Selasa, 03 Mei 2016

Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam



Melanjutkan pembicaraan kita kemarin Baca (Revolusi Pendidikan). Ada sebuah kaidah, (Manusia, akal) adalah ciptaan-Nya dan Allah adalah Sang Pencipta Maka jangan pertentangkan antara ciptaan dan Sang Penciptanya. Alangkah beraninya kita menentang kebesaran Allah dengan akal, lisan dan perbuatan kita.

Mengapa semua ini terjadi? Bagaimana cara mengantisipasinya? Ada 5 Prinsip Pendidikan dalam islam yang sebaiknya kita jadikan pedoman.

Pertama, Prinsip Al-Wihdah (Integrasi) 

Tidak ada pemisahan antara dunia dan akhirat, antara agama dan negara, antara ilmu agama dan ilmu umum. Dalam islam dunia ini adalah jembatan menuju kampung akhirat. Karena itu, mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak dapat dielakkan agar masa kehidupan di dunia ini benar-benar bermanfaat untuk bekal yang akan dibawa ke akhirat.

Semua mata pelajaran (mata kuliah) idealnya menjadikan ketauhidan seseorang bertambah, bertambah imannya, bertambah yakin akan kebesaran Allah di alam semesta. Oleh karena itu, guru (dosen/pendidik) adalah ujung tombak dalam membenamkan nilai ketauhidan dan melakukan integrasi nilai-nilai di jiwa pembelajar. 

Perilaku yang terdidik dan nikmat apapun yang diperoleh dari Sang Kholik harus diabdikan untuk mencapai mencari keridhoanNya. 

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashash: 77)

Prioritas kita dalam hidup adalah mempersiapkan bekal untuk pulang, kejar akhirat sungguh-sungguh, tapi jangan lupakan bagianmu di dunia. Jika prioritas ini kita balik, menjadikan akhirat di waktu-waktu sisa, mungkin inilah penyebab kita sering merasa hampa, capek, kesal, kecewa. Selengkapnya Baca di (Kapan WaktuTerbaik Untuk Berlari atau Berjalan?)

Kedua, Prinsip Tawazun (Keseimbangan)

Bukankah hakikatnya manusia terdiri dari badan kasar dan badan halus? Jasad dan Ruh? Unsur Bumi dan Unsur Langit? Oleh karena itu, prinsip keseimbangan merupakan sebuah keniscayaan, sehingga dalam pengembangan dan pembinaan manusia tidak ada kesenjangan.

Keseimbangan antara material dan spritual, unsur jasmani dan rohani. Pada banyak ayat Al-Qur’an menyebutkan iman dan amal secara bersamaan. Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan iman dan amal secara bersamaan, secara implisit menggambarkan keseimbangan dan kesatuan yang tidak terpisahkan.

Ketiga, Prinsip Taswiyah (Persamaan)

Prinsip ini berangkat dari konsep dasar bahwa manusia mempunyai asal muasal kejadian yang sama, yaitu dari tanah, tidak ada yang membedakan derajat, baik antara jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa, maupun suku, ras atau warna kulit. Sehingga budak sekalipun mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan islam. Nabi Muhammad Sholaullohhu ‘alaihi Wassalam bersabda:

“siapapun di antara seorang laki-laki yang mempunyai seorang budak perempuan lalu diajar dan dididiknya dengan ilmu dan pendidikan yang baik kemudian dimerdekakannya lalu dinikahinya, maka (laki-laki) itu mendapat dua pahala disisi Allah” (HR. Bukhori)

Keempat, Prinsip Ta’lim Minal Mahdi ilal-Lahdi (Long Life Education)

Sesungguhnya prinsip ini bersumber dari pandangan mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia di mana manusia dalam sepanjang hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan yang dapat menjerumuskan dirinya sendiri ke jurang kebinasaan. Makanya ayat yang pertama kali turun adalah perintah membaca, sebagaimana firman Allah, 

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq: 1-5)

Dalam hal ini dituntut kedewasaan manusia berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali kesalahan dan kejahatan yang dilakukan, disamping selalu memperbaiki kualitas dirinya. Sebagaimana firman Allah,
“Maka barang siapa bertobat sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha 
Penyayang.” (Q.S . Al-Maidah: 39)

Kelima, Prinsip Fadhilah (Keutamaan)

Pendidikan bukanlah hanya proses mekanik melainkan merupakan proses yang mempunyai ruh dimana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada keutamaan-keutamaan. Karena pada dasarnya manusia selalu bertanya apa manfaatnya bagiku? Ketika seseorang mengetahui keutamaan memiliki akhlak yang baik maka ia akan terdorong menjadikannya sebagai kepribadian yang melekat pada dirinya.

Nilai-nilai moral/akhlak tersebut harus dilandasi oleh nilai-nilai tauhid. Seperti yang telah kita bahas di point pertama. Tahukah Anda orang yang nilai moral atau akhlaknya yang paling buruk dan rendah? Banyak orang yang menyangka orang yang paling muruk akhlaknya hanya pencuri, dan sejenisnya, padahal nilai moral/ akhlak yang paling rendah dan buruk adalah mensekutukan Allah (Syirik). 

Dengan prinsip ini, pendidik diharapkan bukan hanya menyediakan kondisi belajar, tetapi lebih dari itu turut membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh pendidik tersebut. Nabi Muhammad Sholaullohu “alaihi Wassalam bersabda :

Hargailah anak-anakmu dan baikkanlah budi pekerti mereka” (HR. Nasa’i)

Terakhir, berbicara mengenai akhlak, moral, budi pekerti. Semuanya tidak bisa diajarkan, tetapi ditularkan. Oleh karena itu, jadilah tauladan untuk orang-orang disekitarmu. Karena perbuatan kita lebih menunjukkan siapa kita sebenarnya daripada perkataan kita.


Jakarta, 25 Rajab 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.