Rabu, 26 Oktober 2016

Sahabatmu Masa Depanmu

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Kali ini kita akan membahas sebuah topik yang sering membuat resah para orang tua. Sesuatu yang dapat menjadi jalan menyesatkan dan dapat pula menunjukkan jalan lurus bagi para pemuda adalah persahabatan.

Seorang bijak pernah berkata, jika ingin menebak masa depan seseorang lihat saja siapa sahabatnya. Pertanyaannya sahabat Anda, apakah mereka orang-orang yang baik atau sebaliknya? Apakah mereka adalah sahabat yang membantu Anda dalam mewujudkan ketaatan kepada Allah, atau sahabat yang menjauhkan Anda dari-Nya? Apakah mereka juga telah mendapatkan pendidikan yang sama, sebagaimana Anda mendapat pendidikan di rumah atau sebaliknya?

Kita sering bertanya-tanya, mengapa anak-anak yang telah didik dengan pendidikan yang sangat bagus oleh keluarga mereka yang juga berasal dari orang-orang terhormat. Namun, kita tidak mengetahui mengapa pemuda itu bisa melakukan hal-hal yang negatif yang melampaui batas. Keluarga mereka terkejut saat mengetahui anaknya sampai melakukan hal-hal yang negatif. Mereka juga terkejut  ketika mengetahui anak mereka berada di kantor polisi. Namun, mereka tidak memperhatikan siapa teman-teman anaknya. Di tengah kesibukannya mencari nafkah, terkadang para orang tua tidak banyak memperhatikan masalah ini.


Para pemuda menjadi baik atau menjadi buruk sangat tergantung pada siapa yang menjadi sahabatnya. Ungkapan itu sebenarnya bukanlah  perkataan kita atau perkataan orang-orang sekarang saja, melainkan perkataan Al-Qur’an dan Rasulullah sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan sejak zaman Nabi Musa alaihisallam saat beliau berkata,

Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami". (Q.S. Thaha: 25-35)

Nabi Musa adalah seorang Nabi yang termasuk diantara Rasul Ulul Azmi. Akan tetapi, ia melihat dirinya tidak mampu berdzikir serta beribadah seorang diri. Ia butuh seseorang teman yang membantunya.

Allah juga berdialog dengan Rasulullah Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam dan berfirman :

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Q.S. Al-Kahfi: 28)

Al-Qur’an memberikan sebuah perumpamaan dalam surat Al-Furqan, mengenai manusia yang akan datang kelak di hari kiamat dengan menggigit kedua tangannya. Itu disebabkan oleh kerugian dan penyesalan mereka terhadap apa yang mereka perbuat.

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul." Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. (Q.S. Al-Furqan: 27-29)

Bukan hanya menggigit satu tangan, melainkan keduanya. Bayangkan bagaimana ia merasa sangat merugi, putus asa dan menyesal. Kita banyak mendapati para pemuda yang mulai menempuh jalan hidayah Allah. Namun, setelah datang temannya, mereka pun berhenti dari jalan kehidupannya (hidayah) tersebut, dan mulai mundur berlangkah-langkah ke belakang. Oleh karena itulah, Nabi Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam bersabda,

“Seseorang itu bergantung pada agama temannya. Hendaklah salah seorang dari kamu melihat siapa yang menjadi temannya.” (HR. Tarmidzi, Imam Ahmad, Abu Daud)

Kita sering kali mengeluh terhadap tingkah laku teman atau sahabat kita, sebenarnya itu di luar kontrol kita. Karena sikap orang tidak bisa kita kontrol, tetapi satu-satunya yang bisa Anda kontrol adalah Pilihan Anda dalam memilih sahabat yang baik dan Bagaimana kita mensikapinya.

Apakah artinya kita pilih-pilih teman? Untuk berteman mungkin kita bisa berteman dengan siapa saja, tapi bersahabat tentu kita harus lebih selektif. Karena tabiat atau kebiasaan itu bisa menular. Jika Anda memiliki sahabat yang baik maka Anda akan tertular kebiasaannya yang baik. Tapi, jika sahabat Anda memiliki tabiat yang buruk, maka Anda cenderung akan ikut kebiasaannya.

Maka tidak salah jika Umar pernah berkata  “Nikmat yang Paling Berharga selepas nikmat iman dan islam adalah memiliki sahabat yang sholeh.”

      Baca Juga: Nikmat Persahabatan

Saya masih ingat sebuah  ungkapan dari salah satu dosen saya, Prof. Dr. Hj. Sabarti Akhadiah, MK, “Yang penting itu bukan hanya dari mana seseorang berasal (Keluarga), tapi bersama siapa ia hidup”

Jika hanya orang-orang yang berasal dari keluarga yang terhormat saja yang memiliki masa depan yang cerah, tentu sedikitlah kesempatan bagi setiap manusia. Tetapi, setiap orang berhak sukses. Berhak meraih kehidupan yang lebih baik. Ketika ia menggunakan kuasanya untuk menentukan pilihan, bersama siapa ia akan bersahabat atau hidup.

Karena bersama siapa Anda hidup, sahabat/ pasangan sangat menentukan masa depan kita. Maka tidak salah jika saya katakan Sahabatmu Masa Depanmu. Baca Juga: PerjalananDalam Menggapai Hidayah dan Kesesatan

Masa depan kita tergantung dengan siapa sahabat yang kita pilih. Biasanya sahabat kita adalah orang yang memiliki kemiripan dengan kita. Anda lihat ia cocok dengan pendidikan, lingkungan, agama, serta tabiat. Oleh karenanya, Rosulullah Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Seseorang bersama orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

        Tulisan Terkait: Cinta dan Benci

Jangan Salah Mencintai

Orang yang dicintainya itulah, kelak yang akan datang bersamanya pada hari kiamat. Silahkan Anda pilih siapa yang Anda cintai untuk datang bersama Anda kelak? Bila Anda mencintai Nabi Muhammad Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam, mencintai para sahabat, mencintai manusia-manusia yang beradab, terhormat, dan beragama. In Syaa Allah, kelak Anda akan datang bersama mereka. “seseorang akan dibangkitkan dengan orang yang dicintainya” Oleh karena itu, Jangan Sampai kita salah mencintai seseorang.

    Baca Juga: Cinta Yang Membawa Berkah

Saya ingin tutup dengan uangkapan Al-Imam Asy-Syafi’i rohimahulloh pernah berkata dengan penuh tawadhu

“Aku mencintai orang-orang saleh meski aku bukan dari mereka

Aku berharap, dengan mencintai mereka, aku nanti mendapatkan syafa’at”

Doa saya, Semoga Allah kumpulkan kita bersama sahabat-sahabat yang baik di dunia dan berlanjut hingga di surga-Nya nanti.


Selamat menentukan Pilihan?

Gambar: Voa

Jakarta, 25 Muharram 1438 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.