Senin, 14 Maret 2016

Mental Kaya



Apa yang diperlukan agar hidup kita semakin berlimpah, tumbuh dan berkah? Keyakinan. Saya sangat yakin jika hidup kita saat ini sedang banyak masalah, sahabat menjauh, rezeki serat. Kita harus berani membongkar keyakinan kita. Pasti ada yang salah dengan keyakinan kita.

Salah satunya kita harus memiliki keyakinan apa saja yang kita butuhkan sudah ada dalam diri kita. Tugas kita hanya memaksimalkan potensi itu sehingga memiliki manfaat untuk orang sebanyak-banyaknya.

Mungkin Anda mengetahui banyak cara untuk mengumpulkan uang, menjual suatu produk, dalam jumlah yang banyak, tetapi itu hanya satu hal. Ada hal lain yang sebaiknya kita miliki jika ingin hidup kita terus tumbuh. Salah satunya adalah memiliki mental kaya.

Tidak sedikit orang yang salah kaprah mengartikan. Banyak orang yang ingin menjadi pengusaha agar punya waktu leluasa dan tidak terikat jam kantor. Padahal menjadi pengusaha waktu kerjanya jauh lebih banyak, tidak hanya 8 jam sehari. Jam terbangnya lebih tinggi, terkhusus bagi orang yang baru merintis usaha.

Pada awalnya waktu mereka akan banyak berkurang, berkurang untuk tidur, berkurang untuk bermain. Mereka akan merasa kesepian karena banyak orang tidak tahan sehingga meninggalkan dirinya dengan alasan kesibukan masing-masing.

Ada yang mengira, orang yang selalu berhitung dan tidak mudah mentraktir sahabatnya adalah orang yang bermental pengusaha. Padahal seorang seorang yang bermental pengusaha senang memberi dan tentu dengan perhitungan yang matang. Orang yang jarang mentraktir sahabatnya itu orang pelit bukan mental pengusaha.
Loh kok gitu? Bagaimana jika tidak punya uang?

Yakinlah bahwa jika memiliki mental kaya sehingga spirit berbagi mengalir di dalam darah dan tubuh kita, maka Sang Pemberi Rezeki akan mengalirkan Rezeki lebih baik kepada kita. Kenapa? Karena kita menjadi penyalur rezeki bagi orang lain. Karena bagi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya ia sangat yakin akan janji-Nya

“Yaitu orang yang berinfak, baik dalam waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan” (Q.S. Ali-Imran: 134)

Jadi tidak selalu orang yang senang memberi itu sebenarnya kondisinya sedang lapang, bisa jadi kondisinya sedang sulit. Tetapi, dengan keyakinannya yang kuat kepada Sang Pencipta, maka ia terlihat seperti orang yang banyak uang. Inilah yang saya sebut dengan mental kaya.

Faktanya banyak di dunia nyata kita melihat orang yang kaya (banyak harta) tetapi mentalnya mental orang miskin. 

Dikisahkan, seorang yang merasa bermental pengusaha belanja di Tanah Abang. Dia memanggil Bajaj lalu bertanya, “ Mas, kalau dari sini ke Stasiun Gambir berapa?” 

Sopir Bajaj menjawab, “Dua puluh lima ribu, boss.”

Sang pengusaha bertanya lagi, “ kalau saya bawa karung barang dagangan ini berapa?” 

Sang sopir menjawab, “ karung barang dagangan gratis, boss.” 

Masih belum percaya dengan jawaban sang sopir, pengusaha itu bertanya lagi, “Ini tiga karung, lho. Masak gratis.”

Sang sopir menjawab, “ benar boss, gratis alias cuma-cuma.” 

Orang yang merasa bermental pengusaha itupun kemudian berkata, “Oke, kalau begitu tolong bawain tiga karung ini ke Stasiun Gambir. Saya berjalan kaki saja ke sana.”
 
Jakarta, Senin, 5 jumadil Akhir 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.