Kamis, 12 Mei 2016

Mengapa dan Bagaimana Bahasa Dapat Berfungsi Sebagai Sarana Pengembangan Keperibadian Anak Bangsa Secara Utuh ?



Bahasa adalah ciri khas manusia; tidak ada bahasa tanpa manusia, dan sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup layak tanpa bahasa.

di Indonesia saat ini banyak anak-anak yang pintar, tetapi kurang beradab (berkepribadian). Pendidikan seharusnya mampu membentuk manusia yang beradab. Oleh karena itu, belajar bahasa bukan hanya belajar komunikasi, tetapi membangun kepribadian. 

Kenapa manusia diberikan bahasa? Untuk menjadi khalifah di muka bumi. Maka Allah beri manusia tiga kemampuan: Akal, bahasa, dan kemampuan belajar. Sehingga manusia dapat menjalankan tujuan penciptaannya dan bisa mengurus dunia.

Apa yang paling vital dalam pengembangan kepribadian anak bangsa secara utuh? Tentu keluarga dan lingkungan sosial. Selama mengandung hendaknya ayah dan ibunya sering melakukan kebaikan, membaca Al-Qur’an, cerita yang baik, dan puisi. Bukan hanya dia anak siapa, tapi dengan siapa dia hidup.

Dalam proses pertumbuhan anak, bahasa bukan sekedar menjadi sarana pengungkapan perasaan dan sikap, melainkan juga merupakan unsur diri pribadi karena pembentukan diri pribadi terjadi dalam interaksi dengan lingkungan melalui bahasa. 

Pembentukan karakter di mulai dari bahasa pertama. Makanya beda budaya beda cara. Contoh pendidikan orang jawa, ketika berbicara mereka menundukkan kepala (karena dianggap tabu dan tidak sopan menatap lawan bicara). Sedangkan pendidikan di barat, ketika berbicara harus menatap. 

Salah satu contoh di keluarga, saya mengamati kenapa seorang anak kehilangan kepercayaan diri. Dia kehilangan keberaniannya untuk mengungkapkan perasaannya. Ia menganggap bahwa itu identitas dirinya yang sulit dirubah. Setelah saya menyelidiki dari neneknya, ternyata anak ini ketika kecil sering dimarah oleh orang tuanya. Bukan hanya pilihan katanya yang kurang tepat, tetapi intonasi yang tinggi membuat anak ini sering ketakutan. Akibatnya anak ini sering melamun dan pendiam.

Orang tuanya pun memperlakukan para pembantunya dengan kurang santun, sehingga anak-anaknya memperlakukan para pembantunya dengan kurang santun juga. Anaknya serba dilayani, mulai dari bangun tidur,  harus dipaksa bangun, lalu digendong ke kamar mandi, makan disediakan. 

Jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mengajari berbahasanya baik, maka diharapkan dia akan terbiasa untuk selalu berbahasa yang baik dan sopan. Sebaliknya jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan berbahasa yang kasar dan kurang sopan maka ia akan tumbuh dengan berbahasa yang kasar dan kurang sopan pula.

Anak memiliki sifat paling senang meniru. Orang tuanya merupakan lingkungan terdekat yang selalu mengitarinya dan sekaligus menjadi figur dan idolanya. Bila mereka melihat kebiasaan baik dari ayah maupun ibunya, maka mereka pun akan cepat mencontohnya. Orang tua yang berperilaku buruk akan ditiru perilakunya oleh anak-anak.  Anak-anak pun paling mudah mengikuti kata-kata yang keluar dari mulut kita. Anak-anak akan menirukan bahasa yang dipilih, intonasinya, mimik dan gerak tubuh menjadi kepribadian anak.

Bagaimana caranya?

Keteladanan dan kedekatan ibarat dua kaki kita, saling melengkapi dan saling menguatkan. Keteladanan tanpa kedekatan akan menghasilkan anak yang kehilangan jati diri. Ia ingin seperti orang tuanya namun sebenarnya ia tak terlalu yakin dengan dirinya. Ia bangga dengan profesi orang tuanya namun ada kebencian tersembunyi yang ada di alam bawah sadarnya. Bangga tetapi hatinya terluka.

Begitupula kehidupan rumah tangga akan pincang apabila hubungan orang tua dan anak dekat namun sejatinya orang tuanya tidak bisa menjadi teladan. Merokok di depan anak-anak, berkata-kata kasar, bangun kesiangan, tidak melakukan kewajiban agama, melakukan hal-hal buruk di depan anak. Secara fisik dan emosi dekat namun sikap dan perilakunya tak bisa menjadi teladan. Keteladanan dan kedekatan seperti dua sisi mata uang yang tak boleh dipisahkan.

Oleh karena itu, tanggung jawab orang tua adalah memberikan lingkungan yang terbaik bagi pertumbuhan anak-anaknya. Salah satunya dengan memberikan keteladanan yang baik bagi anak-anaknya, karena kenangan utama bagi anak-anak adalah kepribadian ayah-ibunya.

Kesimpulannya dengan bahasa inilah seorang anak manusia menjalani proses pemanusiaan (humanisasi) dirinya yang akan membentuk jati dirinya sepanjang hayat.  Dalam perkembangan dirinya (baca: individu), melalui bahasanya ia belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosialnya (baca: masyarakat). Melalui bahasanya pula ia menyerap berbagai pengetahuan, sikap, serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya. 

*Jawaban Soal UTS Nomor 1 Mata Kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa (Prof. Dr. Hj. Sabarti Akhadiah, M.K.)

Jakarta, 4 Syaban 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.