Orasi Haji Alay
Bismillah
Segala puji
hanyalah Bagi Alloh swt, Robb semesta Alam yang menguasai kerajaan langit dan
bumi. Dia yang memberikan rezeki kepada siapa yang dia kehendaki, dan membatasi
rezeki bagi siapa yang dia kehendaki. Jika Dia memberikan petunjuk kepada
seseorang, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan jika Alloh menyesatkan
seseorang tidak ada yang bisa memberikan petunjuk.
“Kesuksesan
dan kejayaan umat terletak pada pengamalan islam” demikian H. Nuzli Arismal
alias sering dipanggil Haji Alai membuka orasi wirausahanya jum’at malam yang
lalu.
Jum’at
sampai Minggu, 6-8 Jumadil Akhir 1436/ 27-29 Maret 2015 kemarin saya mengikuti
pelatihan yang sangat dahsyat, lagi-lagi Alloh mempertemukan saya dengan
orang-orang yang hebat.
H. Nuzli
Arismal yang akrab dipanggil Haji Alay (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat,
30 Mei 1953; umur 61 tahun) adalah seorang pengusaha garmen dan properti
Indonesia asal Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia juga dikenal sebagai pendakwah,
Dokter Mal, dan juga merupakan salah seorang pendiri Komunitas Tangan di Atas.
beliau adalah sosok yang sangat unik bagi saya, karena prinsip-prinsip dasar
dan sumber acuannya memiliki kesamaan dengan apa yang sudah saya pelajari dan
amalkan. Singkatnya Pelajari, Tadabburi, Amalkan Al-Qur’an dan Sunnah lalu
ajarkan dengan orang lain.
Di kalangan
dunia usaha dan bisnis Beliau juga dikenal sebagai Dokter Mall, karena mampu
menyulap mal-mall yang mati menjadi ramai., Salah satu mal yang berhasil ia
sembuhkan dari penyakit “sepi” adalah Plaza Ciputat. Sebuah mal kecil yang tak
pernah membuat para pedagang betah, karena sepinya pengunjung. Namun, setelah
ditangani Haji Alay, Plaza Ciputat pun berubah menjadi ramai.
Dalam
pemaparan awalnya beliau menggambarkan bagaimana sosok generasi awal islam yang
hebat sebab islam. Sebut saja bilal, mantan budak yang berubah menjadi sosok
yang mulia dan terhormat hingga sekarang, di dunia dan diakhirat. Karena ketika
masih hidup pun terompahnya sudah terdengar di surga.
Kita juga
mugkin masih ingat dengan kisah Usamah bin Zaid: umur 17 tahun mejadi penglima
perang.
Generasi
awal sahabat mampu melakukan percepatan dalam hidupnya di bawah bimbingan
Rosululloh saw. Apa rahasianya? Bagaimana rosululloh mampu mendidik mereka
menjadi orang-orang hebat, yang awalnya tidak sedikit ada yang mantan budak dan
orang-orang miskin yang memutuskan untuk setia menjadi pengikutnya? Jawaban
sederhananya karena mereka hidup di bawah naungan Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Sunnah Rosul mengalir di dalam darah dan menjadi daging yang melekat dan hidup
dalam setiap denyut nadinya. Sehingga mampu meledakkan potensi manusia.
Begitu juga
Muhammad Al-Fatih, umur 20-21 Tahun Alloh takdirkan menaklukkan Konstatinofel.
Sebuah imperium peradaban yang diprediksi mustahil untuk ditaklukkan.
Mempelajari
siroh nabawiyah saya pun berusaha membentuk generasi muda sesuai dengan
potensinya masing-masing. Dalam setiap pertemuan rutin dengan para pemuda yang
memiliki semangat dan tekad membaja saya selalu menekankan agar mereka berjalan
di rel potensinya masing-masing. Berpacu di jalurnya sendiri, bukan di jalur
orang lain.
Rosulloh saw
pun mendidik para sahabatnya sesuai dengan kecenderungannya masing-masing, ada
yang ahli hadis, ada yang politikus, ada yang ahli perang, pengusaha, dll. Tapi
Core Competence-nya tetap sama islam. Jika islam sudah menjadi standar hidup
dan kita selalu merujuk ke sumbernya, maka apapun profesi kita pasti kita akan
menjadi hebat.
Hari ini
saya melihat kita memang memiliki kedudukan, jabatan, profesi yang bergengsi,
ijazah, gelar, dan aksesoris dunia lainya, tetapi kita kehilangan nilai alias
krisis identitas tentang siapa kita sesungguhnya, apa visi dan misi hidup kita
sebenarnya?
Saya
bersyukur Alloh swt mulai menjawab satu persatu doa saya, untuk merintis usaha
membentuk generasi yang hebat. Alloh telah mempertemukan saya dengan para
Profesor, Praktisi Pendidikan, Pengusaha Muslim yang memiliki orientasi
akhirat.
Oleh karena
itu, H. Alay dalam mengilustrasikan dakwah ilaulloh itu seperti paruh burung,
di harus memiliki dua sayap, satu sayap pendidikan (menjadi dai, juru dakwah,
membangun sekolah, Perguruan Tinggi) dan satu lagi sayap Ekonomi dengan menjadi
Pengusaha (membangun perekonomiaan umat).
Kenapa Umat
Tertinggal?
Pertanyaannya
menarik yang menukik tajam, menghentakkan seluruh hadirin di ruangan pusdiklat
Islamic Center Al Mubarok malam itu. Lagi-lagi H. Alay berusaha membangunkan
umat islam dari tidur panjangnya karena sudah terlena dengan dunia dan segala
isinya.
Umat ini
tertinggal karena umat banyak meninggalkan ajarannya. Tidak perlu jauh-jauh,
kita lihat saja diri kita sendiri, sudah seberapa besar komitmen pribadi kita
dengan islam. Sudah berapa banyak perintah-Nya yang berusaha kita laksanakan,
sudah berapa banyak kita berusaha menjauhi larangan-Nya?
Lalu lihat lagi,
kondisi keluarga kita, masyarakat kita, daerah kita, negara kita, dan secara
global. Ketika orang semakin berpaling dari agama yang lurus ini, maka di
sanalah awal perpecahan, konflik, permusuhan, kemiskinan, ketidakadilan, dan
berbagai pristiwa yang tidak kita harapkan terjadi.
Hari ini
orang berbondong –bondong berburu gelar, menjadikannya tujuan dan puncak
tertinggi dari cita-citanya, dengan harapan dapat menaikkan kedudukannya. Tapi
ibarat rujak, banyak sarjana yang tidak matang cara berpikirnya. Semuanya serba
sedikit-sedikit yang dipelajari, ya ibarat rujak. Pepaya sedikit, bengkuang
sedikit, nanas sedikit, jambu sedikit. Inilah gambaran pendidikan kita hari
ini.
Kenapa kita
tidak mengambil pola yang dilakukan oleh Rosululloh Saw dalam membina
generasi-generasi hebat yang pernah dilahirkan di muka bumi ini?
Umat Islam
merupakan umat yang terbaik. Di dalam Alquran ditegaskan, “Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS [3]: 110).
Dalam sebuah
hadis Rasulullah SAW bersabda, “Kalian sebanding dengan 70 umat dan kalian
adalah sebaik-baik dan semulia-mulia umat bagi Allah.” (HR Tirmidzi). Ibnu
Katsir dalam tafsirnya menyatakan, kemuliaan umat Islam tidak lain karena
kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
Kekaguman
saya kepada Haji Alay ini karena kepercayaan dirinya yang kuat dalam memegang
teguh ajaran islam. Salah satu peserta bertanya tentang bisnis lalu dia
menyebutkan salah satu referensi bacaannya buku Robert Kiyosaki, “Cash Flow
Quadrant”, tapi dengan santun dan bijak Haji Alay menjawab: “Kenapa kita tidak
belajar bisnis dari Rosululloh saw?” Sederhana dan tak terbantahkan.
Menurut
saya, Umat ini seolah-olah sudah kehilangan arah dalam mencari sandaran yang
kokoh dalam memperbaiki kehidupannya di dunia, padahal dia memiliki panduan
yang jelas, laksana seterang matahari yang memancarkan sinarnya di pagi dan
siang hari. Tapi, tetap saja kita lebih memilih kegelapan dan berlindung di
balik atap buatan manusia. Padahal cahaya pagi sangat menyehatkan dan
dibutuhkan oleh tubuh manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan seluruh makhluk di
dunia.
Lihat saja
kondisi negara kita, ibarat pengantin baru, baru lima bulan pernikahan
seharusnya masih menyenangkan dan mesra-mesranya, tetapi negeri kita mengalami gejolak sosial yang
cukup tinggi dan tidak menentu, kenakan BBM salah satu yang menarik perhatian
masyarakat kita.
Oleh karena
itu, derajat terbaik dari kalangan umat Islam ini ada pada mereka yang
konsisten mengikuti ajaran Rasulullah dengan terus-menerus melakukan amar
makruf nahi mungkar sebagaimana telah diteladankan oleh manusia paripurna itu
(QS al-Ahzab [33]: 21).
Namun
demikian, amar makruf dan nahi mungkar bisa berjalan efektif manakala umat
Islam sendiri memang memiliki identifikasi diri yang pasti dengan ajaran Islam
secara keseluruhan (kafah). Karena, mustahil sapu yang kotor bisa digunakan
untuk membersihkan lantai yang juga kotor.
Rasulullah
memerintahkan umatnya untuk konsisten mengikuti sunahnya. Jika tidak, dia
ibarat penjual obat yang hanya bisa menawarkan obat penyembuh, tapi tidak bisa
mengobati penyakitnya sendiri.
Apabila
keteladanan itu jauh dari umat Islam maka tidak saja kegagalan yang akan
diperoleh, tetapi juga kemurkaan Allah SWT (QS [61]: 3). Karena secara prinsip,
amar makruf nahi mungkar, mensyaratkan keteladanan yang merupakan akar dari
segala kemuliaan.
Apa yang
saya tuliskan ini, baru sedikit dari pengantar dan lintasan pikiran dan jiwa
saya ketika mendengar Orasi dari Haji Alay. In Shaa Alloh akan kita lanjutkan.
Masih banyak yang ingin saya bagikan kepada sahabat pelajaran dari Haji Alay.
Tapi, ibarat makan, jika terlalu banyak dan kenyang, jadi tidak baik. Oleh
karena itu, yang penting dalam Hidup itu Konsisten Belajar, Konsisten Tumbuh,
Konsisten Beribadah dan beramal walaupun sedikit.
Baca juga: Kunci Kesuksesan dan Kejayaan (2)
Bengkulu, 9 Jumadil Akhir 1436 H
Hamba Alloh
yang selalu mengharapkan Ridho dan Ampunan-Nya.
|
Senin, 30 Maret 2015
Kunci Kesuksesan dan Kejayaan (1)
Labels:
NEWS & EDUCATIONS
Motivator, Penulis, Inspirator, Dosen UM Bengkulu ini memiliki moto hidup Constant And Never-ending Improvment (CANI)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.