Oleh: Prof. Dr. –Ing. Misri Gozan, M.Tech., IPM
Khutbah Jum’at di Masjid Ukhuwwah Islamiyah UI
3 Rajab1438 H –3 Maret 2017 M
Pembuka:
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ:
فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Wasiat Taqwa:
Jika kita
bertaqwa, Allah SWT akan memberikan kepada kita al-Furqon.
“Hai orang-orang beriman, jika kamu
bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan[607]. Dan kami
akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu.
Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS 8: 29)
Pengingat:
Sebelum
Khatib yang lemah ini menguraikan khutbah jumat, perkenankan khotib mengingatkan kita semua, apabila khutbah
sedang berlangsung, seorang dilarang menyibukkan diri dengan hal-hal yang bisa
memalingkan konsentrasinya dari menyimak khutbah. Sebagaimana disebutkan dalam
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ
يَوْمَ الْجُمْعَةِ: (أَنْصِتْ) وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
“Jika kamu berkata kepada temanmu,
“Diamlah” sementara imam sedang berkhutbah di hari jumat, sungguh ia telah
berbuat sia-sia.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Perhatikan,
bahwa Rasulullah yang mulia melarang kita melakukan perbuatan “mulia” menyeru
yaitu kawannya supaya diam di saat imam sedang khutbah. Namun karena dilakukan
pada saat yang tidak tepat, perbuatan tersebut menjadi tidak berpahala. Bahkan
justru berdampak buruk bagi pelakunya. Maka, terlebih pembicaraan yang hukum
asalnya mubah. Tentu lebih terlarang lagi. Juga menulis menjawab SMS, WA,
browsing dsb di saat khutbah sedang berlangsung.
Hadirin sidang jumat rahimakumullah,
Hadirin sidang jumat rahimakumullah,
Baru-baru ini, dalam kesempatan peresmian Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di KecamatanBarus,
Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Jumat (24/3/2017), seperti dikutip Antara, Presiden Joko Widodo meminta semua pihak agar memisahkan
persoalan politik dan agama.
Menurut Presiden, pemisahan tersebut untuk
menghindari gesekan antar umat. Saya berbaik sangka terhadap Presiden, yang mungkin bermaksud meredam
gesekan-gesekan kecil dalam suasana Pilkada. Namun banyak pihak menganggap pernyataan
Presiden itu sangat perlu ditanggapi dengan sangat serius.
Seorang
tokoh besar umat Islam, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI Pusat)
sekaligus Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) , Bapak KH Kiai
Ma'ruf Amin pun menyatakan pendapatnya. Menurut Kiai Ma'ruf, agama dan politik
mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga keduanya tidak dapat
dipisahkan dan justru harus saling menguatkan. "Agama dan politik itu kan saling memengaruhi, politik
kebangsaan itu kan juga harus memperoleh pembenaran dari agama, kalau
tidak bagaimana?" ujarnya saat menghadiri Refleksi Kebangsaan 71 Tahun
Muslimat NU di Hotel Crowne Plaza, Jakarta Selatan, Senin (27/3).
Jokowi mungkin bermaksud politik harus dipisahkan dengan paham-paham agama yang dapat menimbulkan masalah seperti radikalisme agama.
Bahkan
seorang tokoh nasional seperti bpk. Taufikurrahman Ruki (mantan Ketua KPK)
menegaskan dalam tulisannya yang viral di media sosial hari-hari ini bahwa pernyataan
KH. Ma'ruf Amin (di Republika online Senin 27 Maret 2017) tersebut menarik untuk digarisbawahi.
Beliau menyatakan bahwa radikalisme agama dan radikalisme sekuler merupakan
ancaman serius bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Radikalisme
agama selama ini sudah banyak dibahas. Bahkan negara telah membentuk badan
khusus bernama Badan Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT) dan dilengkapi lagi
sebuah detasemen khusus bernama Detasemen Khusus 88 (Densus 88).
Yang
menarik adalah negara tidak mewaspadai bahaya radikalisme sekuler yang juga
bertentangan dengan ideologi negara. Sampai saat ini tidak ada aparat negara
yang berteriak keras tentang perlunya mewaspadai paham radikalisme sekuler yang
merebak di Indonesia. Tidak ada dibentuk badan khusus penanggulangan bahaya
sekulerisme. Tidak ada detasemen khusus yang ditugaskan untuk itu.
Apa itu
radikalisme sekuler? Harvey Cox, seorang pakar sekulerisme, merumuskan 3 pilar
sekulerisme, yaitu: 1. Dischanment of
nature, 2. Desacralization of politics, dan 3. Deconsecration of values.
Dischanment of
nature artinya
kehidupan dunia harus disterilkan dari pengaruh ruhani dan agama. Sekuler
liberal membatasi peran agama sebatas persoalan personal. Agama hanya cukup
sampai dinding masjid atau gereja. Di luar itu, akal manusia lah tuhannya.
Sekuler
radikal ingin menyingkirkan agama dari kehidupan. Ini beda tipis dengan
komunisme. Desacralization of
politics artinya
dunia politik harus dikosongkan dari pengaruh agama dan nilai spiritual.
Politik semata urusan akal manusia. Agama dan segala simbolnya dilarang
terlibat dalam urusan politik. Agama sendiri, politik itu wilayah tersendiri
yang harus dipisahkan. Keduanya tidak bisa disatukan.
Deconsecration of
values maksudnya
tidak ada kebenaran mutlak. Nilai-nilai bersifat relatif. Doktrin ini
menisbikan kebenaran yang ada dalam kitab suci. Bagi mereka kitab suci itu
hanya buatan manusia. Oleh karena itu penganut paham ini suka mengolok-ngolok
kitab suci mereka sendiri, termasuk kitab suci orang lain.
Hadirin sidang jumat rahimakumullah,
Hadirin sidang jumat rahimakumullah,
Saya tidak
ingin panjang lebar mengurai mengenai sekularisme dalam pandangan Islam. Tentu
uraian yang mendalam bukanlah menjadi kapasitas saya sebagai insinyur Kimia.
Saya juga mengangap ini bukan forumnya membahas tuntas sekularisme di
mimbar jumat yang mulia dan singkat ini.
Cukuplah kiranya saya sitir beberapa pandangan ulama besar tokoh Islam
tentang bagaimana seharusnya kita menempatkan Kitab Al Quran dan Hadits di
hadapan pendapat manusia dalam hal berbangsa dan bernegara.
Ibn al-Qayyim al-Jawziah[1]
menjelaskan tentang pemahaman ayat 159 surat Ali Imron
(QS 3), yaitu tentang bagaimana nabi Muhamad SAW menempatkan
“pemikiran-pemikiran manusia terhadap ayat-ayat Al Quran”
“Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu[2].
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Meskipun
konsep negara di dalam Islam banyak memiliki kesamaan dengan konsep negara
modern (sekuler), konsep negara dalam Islam sangat berbeda dalam hal
menempatkan al Quran. Al Quran diposisikan menempati urutan paling awal dan
menjadi dasar dalam pengambilan hukum. Demikian juga dengan Hadits Rasululllah
SAW. Kehendak masyarakat menempati posisi di bawah itu.
Politik
Islami menyatakan bahwa kebenaran dan kepastian tak dapat dibentuk semata
dengan mengandalkan indra, persepsi empiris dan intelektualitas manusia untuk
mendapatkan pemerintahan yang sempurna (kamil),
adil (adl) dan paripurna (shamil). Bimbingan Allah SWT yang
menciptakan manusia dan alam semesta sangat diperlukan. Persepsi manusia sangat
terbatas, sementara Kebenaran dari Allah sangat prudens.
Imam
Ghazali menyinggung ini ketika ia menulis[3],
‘’
Kesepakatan-kesepakatan di msyarakat dan bentuk-bentuk kerja sama harus
diarahkan untuk membuat hukum yang adil
dan komprehensif. Sangat jelas kiranya
bahwa pemikiran manusia semata tidaklah dapat menangani hukum yang mencakup
semua kepentingan umat manusia, dan menentukan setiap kasus individu dalam
detail, kecuali pemikiran yang didukung oleh Wahyu dan sumber-sumber ilahiyah,
yang dimaksudkan untuk melindungi tatanan dunia, dan aturan itu sesuai dengan
perintah-Nya dan hukum Allah . ''
Hadirin sidang jumat rahimakumullah,
Hadirin sidang jumat rahimakumullah,
Bagaimana
sikap kita sebaiknya sebagai muslimin di Universitas Indonesia?
Kita adalah
orang-orang yang mengenyam pendidikan tinggi, yang disebut sebagai tersiery education. Artinya kita
mendapatkan kesempatan yang cukup mewah dalam hal pendidikan. Sebagian besar
kita telah atau akan menempati posisi-posisi yang amat penting di masyarakat
Indonesia tercinta ini.
Sebagian di
antara kita, pada tingkatan dosen khususnya, berposisi membentuk dan
mengarahkan pemikiran-pemikiran, secara langsung maupun tidak langsung dalam
bentuk perkuliahan, karya tulis dan sebagainya. Dengan diberi label “ilmiah”
maka posisi kita ini jelas sangat kuat.
Sebagian
dari kita berada pada level para pejabat , baik di dalam kampus seperti rektor,
wakil rektor, dekan, ketua departeman/Prodi dsb, Direktur program dsb. Sebagian berada di luar
kampus dengan menjabat struktural maupun non sruktural pada posisi-posisi.
Kesemuanya itu bertugas mengambil keputusan-keputusan yang penting bagi
masyarakat, disadari atau tidak, baik kedudukan yang terkait politis ataupun
tidak, dalam segala lini.
Sebagian
lagi, posisi terbesar dari demografi civitas akademika, adalah para mahasiswa yang juga berperan
sedikit banyak membentuk pemikiran di lingkungannya masing-masing, dalam dan
luar kampus.
Maka, jika pemikiran-pemikiran sekuler ini masuk
dan merasuk, disadari atau tidak, disengaja atau tidak, sudah pasti akan
terbawa dalam segala aktivitas kita.
Hadirin sidang jumat rahimakumullah,
Hadirin sidang jumat rahimakumullah,
Khatib yang
lemah ini ingin mengajak haidirin semua untuk menghindarkan diri dari paham
sekuler liberal radikal yang menganggap kehidupan dunia harus disterilkan dari
pengaruh ruhani dan agama, yang menuhankan akal manusia, yang ingin
menyingkirkan agama dari kehidupan. Hidup kita akan jauh lebih mulia, dunia wal
akhirat, jika kita senantiasa menempatkan al Quran sebagai penyuluh hidup kita
dan jika kita senantiasa mnjadikan baginda Rasulullah SAW yang beakhlaq mulia
sebagai penuntun perilaku kita dalam segala amal ibadah dan peri kehidupan
kita, trmasuk dalam hal akademik, politik,dan dimensi lainnya.
Mudah-
mudahan Indonesia bebas dari ancaman ideologi sekuler radikal ini.
Wallahu a'lam bishawwab..
Wallahu a'lam bishawwab..
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
Khutbah II:
Sidang
jumat yang berbahagia,
Marilah
kita merenungkan dan mengingat selalu betapa pentingnya iman dan menjaga aqidah
Islam yang lurus dan tidak merusaknya dengan pemikiran-pemikiran yang dapat
menjauhkan kita dari keridloan Allah SWT.
QS 10: 7-8. Sesungguhnya orang-orang yang tidak
mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan
kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang
melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa
yang selalu mereka kerjakan.
Kemusyrikan
bisa bermula dari mengagung-agungkan makhluk atau konsep-konsep secara
berlebihan. Membanggakan konsep buatan manusia di atas konsep Allah SWT.
Marilah kita banyak mempelajari Islam, agar kita tidak menjadi orang yang
pintar dalam hal dunia tetapi bodoh dalam memaknai hidup ini. Karena orang yang
bodoh dalam hal dien atau pemahaman Islamnya, akan mudah diombang-ambingkan
oleh syaitan dan dijerumuskan dalam kekufuran, termasuk pemikiran sekularisme
radikal yang sangat berbahaya bagi kehidupan dunia dan akhirat. Bagi NKRI
maupun keimanan kita.
Doa penutup:
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah,
ampunilahdosakaummuslimindanmuslimat, mu’minindanmu’minat, baik yang
masihhidupmaupun yang telahmeninggaldunia.SesungguhnyaEngkauMahaMendengar,
DekatdanMengabulkando’a.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah,
anugerahkanlahkepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di
akhiratdanhindarkanlah kami dariazabneraka.
Robbana laa tuzigh quluubana ba’da idz hadaytana
Rabbala laa tuakhidzna in nasiina aw akhto’na
Robbana walaa tahmil alaiyna isron kamaa hamaltahu
allaadziina minqoblina
Robbana walaa tuhammilna maa laa thoo qota lanaa bihi
...
[1]Dalam
Kitab ‘Ilam al-Muwaiqqi’in
[2]Maksudnya:
urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik,
ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya (tafsir Dept Agama RI)
[3]Al-Ghazali,
Ma'arij al-Quds fi Madarij al-Nafs 111, dikutip Eltigani Abdulgadir Hamid dalam
Al Qur'an dan Politik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.