Minggu, 02 April 2017

Khutbah Jum'at : “Bahaya Sekularisme bagi Iman dan Islam”

Oleh: Prof. Dr. –Ing. Misri Gozan, M.Tech., IPM

Khutbah Jum’at di Masjid Ukhuwwah Islamiyah UI

3 Rajab1438 H –3 Maret 2017 M

Pembuka:


اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

Wasiat Taqwa:

Jika kita bertaqwa, Allah SWT akan memberikan kepada kita al-Furqon.

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan[607]. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS 8: 29)

Pengingat:

Sebelum Khatib yang lemah ini menguraikan khutbah jumat, perkenankan khotib  mengingatkan kita semua, apabila khutbah sedang berlangsung, seorang dilarang menyibukkan diri dengan hal-hal yang bisa memalingkan konsentrasinya dari menyimak khutbah. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ: (أَنْصِتْ) وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
“Jika kamu berkata kepada temanmu, “Diamlah” sementara imam sedang berkhutbah di hari jumat, sungguh ia telah berbuat sia-sia.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Perhatikan, bahwa Rasulullah yang mulia melarang kita melakukan perbuatan “mulia” menyeru yaitu kawannya supaya diam di saat imam sedang khutbah. Namun karena dilakukan pada saat yang tidak tepat, perbuatan tersebut menjadi tidak berpahala. Bahkan justru berdampak buruk bagi pelakunya. Maka, terlebih pembicaraan yang hukum asalnya mubah. Tentu lebih terlarang lagi. Juga menulis menjawab SMS, WA, browsing dsb di saat khutbah sedang berlangsung.


Hadirin sidang jumat rahimakumullah,

Baru-baru ini, dalam kesempatan peresmian Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di KecamatanBarus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Jumat (24/3/2017), seperti dikutip Antara, Presiden Joko Widodo meminta semua pihak agar memisahkan persoalan politik dan agama. 

Menurut Presiden, pemisahan tersebut untuk menghindari gesekan antar umat. Saya berbaik sangka terhadap Presiden, yang mungkin bermaksud meredam gesekan-gesekan kecil dalam suasana Pilkada. Namun banyak pihak menganggap pernyataan Presiden itu sangat perlu ditanggapi dengan sangat serius.

Seorang tokoh besar umat Islam, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI Pusat) sekaligus  Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) , Bapak KH Kiai Ma'ruf Amin pun menyatakan pendapatnya. Menurut Kiai Ma'ruf, agama dan politik mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan dan justru harus saling menguatkan. "Agama dan politik itu kan saling memengaruhi, politik kebangsaan itu kan juga harus memperoleh pembenaran dari agama, kalau tidak bagaimana?" ujarnya saat menghadiri Refleksi Kebangsaan 71 Tahun Muslimat NU di Hotel Crowne Plaza, Jakarta Selatan, Senin (27/3).

Jokowi mungkin bermaksud politik harus dipisahkan dengan paham-paham agama yang dapat menimbulkan masalah seperti radikalisme agama.

Bahkan seorang tokoh nasional seperti bpk. Taufikurrahman Ruki (mantan Ketua KPK) menegaskan dalam tulisannya yang viral di media sosial hari-hari ini bahwa pernyataan KH. Ma'ruf Amin (di Republika online Senin 27 Maret 2017) tersebut menarik untuk digarisbawahi. Beliau menyatakan bahwa radikalisme agama dan radikalisme sekuler merupakan ancaman serius bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Radikalisme agama selama ini sudah banyak dibahas. Bahkan negara telah membentuk badan khusus bernama Badan Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT) dan dilengkapi lagi sebuah detasemen khusus bernama Detasemen Khusus 88 (Densus 88).

Yang menarik adalah negara tidak mewaspadai bahaya radikalisme sekuler yang juga bertentangan dengan ideologi negara. Sampai saat ini tidak ada aparat negara yang berteriak keras tentang perlunya mewaspadai paham radikalisme sekuler yang merebak di Indonesia. Tidak ada dibentuk badan khusus penanggulangan bahaya sekulerisme. Tidak ada detasemen khusus yang ditugaskan untuk itu.

Apa itu radikalisme sekuler? Harvey Cox, seorang pakar sekulerisme, merumuskan 3 pilar sekulerisme, yaitu: 1. Dischanment of nature, 2. Desacralization of politics, dan 3. Deconsecration of values.

Dischanment of nature artinya kehidupan dunia harus disterilkan dari pengaruh ruhani dan agama. Sekuler liberal membatasi peran agama sebatas persoalan personal. Agama hanya cukup sampai dinding masjid atau gereja. Di luar itu, akal manusia lah tuhannya.

Sekuler radikal ingin menyingkirkan agama dari kehidupan. Ini beda tipis dengan komunisme. Desacralization of politics artinya dunia politik harus dikosongkan dari pengaruh agama dan nilai spiritual. Politik semata urusan akal manusia. Agama dan segala simbolnya dilarang terlibat dalam urusan politik. Agama sendiri, politik itu wilayah tersendiri yang harus dipisahkan. Keduanya tidak bisa disatukan.

Deconsecration of values maksudnya tidak ada kebenaran mutlak. Nilai-nilai bersifat relatif. Doktrin ini menisbikan kebenaran yang ada dalam kitab suci. Bagi mereka kitab suci itu hanya buatan manusia. Oleh karena itu penganut paham ini suka mengolok-ngolok kitab suci mereka sendiri, termasuk kitab suci orang lain.

Hadirin sidang jumat rahimakumullah,

Saya tidak ingin panjang lebar mengurai mengenai sekularisme dalam pandangan Islam. Tentu uraian yang mendalam bukanlah menjadi kapasitas saya sebagai insinyur Kimia. Saya juga mengangap ini bukan forumnya membahas tuntas sekularisme di mimbar jumat yang mulia dan singkat ini. 

Cukuplah kiranya saya sitir beberapa pandangan ulama besar tokoh Islam tentang bagaimana seharusnya kita menempatkan Kitab Al Quran dan Hadits di hadapan pendapat manusia dalam hal berbangsa dan bernegara.

Ibn al-Qayyim al-Jawziah[1] menjelaskan tentang pemahaman ayat 159 surat Ali Imron (QS 3), yaitu tentang bagaimana nabi Muhamad SAW menempatkan “pemikiran-pemikiran manusia terhadap ayat-ayat Al Quran”

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[2]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Meskipun konsep negara di dalam Islam banyak memiliki kesamaan dengan konsep negara modern (sekuler), konsep negara dalam Islam sangat berbeda dalam hal menempatkan al Quran. Al Quran diposisikan menempati urutan paling awal dan menjadi dasar dalam pengambilan hukum. Demikian juga dengan Hadits Rasululllah SAW. Kehendak masyarakat menempati posisi di bawah itu.

Politik Islami menyatakan bahwa kebenaran dan kepastian tak dapat dibentuk semata dengan mengandalkan indra, persepsi empiris dan intelektualitas manusia untuk mendapatkan pemerintahan yang sempurna (kamil), adil (adl) dan paripurna (shamil). Bimbingan Allah SWT yang menciptakan manusia dan alam semesta sangat diperlukan. Persepsi manusia sangat terbatas, sementara Kebenaran dari Allah sangat prudens.

Imam Ghazali menyinggung ini ketika ia menulis[3],

‘’ Kesepakatan-kesepakatan di msyarakat dan bentuk-bentuk kerja sama harus diarahkan untuk  membuat hukum yang adil dan komprehensif.  Sangat jelas kiranya bahwa pemikiran manusia semata tidaklah dapat menangani hukum yang mencakup semua kepentingan umat manusia, dan menentukan setiap kasus individu dalam detail, kecuali pemikiran yang didukung oleh Wahyu dan sumber-sumber ilahiyah, yang dimaksudkan untuk melindungi tatanan dunia, dan aturan itu sesuai dengan perintah-Nya dan hukum Allah . ''

Hadirin sidang jumat rahimakumullah,

Bagaimana sikap kita sebaiknya sebagai muslimin di Universitas Indonesia?

Kita adalah orang-orang yang mengenyam pendidikan tinggi, yang disebut sebagai tersiery education. Artinya kita mendapatkan kesempatan yang cukup mewah dalam hal pendidikan. Sebagian besar kita telah atau akan menempati posisi-posisi yang amat penting di masyarakat Indonesia tercinta ini.

Sebagian di antara kita, pada tingkatan dosen khususnya, berposisi membentuk dan mengarahkan pemikiran-pemikiran, secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk perkuliahan, karya tulis dan sebagainya. Dengan diberi label “ilmiah” maka posisi kita ini jelas sangat kuat. 

Sebagian dari kita berada pada level para pejabat , baik di dalam kampus seperti rektor, wakil rektor, dekan, ketua departeman/Prodi dsb,  Direktur program dsb. Sebagian berada di luar kampus dengan menjabat struktural maupun non sruktural pada posisi-posisi. Kesemuanya itu bertugas mengambil keputusan-keputusan yang penting bagi masyarakat, disadari atau tidak, baik kedudukan yang terkait politis ataupun tidak, dalam segala lini.

Sebagian lagi, posisi terbesar dari demografi civitas akademika,  adalah para mahasiswa yang juga berperan sedikit banyak membentuk pemikiran di lingkungannya masing-masing, dalam dan luar kampus.

Maka,  jika pemikiran-pemikiran sekuler ini masuk dan merasuk, disadari atau tidak, disengaja atau tidak, sudah pasti akan terbawa dalam segala aktivitas kita.

Hadirin sidang jumat rahimakumullah,

Khatib yang lemah ini ingin mengajak haidirin semua untuk menghindarkan diri dari paham sekuler liberal radikal yang menganggap kehidupan dunia harus disterilkan dari pengaruh ruhani dan agama, yang menuhankan akal manusia, yang ingin menyingkirkan agama dari kehidupan. Hidup kita akan jauh lebih mulia, dunia wal akhirat, jika kita senantiasa menempatkan al Quran sebagai penyuluh hidup kita dan jika kita senantiasa mnjadikan baginda Rasulullah SAW yang beakhlaq mulia sebagai penuntun perilaku kita dalam segala amal ibadah dan peri kehidupan kita, trmasuk dalam hal akademik, politik,dan dimensi lainnya.

Mudah- mudahan Indonesia bebas dari ancaman ideologi sekuler radikal ini.

Wallahu a'lam bishawwab..

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.

Khutbah II:

Sidang jumat yang berbahagia,
Marilah kita merenungkan dan mengingat selalu betapa pentingnya iman dan menjaga aqidah Islam yang lurus dan tidak merusaknya dengan pemikiran-pemikiran yang dapat menjauhkan kita dari keridloan Allah SWT.

QS 10: 7-8. Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.

Kemusyrikan bisa bermula dari mengagung-agungkan makhluk atau konsep-konsep secara berlebihan. Membanggakan konsep buatan manusia di atas konsep Allah SWT. Marilah kita banyak mempelajari Islam, agar kita tidak menjadi orang yang pintar dalam hal dunia tetapi bodoh dalam memaknai hidup ini. Karena orang yang bodoh dalam hal dien atau pemahaman Islamnya, akan mudah diombang-ambingkan oleh syaitan dan dijerumuskan dalam kekufuran, termasuk pemikiran sekularisme radikal yang sangat berbahaya bagi kehidupan dunia dan akhirat. Bagi NKRI maupun keimanan kita.

Doa penutup:


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilahdosakaummuslimindanmuslimat, mu’minindanmu’minat, baik yang masihhidupmaupun yang telahmeninggaldunia.SesungguhnyaEngkauMahaMendengar, DekatdanMengabulkando’a.

 رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, anugerahkanlahkepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhiratdanhindarkanlah kami dariazabneraka.
Robbana laa tuzigh quluubana ba’da idz hadaytana
Rabbala laa tuakhidzna in nasiina aw akhto’na
Robbana walaa tahmil alaiyna isron kamaa hamaltahu allaadziina minqoblina
Robbana walaa tuhammilna maa laa thoo qota lanaa bihi ...

Wala dizikrullahi akbar

Baca juga: Peranan Agama Terhadap Pembangunan Ekonomi




[1]Dalam Kitab ‘Ilam al-Muwaiqqi’in
[2]Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya (tafsir Dept Agama RI)

[3]Al-Ghazali, Ma'arij al-Quds fi Madarij al-Nafs 111, dikutip Eltigani Abdulgadir Hamid dalam Al Qur'an dan Politik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.