Apa yang diperlukan agar hidup kita semakin berlimpah, tumbuh dan berkah? Keyakinan.
Saya sangat yakin jika hidup kita saat ini sedang banyak masalah, sahabat menjauh,
rezeki serat. Kita harus berani membongkar keyakinan kita. Pasti ada yang salah
dengan keyakinan kita.
Salah satunya kita harus memiliki keyakinan apa saja yang kita butuhkan
sudah ada dalam diri kita. Tugas kita hanya memaksimalkan potensi itu sehingga
memiliki manfaat untuk orang sebanyak-banyaknya.
Mungkin Anda mengetahui banyak cara untuk mengumpulkan uang, menjual suatu
produk, dalam jumlah yang banyak, tetapi itu hanya satu hal. Ada hal lain yang
sebaiknya kita miliki jika ingin hidup kita terus tumbuh. Salah satunya adalah
memiliki mental kaya.
Tidak sedikit orang yang salah kaprah mengartikan. Banyak orang yang ingin menjadi
pengusaha agar punya waktu leluasa dan tidak terikat jam kantor. Padahal
menjadi pengusaha waktu kerjanya jauh lebih banyak, tidak hanya 8 jam sehari. Jam terbangnya
lebih tinggi, terkhusus bagi orang yang baru merintis usaha.
Pada awalnya waktu mereka akan banyak berkurang, berkurang untuk tidur,
berkurang untuk bermain. Mereka akan merasa kesepian karena banyak orang tidak
tahan sehingga meninggalkan dirinya dengan alasan kesibukan masing-masing.
Ada
yang mengira, orang yang selalu berhitung dan tidak mudah mentraktir sahabatnya
adalah orang yang bermental pengusaha. Padahal seorang seorang yang bermental pengusaha senang memberi dan tentu
dengan perhitungan yang matang. Orang yang jarang mentraktir sahabatnya itu
orang pelit bukan mental pengusaha.
Loh kok gitu? Bagaimana jika tidak punya uang?
Yakinlah bahwa jika memiliki mental kaya sehingga spirit berbagi mengalir
di dalam darah dan tubuh kita, maka Sang Pemberi Rezeki akan mengalirkan Rezeki
lebih baik kepada kita. Kenapa? Karena kita menjadi penyalur rezeki bagi orang
lain. Karena bagi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya ia sangat yakin akan
janji-Nya
“Yaitu orang yang berinfak, baik dalam waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan
Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan” (Q.S. Ali-Imran: 134)
Jadi tidak selalu orang yang senang memberi itu sebenarnya kondisinya
sedang lapang, bisa jadi kondisinya sedang sulit. Tetapi, dengan keyakinannya
yang kuat kepada Sang Pencipta, maka ia terlihat seperti orang yang banyak
uang. Inilah yang saya sebut dengan mental kaya.
Faktanya banyak di dunia nyata kita melihat orang yang kaya (banyak harta)
tetapi mentalnya mental orang miskin.
Dikisahkan,
seorang yang merasa bermental pengusaha belanja di Tanah Abang. Dia memanggil
Bajaj lalu bertanya, “ Mas, kalau dari sini ke Stasiun Gambir berapa?”
Sopir
Bajaj menjawab, “Dua puluh lima ribu, boss.”
Sang
pengusaha bertanya lagi, “ kalau saya bawa karung barang dagangan ini berapa?”
Sang
sopir menjawab, “ karung barang dagangan gratis, boss.”
Masih
belum percaya dengan jawaban sang sopir, pengusaha itu bertanya lagi, “Ini tiga
karung, lho. Masak gratis.”
Sang
sopir menjawab, “ benar boss, gratis alias cuma-cuma.”
Orang
yang merasa bermental pengusaha itupun kemudian berkata, “Oke, kalau begitu
tolong bawain tiga karung ini ke Stasiun Gambir. Saya berjalan kaki saja ke
sana.”
Jakarta, Senin, 5 jumadil Akhir 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.