Malam itu,
suasana hening semuanya terhanyut mendengar sang ustadz menyampaikan tabligh
musibah. Cermah yang singkat itu mengedor-gedor hati yang terkadang congkak dan
bangga dengan amal yang sering kita pamerkan.
“Saya belum
melakukan apa-apa”
Atau “Apa
yang saya lakukan belum seberapa dan masih banyak kekurangan”
Itulah kalimat
yang sering saya dengar dari Pak Joko. Seorang pengusaha yang sangat rendah
hati dan giat dalam kegiatan sosial dan dakwah.
Bersyukurlah
jika kalimat-kalimat diatas meluncur dengan fasih dari lubuk hati anda, karena
inilah indikator diterimanya amal seorang hamba.
Amal yang
diterima akan membentuk pribadi yang selalu merendahkan hati dan merasa penuh
kekurangan walaupun segudang amal shalih telah ia torehkan dalam catatan
kebaikannya. Begitulah gambaran para sahabat nabi terdahulu. Mereka berlomba-lomba
saling memberikan yang terbaik untuk Allah dan Rosul-Nya, untuk islam.
Mereka khawatir karena kekurangannya dalam
menjalankan amal shalih membuat ALLAH tidak berkenan menerimanya. Bukan justru
angkuh dan merasa diri suci,
“Dan orang-orang yang memberikan apa
yang telah mereka berikan (beramal shalih), dengan hati yang takut (amal ibadah
mereka tidak diterima) karena mereka yakin sesungguhnya mereka akan kembali
kepada Tuhan mereka,”
(Al Mu’minun
23:60)
Apa yang
kita baca setelah sholat?
Bukankah
kita diperintahkan untuk beristighfar setiap selesai mengerjakan shalat wajib?
Tapi, tidak
jarang kita mendengar orang yang mengucapkan Alhamdulillah setelah sholat,
padahal Nabi Muhammad Sholaullohhu ‘alaihi wassalam mencontohkan mengucapkan
istighfar setelah sholat.
Ya, shalat
yang notabenya merupakan ibadah terbaik dan prestasi yang sangat prestisius
saja diikuti dengan permohonan ampun. Lalu bagaimana ketika kita beramal? Apa yang
kita ucapkan?
Walaupun seseorang
sudah bersedekah 1 miliar sekalipun, hendaknya ia mengucapkan istighfar. Walaupun
ia sering melakukan beraneka ragam amal kebajikan. Hendaknya kita selalu
memohon ampunan-Nya. Kenapa? Bukankah saya sudah beramal sesuai dengan yang
diperintahkan-Nya?
Benar,
tetapi kita tidak pernah tahu. Mungkin saja, ketika beramal, membaca
(menghafal) AL-Qur’an, bersedekah, sholat, mungkin ada yang kurang, atau niat
kita melenceng. Mungkin kita melakukan kebajikan agar mendapat pujian dan
dilihat manusia. Maka sudah sepantasnya kita memohon ampunan-Nya.
Sebuah pesan
bahwa sehebat apapun ibadah yang anda kerjakan, anda kerjakan dengan penuh
kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka mintalah ampun kepada ALLAH dari segala
khilaf dan lalai tersebut, dan rendah hatilah setelah mengerjakannya.
Wallahu 'alam
Saya mohon
ampun kepada Allah, yang tiadaTUhan kecuali Dia, Yang Maha Hidup Kekal dan
senantiasa mengurus (makhluk-Nya) dan kepada-Nya saya bertaubat.
Jakarta, 20
Muharram 1438 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.