Setiap waktu, setiap saat selalu ada manusia yang berpacu
untuk menjadi pemenang. Mental pemenang sebenarnya sudah menyatu dalam darah
dan daging kita sebagai manusia. Kehadiran kita adalah bukti nyata bahwa dahulu
kita berhasil mengalahkan ratusan juta bahkan miliaran sel sperma.
Setelah kita lahir, seiring berjalannya waktu. Kita semakin
menjauh dari diri kita sebenarnya. Banyak orang yang merasa asing dengan
dirinya. tidak tahu tujuan penciptaan dirinya. kemana ia akan pergi setelah
kematiannya?
Kenapa? Karena waktu berkompetisi kita sering lupa untuk
mengevaluasi, kurang waktu untuk merenung. Apa yang sebenarnya kita kejar? Apa kemenenangan
terbesar bagi manusia sebenarnya?
Kemenangan terbesar manusia adalah mengetahui tujuan hidupnya
dengan pasti, kemana ia akan pergi setelah mati. Setelah tahu, ia menjadikan
tindakannya sebagai persiapan-persiapan yang tidak ada hentinya. Siang malam
dalam keadaan siap menyambut kematian.
Bukankah hidup ini adalah ladang amal untuk mempersiapkan
bekal? Bukankah tidak ada kesenangan yang abadi di dunia? Begitu juga kesedihan
yang terus menerus menyelimuti diri seseorang.
Saya menyadari memang tidak ada orang yang siap mati. Maka,
beruntunglah orang-orang yang telah menyiapkan diri untuk itu. Kematian menjadi
kerinduan, bukan sesuatu yang ditakutkan. Kematian menjadi kawan lama yang
menyapa dengan hangat, bukan menyeret paksa.
Bolehkah saya bertanya, siapa diantara Anda yang semakin lama makan semakin nikmat? Ketika umur bertambah Semakin bertambahkah nikmatnya atau semakin
berkurang? Adakah manusia semakin bertambah umur semakin sehat? Apakah Semakin tampan dan
cantik? yang pasti manusia semakin keujung semakin menua, melupa, melemah. Benar apa benar? Semua itu mengajarkan kepada kita agar tidak terlalu melekat kepada
dunia. Dan segera mempersiapkan perjalanan selanjutnya ke akhirat.
Karena setiap jiwa tidak akan pernah kekal di dunia. Begitu juga
dengan kebahagian dan penderitaan yang tidak abadi. Kesehatan dan sakit yang
pasang surut. Kaya dan miskin yang dipergilirkan.
Semoga kita tidak lupa
dan melupakan itu. Sudahkah kita mempersiapkannya hari ini?
Jakarta, 23 Syaban 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.