Selasa, 24 Mei 2016

Pembaharuan Bukan Berarti Sekularisasi



Salah satu tokoh Muhammadiyah, Hamka menolak pembaharuan atau modernisasi sebagai upaya sekularisasi, yaitu upaya “mempreteli” Islam itu sendiri, atau meninggalkan pokok-pokok ajaran agama. Pada zaman penjajahan, pendidikan memiliki jiwa netral terhadap agama. 

Hasil didikan penjajahan itu, anak-anak orang Islam yang masuk ke sana, betapapun taat orang tuanya, dan betapapun kuat suasana iklim agama dalam lingkup kampung halamannya, kalau sudah meminum air pendidikan barat, terasalah nikmatnya dan mereka tidak mau melepaskan lagi, sampai mereka keluar dari pendidikan itu. 

Pertama mereka netral kepada agama, kemudian menjadi tidak peduli kepada agama. Ghirah (Kecemburuan) beragama tidak ada lagi, mereka lantas menganggap agama tidak perlu, benci kepada segala yang berhubungan dengan agama. Orang yang teguh menjalankan agamanya dianggap fanatik. 

Orang yang teguh beragama adalah orang yang tidak terpelajar. Para kiyai dengan pondok-pondoknya menjadi bahan cemoohan. Santri dengan kesederhanannya. Bahkan pakaian haji, sorban haji, kain sarung, langgar, pondok, masjid, semuanyaadalah sasaran empuk untuk dimaki. 

Atas nama pembaharuan pula, lantas timbul gagasan agar agama jangan dicampur-campur dengan politik. Orang Islam mesti turut mengadakan modernisasi, yaitu modernisasi yang memisahkan agama dengan negara. Modernisasi oleh karenanya adalah sekularisasi. Agama hanya diisolasi di masjid. Islam masih dibiarkan hidup tapi hanya membaca-baca tahlil, membaca doa-doa pada hari besar resmi. Para ulama dan kiyai hanya didukung untuk membuat fatwa-fatwa yang menyokong kepentingan politik penguasa. (Hamka, 2002: 24-25)

Tentu saja, modernisasi yang seperti itulah yang diinginkan oleh para musuh Islam. Modernisasi semacam itu pula yang hendak diterapkan di beberapa negara yang meyoritas umat Islam ada di dalamnya. Buya hamka menyimpulkan uji coba modernisasi dan sekularisasi semacam itu sebagai kegagalan besar. Kemal Attaturk di Turki yang mempreteli Islam, sampai ke tingkat merubah azan dan sholat ke dalam bahasa Turki. Habib Burguiba Presiden Tunia menyingkirkan Islam sampai pada anjuran tidak berpuasa di bulan ramadhan karena dianggap menurunkan produktifitas. Dan Presiden Soekarno dengan Nasakomnya, dan suka mencemooh orang yang taat beragama sebagai kolot dan fanatik (Hamka, 2002: 26-27). Upaya modernisasi semacam itu terbukti gagal. Karena bukan itu yang dimaksudkan dengan pembaharuan dalam Islam.

Sekularisasi tumbuh subur di Barat setelah malalui masa renaissance, kaum yang menghambakan duniawi, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dianggap Tuhannya, berjuang membebaskan diri dari kungkungan gereja yang dianggap menghalangi kemajuan berpikir. Sekularisme timbul karena ketika agama dibawa dalam pemerintahan, kerusuhan dan huru-hara atas nama agama tidak pernah berhenti hingga peperanagan atas nama agama katolik dan Protestan di abad 16-17. Akhirnya, sekularisme mencapai puncaknya yang radikal dengan tumbuhnya paham komunisme; persetan dengan tuhan, persetan dengan agama. Tuhan dan agama nonsence semua. (Hamka, 2002: 271)

Modernisasi bukan westernisasi. Sehingga segala yang diambil dari barat itu pembaharuan, itulah modern. Ajaran Islam itu universal dan memandang manusia dari segi universalnya pula. Cahaya Allah itu menyinari seluruh langit dan bumi, sebagai pelita yang membawa sinar ke seluruh alam. Sinarnya tidak pernah padam. Minyaknya tidak pernah kering. Sinarnya tidak condong ke timur atau ke barat, tteapi merata ke segenap penjuru. (Q.S. An-Nur : 35)

Modernisasi tidak berarti menghilangkan kepribadian sebagai bangsa merdeka, kepribadian sebagai umat Islam yang dinamis, lantas kita meniru-niru barat atau timur. Segala yang dari barat ditiru, termasuk hal-hal yang bertentangan dengan agama.

Gambar : leviyamani

Jakarta,  16 Syaban 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.