Rabu, 23 Maret 2016

Sumber Keberkahan

Amsterdam, Cibubur, Kota Wisata

Ada cerita menarik menjelang subuh ini. Lagi-lagi kemenangan butuh persiapan, di dalam Sebuah Perumahan Kota Wisata Cibubur bergaya Amsterdam kami sedikit memerlukan usaha extra untuk menemukan masjid di sini.  

Saya selalu yakin bahwa jika kita berusaha pasti ada jalan. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit, dengan 6 kali bertemu jalan mentok, akhirnya kami berhasil menemukan sebuah gerbang kecil menuju jalan besar.

Alhamdulillah sesuatu dengan doa nabi “Ya Alloh berkahilah umatku di waktu paginya”. Kami menemukan masjid besar di pinggir jalan, tampak berjejer panjang berbagai jenis mobil, saya pikir kenapa pagi-pagi sudah macet. Ternyata, semuanya berhenti di depan masjid.

Salah satu kiat mensiasati kemacetan adalah kita harus bangun lebih pagi. Sebagian besar mereka langsung berangkat bekerja setelah sholat subuh. Jumlah jamaahnya hampir sama dengan jumlah jamaah sholat jumaat. Pemandangan seperti ini pernah saya temukan ketika saya berada di depok. 

Setelah sholat subuh, karena sebagian langsung pergi ke kantor. Tapi sebagian lain mengikuti kajian subuh. Masih ada kaitannya dengan keberkahan mari kita simak cerita berikut ini


Ada seorang lelaki datang kepada Imam Syafe’i dan mengeluhkan kehidupannya. Lelaki itu berkata, “Penghasilan saya sebagai panjaga kandang onta setiap hari adalah 5 dirham (kurang lebih 400 ribu rupiah) tetapi mengapa masih kurang? Istri saya sering marah-marah dan keluarga saya tidak harmonis. Dada saya terasa sumpek. Wahai sang Imam apa yang perlu saya lakukan.”

Mendengar keluhan dari jamaahnya, sang Imam menjawab, “Bilang kepada majikanmu, untuk menurunkan gajimu.” 

Mendengar jawaban sang imam lelaki ini terkejut. Namun karena ketundukkannya kepada sang guru, lelaki ini pun menuruti perintahnya. 

Saat ia menyampaikan permintaan kepada majikannya untuk menurunkan gajinya, sang majikan pun terkejut. Bahkan sempat bertanya, “Tidak salah permintaan ini?”

Akhirnya, gaji lelaki itu diturunkan dari 5 dirham menjadi 4 dirham setiap hari. 

Setelah beberapa bulan berlangsung, sang lelaki ini kemudian menghadap lagi kepada imam Syafe’i. “Wahai Imam, alhamdulillah istri saya semakin baik, walaupun terkadang masih cererwet. Saya sudah merasa bahagia walau terkadang kesedihan masih muncul. Apa lagi yang harus saya lakukan?”

Sang imam kembali menjawab, “Bilang kepada majikanmu untuk menurunkan lagi gajimu.” Singkat cerita, akhirnya gaji lelaki ini menjadi 3 dirham sehari, atau kurang lebih menjadi Rp 240.000. Jauh lebih kecil dari gaji awalnya yang kurang lebih Rp 400.000. Setelah gaji lelaki ini 3 dirham ternyata ia lebih bahagia dan rumah tangganya semakin mesra dan harmonis.

Sang Imam menjelaskan, “Terkadang bayaran kita terlalu mahal dibandingkan jerih payah kita. Kelebihan bayaran inilah yang merusak harta halal yang seharusnya kita terima. Dan, itulah yang membuat kita tidak bahagia dan rumah tangga kita sering dirundung masalah.”

Mari kita pastikan bahwa jerih payah kita, prestasi kerja kita di kantor dan sumbangsih yang kita berikan itu jauh lebih besar dibandingkan gaji dan penghasilan yang kita peroleh. Karena, itulah sumber keberkahan rezeki kita.

Semoga Keselamatan, Rahmat, dan Barokah Allah selalu menyertai kita semua .

Perumahan Kota Wisata,
Cibubur (Amsterdam), 14 Jumadil Akhir 1437 H/ 23 Maret 2016 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.