Setiap manusia pasti memiliki cita-cita dan harapan. Apakah Anda juga memiliki cita-cita? Bagaimana perasaan Anda jika cita-cita itu bisa segera terwujud? Pasti senang bukan? Bagaimana perasaan orang tua Anda? Apa respon keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat Anda?
Tapi dalam
perjalanan kehidupan, tabir yang selama ini menjadi rahasia ilahi akan
tersingkap. Kita akhirnya menyadari tidak selalu yang kita inginkan itulah yang
terbaik bagi kita. Pagi ini saya ingin berbagi cerita dengan Anda. Semoga menginspirasi
Anda dalam mendesain kehidupan Anda.
Ahad pagi
kemarin, saya mengikuti kajian Tauhid di Masjid Istiqlal Jakarta Pusat yang di
isi oleh AA Gym, dalam sesi tanya jawab salah satu peserta bertanya sekaligus
meminta doa.
“Ustadz Doakan keponakan saya, dia
memiliki cita-cita menjadi dokter, semoga bisa terwujud.” Kata jamaah
“Semoga Allah berikan yang terbaik ya” Kata Aa Gym
“Doakan ya Aa semoga keponakan saya
menjadi Dokter” Jamaah kembali mengulang permintaannya.
“Keinginan kita belum tentu terbaik
menurut Allah, semoga Allah berikan yang terbaik ya. Jadi dokter belum tentu
yang terbaik. Kita doakan semoga dia menjadi anak yang sholeh ya” jawab Aa Gym.
Kisah kedua.
Ini kisah nyata, suatu hari ada pasangan suami istri datang kepada seorang
Ulama. Dia meminta doa agar diberikan keturunan.
“ya Ustadz, doakan saya semoga segera
diberikan keturunan ya. Kami sudah menikah lama tapi belum juga dikaruniakan
anak. Sedangkan tetangga kami baru nikah beberapa bulan sudah dikaruniakan
anak.” Kata sang suami
kepada Ulama
“ya, Saya doakan semoga Allah berikan
yang terbaik ya”
Jawab Ulama
“Pokoknya saya kepengen segera
dikaruniakan seorang anak ustadz” Jawab si tamu
“Punya anak belum tentu yang terbaik
menurut Allah. Saya doakan Semoga Allah berikan yang terbaik.” Jawab Ulama sambil tersenyum
“Ustadz, Saya boleh minta doa, agar
segera dikaruniakan momongan” Pinta si tamu dengan wajah penuh harap.
“Saya akan berikan doanya” Jawab Ulama
“Terima Kasih Ustadz, pokoknya saya
hanya kepengen punya anak” si bapak dengan semangat menjawab sambil tersenyum gembira.
Beberapa bulan
kemudian, bapak ini kembali mendatangi sang Ulama untuk memberikan kabar bahwa
istrinya sudah hamil. Tentu ulama ini
ikut bergembira mendengarnya. Lalu sang Ulama ini berpesan,
“Ingat ya, jika sudah terkabul dan
mempunyai anak. Jangan kesal dan menyesal ya.” Kata ulama dengan nada datar sambil
berusaha ikut gembira
“Oke Ustadz. Saya sudah tidak sabar
lagi menantikan bayi pertama kami. Terima kasih atas doanya” sang bapak sambil berpamitan pulang
dengan wajab sangat gembira.
Beberapa bulan
kemudian, sang bapak kembali mendatangi ulama. Tetapi kali ini wajahnya sedikit
sedih. Mukanya tertunduk, tatapannya kosong. Jalannya tidak lagi tegap
melainkan sangat pelan dengan nafas yang dangkal. Lalu ia mulai bicara
“Jika begini jadinya, lebih baik saya
tidak punya anak”
kata si bapak
“Lho ada apa emangnya?” Sanggah si Ulama
“Bayi saya kembar dua. Tetapi dua-duanya
cacat Ustadz” jawab
si bapak sambil menangis
Itulah gambaran
manusia. Terkadang kita menganggap keinginan, harapan, cita-cita kita itulah
yang terbaik bagi diri kita. Cita-cita itu bisa menjadi jalan keluar atas
tantangan hidup yang kita hadapi. Akan tetapi, kita sering lupa untuk
melibatkan Allah dalam setiap pilihan hidup yang akan kita jalani.
Banyak orang
yang menginginkan anak tetapi belum juga dikaruniakan anak. Karena Allah tahu
bisa jadi anak itu akan membuatnya sengsara dan menderita. Bisa juga dengan
memiliki anak, anak itu terlantar karena kesibukan orang tua.
Makanya ada
beberapa saran bagi orang yang belum memiliki anak untuk mengambil anak asuh. Agar
Allah melihat bahwa seseorang itu sudah siap diamanahkan seorang anak. Jika waktunya
pas, rasa kasih dan sayangnya telah tumbuh. Barulah Allah dengan kehendaknya
mengamanahkan seorang anak kepadanya.
Ingatlah di
dalam Al-Qur’an kurang lebih ada tiga jenis anak, Pertama, anak itu terkadang
menjadi perhiasan yang bisa menentramkan ayah bundanya, tingkah lakunya santun,
tutur katanya tidak menyakiti dan berkata yang baik. Kedua, Ada juga anak yang
menjadi cobaan bagi orang tuanya. Ia sulit sekali dinasehati. Orang tuanya
sudah berusaha mendidik anaknya dengan baik. Tetapi tetap saja anaknya keluar
jalur. Dan ketiga, terkadang anak bisa manjadi musuh. Baik di dunia maupun di
akhirat. Jika orang tua salah dalam mengasuh, merawat, dan mendidiknya, maka
jangan heran jika mereka suatu hari nanti akan menjadi musuh.
Bukan hanya
melibatkan-Nya agar cita-cita kita segera terwujud. Tetapi agar Allah
memilihkan yang terbaik untuk kita. Terbaik pilihannya, terbaik orangnya,
terbaik waktunya. Karena hanya Allah yang Maha Mengetahui.
Jika kita
tetap ngotot sambil berusaha, bisa saja Allah kabulkan. Tetapi belum tentu itu
yang terbaik bagi kita di masa sekarang maupun yang akan datang. Oleh karena
itu, ini bukan hanya tentang keinginan kita. Tetapi juga keridhoaan-Nya. Alangkah
bahagianya jika harapan kita ternyata sesuai dengan pilihan dan keridhoan Allah
yang Maha Kuasa.
Semoga Allah
selalu memberikan yang terbaik bagi Anda sekeluarga.
Jakarta, 1
Syaban 1437 H
Allah pasti tahu yang terbaik :)
BalasHapusthanks sharingnya yo
Barokaulloh Mbak Rei."Allah pasti tahu yang terbaik" sepakat. manusia saja yang terkadang belum bisa menjangkau rahasia ketetapan Allah.
BalasHapussenang Bisa Berbagi. Terima Kasih Sudah Meninggalkan Jejak