusaha kita laksanakan, sudah berapa banyak kita berusaha menjauhi larangan-Nya? 

Lalu lihat lagi, kondisi keluarga kita, masyarakat kita, daerah kita, negara kita, dan secara global. Ketika orang semakin berpaling dari agama yang lurus ini, maka di sanalah awal perpecahan, konflik, permusuhan, kemiskinan, ketidakadilan, dan berbagai pristiwa yang tidak kita harapkan terjadi.

Hari ini orang berbondong –bondong berburu gelar, menjadikannya tujuan dan puncak tertinggi dari cita-citanya, dengan harapan dapat menaikkan kedudukannya. Tapi ibarat rujak, banyak sarjana yang tidak matang cara berpikirnya. Semuanya serba sedikit-sedikit yang dipelajari, ya ibarat rujak. Pepaya sedikit, bengkuang sedikit, nanas sedikit, jambu sedikit. Inilah gambaran pendidikan kita hari ini.

Kenapa kita tidak mengambil pola yang dilakukan oleh Rosululloh Saw dalam membina generasi-generasi hebat yang pernah dilahirkan di muka bumi ini?

Umat Islam merupakan umat yang terbaik. Di dalam Alquran ditegaskan, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS [3]: 110).

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, “Kalian sebanding dengan 70 umat dan kalian adalah sebaik-baik dan semulia-mulia umat bagi Allah.” (HR Tirmidzi). Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan, kemuliaan umat Islam tidak lain karena kemuliaan Nabi Muhammad SAW.

Kekaguman saya kepada Haji Alay ini karena kepercayaan dirinya yang kuat dalam memegang teguh ajaran islam. Salah satu peserta bertanya tentang bisnis lalu dia menyebutkan salah satu referensi bacaannya buku Robert Kiyosaki, “Cash Flow Quadrant”, tapi dengan santun dan bijak Haji Alay menjawab: “Kenapa kita tidak belajar bisnis dari Rosululloh saw?” Sederhana dan tak terbantahkan.

Menurut saya, Umat ini seolah-olah sudah kehilangan arah dalam mencari sandaran yang kokoh dalam memperbaiki kehidupannya di dunia, padahal dia memiliki panduan yang jelas, laksana seterang matahari yang memancarkan sinarnya di pagi dan siang hari. Tapi, tetap saja kita lebih memilih kegelapan dan berlindung di balik atap buatan manusia. Padahal cahaya pagi sangat menyehatkan dan dibutuhkan oleh tubuh manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan seluruh makhluk di dunia.

Lihat saja kondisi negara kita, ibarat pengantin baru, baru lima bulan pernikahan seharusnya masih menyenangkan dan mesra-mesranya, tetapi  negeri kita mengalami gejolak sosial yang cukup tinggi dan tidak menentu, kenakan BBM salah satu yang menarik perhatian masyarakat kita.

Oleh karena itu, derajat terbaik dari kalangan umat Islam ini ada pada mereka yang konsisten mengikuti ajaran Rasulullah dengan terus-menerus melakukan amar makruf nahi mungkar sebagaimana telah diteladankan oleh manusia paripurna itu (QS al-Ahzab [33]: 21).

Namun demikian, amar makruf dan nahi mungkar bisa berjalan efektif manakala umat Islam sendiri memang memiliki identifikasi diri yang pasti dengan ajaran Islam secara keseluruhan (kafah). Karena, mustahil sapu yang kotor bisa digunakan untuk membersihkan lantai yang juga kotor.

Rasulullah memerintahkan umatnya untuk konsisten mengikuti sunahnya. Jika tidak, dia ibarat penjual obat yang hanya bisa menawarkan obat penyembuh, tapi tidak bisa mengobati penyakitnya sendiri.

Apabila keteladanan itu jauh dari umat Islam maka tidak saja kegagalan yang akan diperoleh, tetapi juga kemurkaan Allah SWT (QS [61]: 3). Karena secara prinsip, amar makruf nahi mungkar, mensyaratkan keteladanan yang merupakan akar dari segala kemuliaan.

Apa yang saya tuliskan ini, baru sedikit dari pengantar dan lintasan pikiran dan jiwa saya ketika mendengar Orasi dari Haji Alay. In Shaa Alloh akan kita lanjutkan. Masih banyak yang ingin saya bagikan kepada sahabat pelajaran dari Haji Alay. Tapi, ibarat makan, jika terlalu banyak dan kenyang, jadi tidak baik. Oleh karena itu, yang penting dalam Hidup itu Konsisten Belajar, Konsisten Tumbuh, Konsisten Beribadah dan beramal walaupun sedikit.

Baca juga: Kunci Kesuksesan dan Kejayaan (2)

Bengkulu,  9 Jumadil Akhir 1436 H

Hamba Alloh yang selalu mengharapkan Ridho dan Ampunan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.