Amsterdam, Cibubur, Kota Wisata |
Ada cerita
menarik menjelang subuh ini. Lagi-lagi kemenangan butuh persiapan, di dalam
Sebuah Perumahan Kota Wisata Cibubur bergaya Amsterdam kami sedikit memerlukan
usaha extra untuk menemukan masjid di sini.
Saya selalu yakin bahwa jika kita berusaha pasti ada jalan. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit, dengan 6 kali bertemu jalan mentok, akhirnya kami berhasil menemukan sebuah gerbang kecil menuju jalan besar.
Alhamdulillah
sesuatu dengan doa nabi “Ya Alloh berkahilah umatku di waktu paginya”. Kami menemukan
masjid besar di pinggir jalan, tampak berjejer panjang berbagai jenis mobil,
saya pikir kenapa pagi-pagi sudah macet. Ternyata, semuanya berhenti di depan
masjid.
Salah satu kiat
mensiasati kemacetan adalah kita harus bangun lebih pagi. Sebagian besar mereka
langsung berangkat bekerja setelah sholat subuh. Jumlah jamaahnya hampir sama
dengan jumlah jamaah sholat jumaat. Pemandangan seperti ini pernah saya temukan
ketika saya berada di depok.
Setelah sholat
subuh, karena sebagian langsung pergi ke kantor. Tapi sebagian lain mengikuti
kajian subuh. Masih ada kaitannya dengan keberkahan mari kita simak cerita
berikut ini
Ada seorang
lelaki datang kepada Imam Syafe’i dan mengeluhkan kehidupannya. Lelaki itu
berkata, “Penghasilan saya sebagai panjaga kandang onta setiap hari adalah 5
dirham (kurang lebih 400 ribu rupiah) tetapi mengapa masih kurang? Istri saya
sering marah-marah dan keluarga saya tidak harmonis. Dada saya terasa sumpek.
Wahai sang Imam apa yang perlu saya lakukan.”
Mendengar
keluhan dari jamaahnya, sang Imam menjawab, “Bilang kepada majikanmu, untuk
menurunkan gajimu.”
Mendengar
jawaban sang imam lelaki ini terkejut. Namun karena ketundukkannya kepada sang
guru, lelaki ini pun menuruti perintahnya.
Saat ia
menyampaikan permintaan kepada majikannya untuk menurunkan gajinya, sang
majikan pun terkejut. Bahkan sempat bertanya, “Tidak salah permintaan ini?”
Akhirnya,
gaji lelaki itu diturunkan dari 5 dirham menjadi 4 dirham setiap hari.
Setelah
beberapa bulan berlangsung, sang lelaki ini kemudian menghadap lagi kepada imam
Syafe’i. “Wahai Imam, alhamdulillah istri saya semakin baik, walaupun terkadang
masih cererwet. Saya sudah merasa bahagia walau terkadang kesedihan masih
muncul. Apa lagi yang harus saya lakukan?”
Sang imam
kembali menjawab, “Bilang kepada majikanmu untuk menurunkan lagi gajimu.”
Singkat cerita, akhirnya gaji lelaki ini menjadi 3 dirham sehari, atau kurang
lebih menjadi Rp 240.000. Jauh lebih kecil dari gaji awalnya yang kurang lebih
Rp 400.000. Setelah gaji lelaki ini 3 dirham ternyata ia lebih bahagia dan
rumah tangganya semakin mesra dan harmonis.
Sang Imam
menjelaskan, “Terkadang bayaran kita terlalu mahal dibandingkan jerih payah
kita. Kelebihan bayaran inilah yang merusak harta halal yang seharusnya kita
terima. Dan, itulah yang membuat kita tidak bahagia dan rumah tangga kita
sering dirundung masalah.”
Mari kita
pastikan bahwa jerih payah kita, prestasi kerja kita di kantor dan sumbangsih
yang kita berikan itu jauh lebih besar dibandingkan gaji dan penghasilan yang
kita peroleh. Karena, itulah sumber keberkahan rezeki kita.
Semoga
Keselamatan, Rahmat, dan Barokah Allah selalu menyertai kita semua .
Perumahan
Kota Wisata,
Cibubur
(Amsterdam), 14 Jumadil Akhir 1437 H/ 23 Maret 2016 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.