Minggu, 06 Maret 2011

GURU DALAM KEHIDUPAN

Guru Kehidupan "Belajar dari  Tukang"
Salah satu anugrah yang besar bagiku adalah kemampuan untuk dapat belajar dari segala hal yang terjadi di sekitar, pristiwa, fenomena alam, dan pekerjaan manusia. mengambil hikmah dan mendapatkan pelajaran dari itu semua merupakan sarana yang patut dijadikan kebiasaan bagi seorang pebelajar dalam mengupdate ilmunya. Hari ini saya belajar dari seorang Tukang yang luar biasa.

Sudah dua hari tukang bekerja dirumahku. Bli wayan dan mas randi sangat terampil di dalam mengolah papan untuk dijadikan pelapon dirumahku. Mereka terlihat sangat konsentrasi sekali di dalam mengerjakan pekerjaan itu. Satu hal yang dapat Saya pelajari adalah ketekunan, konsentrasi, ketelitian, imajinasi, dan humor. Sebenarnya masih banyak lagi yang sesuatu yang Saya tangkap dari peristiwa yang terjadi dirumahku. 


Tukang bagiku mempunyai daya imajinasi yang tinggi. Mereka adalah orang-orang yang cerdas, kreatif, dan mempunyai skill dalam hidup. Memang berdasarkan pengakuan mereka bahwa salah satu diantara mereka ada yang tidak tamat SD. Pelajaran yang Saya tangkap dari status mas randi yang tidak tamat SD adalah belajar itu bisa dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Tingginya sekolah kita terkadang tidak membuat kita semakin mempunyai wisdom atau kebijaksanaan. 

Ketika sedang asyiknya bekerja, tiba-tiba ada seorang bapak tua yang memarahi para tukang karena menggunakan lahan masjid di dalam mengolah papan. Tampak wajah kecewa diwajah mereka. Akan tetapi, sama sekali tidak membalas karena ia menghormati orang tua. Saya sangat kagum dengan pribadi, sikap, dan cara pandang mereka mengenai hidup. Bagiku mereka lebih dari seorang sarjana yang mempunyai gelar dan telah menghabiskan uang puluhan juta akan tetapi tidak dapat bekerja.

Pengangguran menjadi masalah yang cukup meyorot perhatian bangsa indonesia. Begitu banyak lulusan SMA yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya, terpaksa untuk menggangur atau menunggu kesempatan menjadi PNS. Keinginan menjadi PNS membuat mereka tidak produktif untuk mengembangkan potensi yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. 

Disisi lain, hal yang paling parah adalah banyak lulusan perguruan tinggi yang menjadi beban pengangguran bagi bangsa indonesia. Bukankah mereka adalah orang-orang yang telah dibekali ilmu yang cukup untuk membantu permasalahan yang sedang dihadapi bangsa kita. Terkesan Sekarang  bukanlah sebuah kebanggaan lagi menyandang gelar sarjana, hanya Formalitas tapi kurang berkualitas. 

Tukang itu telah mengajarkan Saya bagaimana menjadikan diri lebih produktif. Belajar dalam kehidupan, belajar dari segala sesuatu yang kita dengar, apa yang kita lihat lebih baik daripada belajar di sekolah yang membelenggu pikiran siswa serta mahasiswa untuk bergerak secara mandiri. 

Daya imajinasi tukang sangat terlihat ketika mereka menghadapi masalah, misalnya ketika papan profile kurang, sedangkan pekerjaan mereka belum selesai. Kekurangan itu disebabkan karena ada papan yang patah. Ketika itu Saya melihat Keoptimisan mereka di dalam bekerja. Tidak ada kata mengeluh di dalam bekerja. Hal itu mungkin karena mereka sudah terbiasa bekerja atau dengan kata lain mereka sudah terampil di dalam menghadapi masalah. Segala sesuatu mungkin bagi mereka, Tentunya dengan daya Kreatifitas yang tinggi.



5 komentar:

  1. iya siapa dari siapa saja kita dpt belajar bukan ilmu seperti di sekolah tapi lebih pada cara hidup, cara pandang dan kedewasaanhh


    hehe, salam persablogan mas Rio..

    BalasHapus
  2. hmm asik juga kayaknya nieh belajar dari pak tukang

    BalasHapus
  3. belajar dari alam dan lingkungan untuk lebih mensyukuri kehidupan yang kita jalani sekarang :)

    BalasHapus
  4. boleh juga renungan diatas....keep bloging brow

    BalasHapus
  5. Terimakasih Mb Rose : setuju, salam persablogan

    @ Daima : hehe, Ini baru tukang, apalagi Guru TUkang y?

    @ Mb Ajeng : Seperti lagu Dmasive, Syukuri apa yang ada. terimakasih

    @ Tax : Ok Bro, terimakasih atas supportnya

    BalasHapus

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.