Dengan Nama Allah
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Kali ini kita akan
membahas sebuah topik yang sering membuat resah para orang tua. Sesuatu yang
dapat menjadi jalan menyesatkan dan dapat pula menunjukkan jalan lurus bagi
para pemuda adalah persahabatan.
Seorang bijak
pernah berkata, jika ingin menebak masa depan seseorang lihat saja siapa
sahabatnya. Pertanyaannya sahabat Anda, apakah mereka orang-orang yang baik
atau sebaliknya? Apakah mereka adalah sahabat yang membantu Anda dalam
mewujudkan ketaatan kepada Allah, atau sahabat yang menjauhkan Anda dari-Nya?
Apakah mereka juga telah mendapatkan pendidikan yang sama, sebagaimana Anda
mendapat pendidikan di rumah atau sebaliknya?
Kita sering
bertanya-tanya, mengapa anak-anak yang telah didik dengan pendidikan yang
sangat bagus oleh keluarga mereka yang juga berasal dari orang-orang terhormat.
Namun, kita tidak mengetahui mengapa pemuda itu bisa melakukan hal-hal yang
negatif yang melampaui batas. Keluarga mereka terkejut saat mengetahui anaknya
sampai melakukan hal-hal yang negatif. Mereka juga terkejut ketika mengetahui anak mereka berada di kantor
polisi. Namun, mereka tidak memperhatikan siapa teman-teman anaknya. Di tengah
kesibukannya mencari nafkah, terkadang para orang tua tidak banyak
memperhatikan masalah ini.
Para pemuda menjadi
baik atau menjadi buruk sangat tergantung pada siapa yang menjadi sahabatnya.
Ungkapan itu sebenarnya bukanlah
perkataan kita atau perkataan orang-orang sekarang saja, melainkan
perkataan Al-Qur’an dan Rasulullah sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan sejak
zaman Nabi Musa alaihisallam saat beliau berkata,
Berkata Musa:
"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu)
Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu
dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak
mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami".
(Q.S. Thaha: 25-35)
Nabi Musa adalah
seorang Nabi yang termasuk diantara Rasul Ulul Azmi. Akan tetapi, ia melihat
dirinya tidak mampu berdzikir serta beribadah seorang diri. Ia butuh seseorang
teman yang membantunya.
Allah juga
berdialog dengan Rasulullah Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam dan berfirman :
Dan bersabarlah
kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja
hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Q.S.
Al-Kahfi: 28)
Al-Qur’an
memberikan sebuah perumpamaan dalam surat Al-Furqan, mengenai manusia yang akan
datang kelak di hari kiamat dengan menggigit kedua tangannya. Itu disebabkan
oleh kerugian dan penyesalan mereka terhadap apa yang mereka perbuat.
Dan (ingatlah) hari
(ketika itu) orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata:
"Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul."
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu
teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika
Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong
manusia. (Q.S. Al-Furqan: 27-29)
Bukan hanya
menggigit satu tangan, melainkan keduanya. Bayangkan bagaimana ia merasa sangat
merugi, putus asa dan menyesal. Kita banyak mendapati para pemuda yang mulai
menempuh jalan hidayah Allah. Namun, setelah datang temannya, mereka pun
berhenti dari jalan kehidupannya (hidayah) tersebut, dan mulai mundur
berlangkah-langkah ke belakang. Oleh karena itulah, Nabi Sholaullohhu ‘Alaihi
Wassalam bersabda,
“Seseorang itu
bergantung pada agama temannya. Hendaklah salah seorang dari kamu melihat siapa
yang menjadi temannya.” (HR. Tarmidzi, Imam Ahmad, Abu Daud)
Kita sering kali
mengeluh terhadap tingkah laku teman atau sahabat kita, sebenarnya itu di luar
kontrol kita. Karena sikap orang tidak bisa kita kontrol, tetapi satu-satunya
yang bisa Anda kontrol adalah Pilihan Anda dalam memilih sahabat yang baik dan
Bagaimana kita mensikapinya.
Apakah artinya kita
pilih-pilih teman? Untuk berteman mungkin kita bisa berteman dengan siapa saja,
tapi bersahabat tentu kita harus lebih selektif. Karena tabiat atau kebiasaan
itu bisa menular. Jika Anda memiliki sahabat yang baik maka Anda akan tertular
kebiasaannya yang baik. Tapi, jika sahabat Anda memiliki tabiat yang buruk,
maka Anda cenderung akan ikut kebiasaannya.
Maka tidak salah
jika Umar pernah berkata “Nikmat yang
Paling Berharga selepas nikmat iman dan islam adalah memiliki sahabat yang
sholeh.”
Baca Juga: Nikmat Persahabatan
Saya masih ingat
sebuah ungkapan dari salah satu dosen
saya, Prof. Dr. Hj. Sabarti Akhadiah, MK, “Yang penting itu bukan hanya dari
mana seseorang berasal (Keluarga), tapi bersama siapa ia hidup”
Jika hanya
orang-orang yang berasal dari keluarga yang terhormat saja yang memiliki masa
depan yang cerah, tentu sedikitlah kesempatan bagi setiap manusia. Tetapi,
setiap orang berhak sukses. Berhak meraih kehidupan yang lebih baik. Ketika ia
menggunakan kuasanya untuk menentukan pilihan, bersama siapa ia akan bersahabat
atau hidup.
Karena bersama
siapa Anda hidup, sahabat/ pasangan sangat menentukan masa depan kita. Maka
tidak salah jika saya katakan Sahabatmu Masa Depanmu. Baca Juga: PerjalananDalam Menggapai Hidayah dan Kesesatan
Masa depan kita
tergantung dengan siapa sahabat yang kita pilih. Biasanya sahabat kita adalah
orang yang memiliki kemiripan dengan kita. Anda lihat ia cocok dengan
pendidikan, lingkungan, agama, serta tabiat. Oleh karenanya, Rosulullah
Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Seseorang bersama orang yang
dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tulisan Terkait:
Cinta dan Benci
Jangan Salah
Mencintai
Orang yang
dicintainya itulah, kelak yang akan datang bersamanya pada hari kiamat.
Silahkan Anda pilih siapa yang Anda cintai untuk datang bersama Anda kelak?
Bila Anda mencintai Nabi Muhammad Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam, mencintai para
sahabat, mencintai manusia-manusia yang beradab, terhormat, dan beragama. In
Syaa Allah, kelak Anda akan datang bersama mereka. “seseorang akan dibangkitkan
dengan orang yang dicintainya” Oleh karena itu, Jangan Sampai kita salah
mencintai seseorang.
Baca Juga: Cinta Yang Membawa Berkah
Saya ingin tutup
dengan uangkapan Al-Imam Asy-Syafi’i rohimahulloh pernah berkata dengan penuh
tawadhu
“Aku mencintai
orang-orang saleh meski aku bukan dari mereka
Aku berharap,
dengan mencintai mereka, aku nanti mendapatkan syafa’at”
Doa saya, Semoga
Allah kumpulkan kita bersama sahabat-sahabat yang baik di dunia dan berlanjut
hingga di surga-Nya nanti.
Selamat menentukan
Pilihan?
Gambar: Voa
Jakarta, 25
Muharram 1438 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.