Masjid Al-Fattaah, Megamendung, Bogor |
Inilah pelajaran yang sangat penting
dari bambu “sekali pun bambu meliuk diterpa angin, dia mempunyai pegagangan,
akar yang kuat menghujam di tanah.”
Bagaimana bambu bisa sekuat itu?
Bambu saat pertama kali ditanam,
ditahun pertama, di saat kita sibuk menyiramnya agar subur, ia seolah-olah diam
saja. Bahkan, tak jarang, ilalang yang dibiarkan malah tumbuh jauh lebih lebat
dan suburnya.
Tahun berlalu. Cobalah terus memupuk
dan menyiramnya. Bambu tetap seperti tak tumbuh. Seolah tak ada sesuatu pun
yang terjadi pada bambu tersebut. Malah, tumbuhan lain yang ada di
sekelilinggnya, telah tumbuh dengan pesatnya.
Menginjak tahun ketiga, dengan
kesabaran yang terus kita berikan, yakni dengan terus merawat dan menyiraminya,
bambu tetap bergeming. Seolah ia tak mau tumbuh sehingga mulai memunculkan rasa
frustasi bagi yang menanamnya.
Tahun keempat, pepohonan yang ada di
sekeliling bambu telah makin tumbuh lebat dan bahkan ada yang sudah menjulang
tinggi. Sementara, bambu hanya tetap “diam” dan seperti tak hendak tumbuh. Ia
mungkin telah tumbuh, namun setengah atau semeter saja. Seolah tak mau tumbuh
layaknya pohon lainnya.
Namun, di saat bambu menginjak tahun
kelima, bagi yang tetap sabar merawatnya, akan segera menikmati hasilnya. Bambu
yang seolah diam, ternyata tumbuh tinggi dengan cepatnya. Bahkan, hanya dalam
hitungan minggu. Dan, ia tumbuh dengan kuatnya.
Apa yang terjadi? Dalam empat tahun
pertama, bambu ternyata “tumbuh” ke dalam tanah. Ia membentuk akar yang kuat
sehingga dalam empat tahun, akarnya yang berserabut menancap kuat ke dalam
tanah. Ia mengambil saripati terbaik dari dalam tanah sehingga mampu tumbuh
menjadi bambu yang kuat diterpa angin dan kokoh dengan banyak manfaat yang bisa
dipetik darinya.
Dengan masa tumbuh yang sangat lama
itulah, bambu menjadi sangat kaya manfaat. Batangnnya, bisa menjadi tulang
rumah, dari tiang, dinding, hingga aksesoris yang bisa menghias rumah. Mebel,
pagar, bahkan lantai rumah pun bisa dibuat dari bambu yang kokoh. Tak hanya
itu, dengan cara yang benar, bambu akan menjadi dasar bangunan yang tahan rayap
dan kokoh hingga bertahun-tahun lamanya (bahkan sampai 10 tahun).
Masjid ini (Al-Fattaah) dibangun oleh Insinyur dari German dengan Bahan Utama Bambu, Terletak di Puncak Bogor. |
Inilah pembelajaran yang bisa kita
petik dari filosofi bambu. Seperti juga kehidupan. ada proses panjang menuju
terwujudnya impian. Sebab, tak ada sesuatu yang terbangun secara instan. Kalau
pun ada, pastinya ia tak kan sekuat dan sekokoh kesuksesan yang didapat dengan
peluh keringat dan darah perjuangan.
Dan, semua itu didapat bukan dalam
waktu setahun dua tahun. namun, tak jarang bertahun-tahun lamanya. Hingga tak
heran, banyak pula yang “bertumbangan” sebelum sampai puncak sukses yang
didambanya. Akibatnya, perjuangan kadang justru berhenti di saat hendak sampai
puncak. Padahal, dengan sekali lagi, sekali melangkah, sekali menahan rasa
sakit, sekali lagi terjatuh, barangkali, dibalik itu akan segera menemukan
sukses yang dicari.
“kesabaran” sang bambu inilah yang
seharusnya bisa kita pelajari dan hayati untuk dipraktikkan dalam kehidupan.
meski tak terlihat orang, ia konsisten mencari dan menyerap yang terbaik di
dalam tanah sehingga akarnya sagat kuat menghujam ke tanah.
Begitu pula kita sebagai manusia yang
Ruaarr Biasa. Sebaik-baik ciptaan yang Allah ciptakan. Meski tak terlihat,
belum tampak memberikan hasil yang diharapkan, kita harus konsisten untuk memperjuangkan
apa yang pantas kita raih. Konsistensi dan integritas terhadap bidang yang kita
jalani, serta apa yang kita perjuangkan inilah yang akan menjadi “akar” kuat
sehingga saat sukses didapat, ia tak kan mudah digoyang dan digoncang badai
kehidupan.
Proses layaknya bambu inilah yang
harus kita pegang dalam setiap hal yang kita terjuangkan. Jangan pernah
menyerah dengan hasil yang belum tampak di depan mata. Tapi, jika yakin dan
sadar dengan apa yang diperjuangkan, serta terus fokus, sedikit demi sedikit,
“akar” yang terbentuk akan menguatkan sukses kita.
Mari, syukuri apa pun hasil yang telah
kita capai saat ini. Dan, dengan syukur itu, mari kita terus berjuang untuk
mencapai hasil yang lebih dan lebih baik lagi. Sehingga, kita pun akan tumbuh
pesat layaknya sang bambu yang kokoh karena fondasi akarnya yang kuat.
Jakarta, 9 Syaban 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.