Jumat, 21 Oktober 2016

Rendah Hati Dalam Beramal

Malam itu, suasana hening semuanya terhanyut mendengar sang ustadz menyampaikan tabligh musibah. Cermah yang singkat itu mengedor-gedor hati yang terkadang congkak dan bangga dengan amal yang sering kita pamerkan.

“Saya belum melakukan apa-apa”
Atau “Apa yang saya lakukan belum seberapa dan masih banyak kekurangan”

Itulah kalimat yang sering saya dengar dari Pak Joko. Seorang pengusaha yang sangat rendah hati dan giat dalam kegiatan sosial dan dakwah.

Bersyukurlah jika kalimat-kalimat diatas meluncur dengan fasih dari lubuk hati anda, karena inilah indikator diterimanya amal seorang hamba.

Amal yang diterima akan membentuk pribadi yang selalu merendahkan hati dan merasa penuh kekurangan walaupun segudang amal shalih telah ia torehkan dalam catatan kebaikannya. Begitulah gambaran para sahabat nabi terdahulu. Mereka berlomba-lomba saling memberikan yang terbaik untuk Allah dan Rosul-Nya, untuk islam.

Mereka  khawatir karena kekurangannya dalam menjalankan amal shalih membuat ALLAH tidak berkenan menerimanya. Bukan justru angkuh dan merasa diri suci,

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan (beramal shalih), dengan hati yang takut (amal ibadah mereka tidak diterima) karena mereka yakin sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,”
(Al Mu’minun 23:60)

Apa yang kita baca setelah sholat?

Bukankah kita diperintahkan untuk beristighfar setiap selesai mengerjakan shalat wajib?
Tapi, tidak jarang kita mendengar orang yang mengucapkan Alhamdulillah setelah sholat, padahal Nabi Muhammad Sholaullohhu ‘alaihi wassalam mencontohkan mengucapkan istighfar setelah sholat.

Ya, shalat yang notabenya merupakan ibadah terbaik dan prestasi yang sangat prestisius saja diikuti dengan permohonan ampun. Lalu bagaimana ketika kita beramal? Apa yang kita ucapkan?

Walaupun seseorang sudah bersedekah 1 miliar sekalipun, hendaknya ia mengucapkan istighfar. Walaupun ia sering melakukan beraneka ragam amal kebajikan. Hendaknya kita selalu memohon ampunan-Nya. Kenapa? Bukankah saya sudah beramal sesuai dengan yang diperintahkan-Nya?

Benar, tetapi kita tidak pernah tahu. Mungkin saja, ketika beramal, membaca (menghafal) AL-Qur’an, bersedekah, sholat, mungkin ada yang kurang, atau niat kita melenceng. Mungkin kita melakukan kebajikan agar mendapat pujian dan dilihat manusia. Maka sudah sepantasnya kita memohon ampunan-Nya.

Sebuah pesan bahwa sehebat apapun ibadah yang anda kerjakan, anda kerjakan dengan penuh kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka mintalah ampun kepada ALLAH dari segala khilaf dan lalai tersebut, dan rendah hatilah setelah mengerjakannya.

Wallahu 'alam

Saya mohon ampun kepada Allah, yang tiadaTUhan kecuali Dia, Yang Maha Hidup Kekal dan senantiasa mengurus (makhluk-Nya) dan kepada-Nya saya bertaubat.
 

Hamba Allah yang selalu mengharap Rahmat, Ridha, dan Ampunan-Nya.

Gambar:success
Jakarta, 20 Muharram 1438 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.