Senin, 21 Maret 2016

Agar Bisa Hidup Bahagia Setiap hari



Setiap orang pasti mendambakan kebahagian dalam hidup. Tetapi banyak yang tidak  mengetahui dengan pasti apa itu kebahagian dan dimana mencarinya. Seolah-olah kebahagian itu adalah milik segelintir orang yang beruntung, memiliki rumah, pekerjaan layak, uang yang banyak, bisa berpergian kemana pun ia mau, kendaraan roda empat, istri, anak, dan sejenisnya.

Jika kita menjadikan syarat kebahagian itu berada di luar diri kita, pertanyaannya kapan kita bahagia? Apakah harus semuanya terwujud dulu baru kita bahagia? Faktanya, tidak sedikit orang menunda kebahagiannya. Padahal kebahagian itu dimulai dari dalam diri Anda, bukan dari luar.

Saya akan bahagia jika saya sudah lulus, saya akan bahagia jika saya punya rumah, saya akan bahagia jika orang tua saya berubah, saya akan bahagia jika Anak saya menjadi anak sholeh, saya akan bahagia jika punya Suami yang sholeh (istri yang solehah), saya akan bahagia jika bisa keliling dunia, saya akan bahagia jika........(isi sendiri ya). Inilah yang saya sebut dengan kebahagian bersyarat. Selengkapnya Anda bisa baca di sini : Berikan Sesuatu Tanpa Syarat

Begitu semua yang ia inginkan terwujud apakah seoserang bahagia? Faktanya, enggak juga. Begitu punya ingin punya lebih banyak lagi, rumah lebih besar lagi, uang lebih banyak lagi, terus menerus nafsu kita tidak akan pernah letih mengejar yang lebih baik.

Saya belajar banyak dari guru saya, bahwa kebahagian itu masalah keputusan. Anda bisa memutuskan untuk berbahagia apapun keadaan anda hari ini atau Anda memutuskan untuk mengeluh dan tidak bahagia. Jadi kebahagian adalah sebuah keputusan dari dalam, bukan berdasarkan kepemilikan ini dan itu dari luar.

Guru saya mengingatkan lagi “Jika Anda tidak bisa bahagia hari ini, Anda tidak akan bisa bahagia kapan pun”.

Mari kita simak kisah menarik berikut ini, bagaimana dua orang pasangan suami istri memiliki cara pandang yang berbeda dalam kehidupannya.

Saiful  dan Lulu  bekerja di sebuah perusahaan ternama di bagian customer care, di mana mereka bekerja untuk menangani keluhan pelanggan perusahaan. Bagi Saiful pekerjaannya begitu menyiksa dirinya, setiap hari ia harus melayani keluhan demi keluhan sehingga membuat dirinya menjadi begitu tertekan hingga akhirnya suasana itu membentuk karakter dirinya, ia jadi begitu mudah marah, uring-uringan dan pekerjaan menjadi berantakan bahkan hubungannya dengan sang isteri ikut terganggu. 

Lain halnya dengan Lulu, buat dirinya pekerjaannya melayani komplain customer adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan. Menantang, katanya. Hasilnya, ia menjadi lebih mampu memanage emosi dirinya dan meningkatkan kemampuannya berkoordinasi dan berkomunikasi dengan bagian lainnya untuk mengatasi persoalan yang timbul.

Bisa kita lihat perbedaan pilihan yang dibuat oleh Saiful dan Lulu pilihan untuk tertekan, stres, berkeluh kesah atau memilih untuk berkembang melalui situasi yang ada. Dan ternyata setiap hari kita selalu disuguhkan dengan yang namanya pilihan. Coba saja anda perhatikan, dari sejak bangun tidur hingga kembali tidur, aktivitas kita selalu berbentuk pilihan. 

Contohnya, pada pagi hari kita bisa memilih untuk bangun pagi atau tetap bermalas-malasan di tempat tidur sehingga bangun kesiangan. Waktu berangkat ke tempat kerja, kita bisa memilih jalur biasa yang panjang dan macet atau jalur memotong dengan konsekuensi harus lewat jalan sempit dan banyak lubang, kita bisa memilih ngebut atau jalan perlahan. Tinggal keputusan kita untuk memilih mana yang kita inginkan. Terserah kita mau menentukan yang mana, bebas saja.

Namun yang perlu dicermati adalah konsekuensi dari pilihan tersebut yang tidak bisa kita tolak. Kembali ke contoh di atas jika kita memilih untuk berada di posisi Saiful maka hasilnya kita menjadi tidak bisa berkembang dan justru malah membuat kita mundur dan membuang begitu banyak energi. Sehingga menjadi sangat penting bagi kita untuk selalu memikirkan konsekuensi pilihan kita.

Jika ada suatu waktu kosong segeralah membuat pilihan yang membawa manfaat, hindari pilihan untuk santai, atau mengobrol tidak menentu. Tanamkan dalam diri bahwa hari ini adalah “the best time” untuk saya melakukan hal-hal produktif. Berkembang setiap hari dan selalu melakukan yang terbaik.

Hindari ungkapan seperti:

”Duh sengsaranya diri ini, gaji kecil, hutang banyak, anak sakit, serasa runtuh dunia ini”

“Waduh, rapaaatttt melulu, kapan istirahatnya, stres berat nih!”

“Dasar anak kecil, kerjanya nangis melulu udah gitu main melulu rumah jadi berantakan nih!”

Padahal bisa jadi kita rubah pilihan kita menjadi:

“Alhamdulillah masih gajian pelan-pelan bisa lunasin hutang mudah-mudahan berkah dan Allah tambahkan rezeki”

“Yes, seneng banget nih! Di rapat nanti ketemu orang-orang penting jadi bisa belajar dari mereka”

“Sabar-sabar, memang sulit mengurus anak tapi ini bisa jadi ladang amal dan belajar, sabar….”

Rasullulah SAW, walaupun sudah dijamin oleh Allah SWT dari dosa-dosanya tetap memilih untuk bersungguh-sungguh mengerjakan shalat tahajjud hingga bengkak kakinya. Padahal bisa saja beliau memilih untuk tenang-tenang saja, toh tetap saja ketekunannya tidak berubah.

masih berbicara soal bahagia, ternyata keberadaan agama bukan hanya menjadikan hidup kita menjadi teratur, tapi tujuan beragama itu untuk membahagiakan dan menyelamatkan. Dengan catatan ia menyerah terlebih dahulu.

Penelitian University of Wisconsin (2012) menyimpulkan bahwa syukur dan keyakinan kepada Tuhan membuat orang lebih bahagia. Hasil jurnal Psychological Science (2012) memaparkan bahwa orang yang taat beragama memiliki percaya diri dan kondisi psikologi yang lebih baik. Penelitian melibatkan hampir 200.000 orang di 11 negara. Dan masih banyak lagi hasil riset tentang kebahagian yang berhubungan dengan ketaatannya dalam beragama.

Apakah Anda tahu jalan terbaik menuju kebahagiaan? Jadilah hamba-Nya. Kenapa?

Salah satu tujuan hidup kita sebagai  Hamba Alloh  adalah untuk beribadah kepada-Nya dalam seluruh aspek kehidupan, karena saya yakin manusia sejatinya sangat membutuhkan Alloh, Hati manusia tidak akan baik, tidak pula sukses, senang, bahagia, merasakan kelezatan, nyaman dan tidak pula tenang kecuali dengan beribadah kepada Tuhannya saja, mencintai-Nya dan kembali kepada-Nya” dengan jalan menjalin silaturahim, membaca, berkarya, mengurus masyarakat, berbuat baik kepada orang tua, guru, tetangga, anak yatim, miskin, ibnu sabil, budak bahkan hewan ternak dan tumbuhan dan sebagainya.

Sekarang Anda sudah tahu bukan cara untuk bahagia setiap hari?

Dengan memilih untuk menjadi bahagia sebenarnya kita juga sedang mensyukuri karunia Allah yang telah diberikan kepada kita. Ada yang tertarik untuk berbahagia setiap hari?

Bengkulu, 12 Jumadil Akhir 1437 H/ 21 Maret 2016 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.