“...Dan Kami
jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu
bersabar? dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.” (Q.S. Al-Furqon: 20)
“Dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar, “ (Q.S. AL-Baqoroh: 155)
Setiap
orang dalam hidupnya pasti mengalamai suatu cobaan atau ujian dari Allah. Ayat
pertama memberi peringatan akan asal dari cobaan itu. Cobaan itu bisa berasal
dari anak, famili, dan tetangga.
Tulisan Terkait:
Bagaimana Cara Agar Bisa Mengendalikan Diri
Dalam
budaya lokal, ada kearifan bahwa saudara paling dekat itu tetangga. Tetapi,
tidak jarang di antara kita ada yang memiliki tetangga yang benar-benar menjadi
cobaan bagi kita. Terkadang kita
emosional dalam menanggapinya. Namun, ingat peringatan Allah sangat jelas, kita
harus sabar.
Saya mempunyai
kisah tersendiri mengenai tetangga, ketika kecil saya menyaksikan bagaimana
salah satu tetangga mengusik kedamaian di lingkungan kami. Ketika malam
menyelimuti langit, suasana hening karena manusia sudah di atas pembaringannya.
Sebut saja si fulan mulai menggedor-gedor rumah tetangganya. Ia mengamuk dan
memukul pintu tetangganya dengan keras. Setelah di teliti ternyata ia habis
mabuk.
Apa yang
terjadi? Bagaimana tetangganya tadi menyikapi si fulan yang sedang mabuk?
Sebagian tetangga
menyarankan untuk melapor ke polisi agar memberikan efek jera. Ada juga yang menyarankan untuk dipukul ketika ia buat onar.
Tapi, tetangga yang soleh itu dengan bijak dan sabar berusaha menahan diri dan
membalas semua tindakan onarnya itu dengan kebaikan demi kebaikan.
Ya, setiap
orang beda-beda dalam mengambil sikap. Bagaimana sikap Anda jika itu terjadi
pada Anda sahabat? Mampukah Anda memilih bersabar dan membalas dengan kebaikan?
Atau melaporkannya ke polisi?
Baca juga:
Belajar Memaafkan
Waktu berlalu,
si fulan mulai sadar akan kesalahannya dan malu untuk menatap muka tetangganya
itu. Sekarang ia telah tobat dan tidak
mengulangi kembali perbuatannya.
Ayat kedua
memberi peringatan akan macam-macam cobaan itu seperti ketakutan dan
kemiskinan. Di awal kita membentuk rumah tangga banyak di antara kita yang
dicoba dengan ketakutan atau kekhawatiran akan masa depan kita. Kita juga
dicoba dengan keterbatasan materi.
Salah seorang
sahabat saya pernah menuturkan ceritanya ketika akan melamar seorang gadis yang
dicintainya. Selama perjalanan di bus menuju rumah orang tua sang gadis
seolah-olah ada yang berbisik di dalam hatinya “Mau kamu kasih makan apa anak
orang? Kamu kan belum bekerja? Uangnya mana cukup” demikianlah tuturnya sambil
tersenyum
Alhamdulillah
sekarang rumah tangga mereka semakin membaik, ternyata bisikan ketakutan itu
terkadang hanya riak-riak kecil yang menguji kesungguhan. Kesabaran dalam
menjalani ketaatan ternyata menghasilkan buah yang manis.
Sahabat, Menghadapi
berbagai cobaan itu mungkin ada di antara kita yang mengeluh, bahkan menghujat
Allah berlaku tidak adil. Tidak sedikit orang yang merutuki masalah yang
dihadapinya. Mendekap dalam lara dan sedihnya. Tak bisa melupakan kekecewaan
dan kemarahannya kepada seseorang. Sebagian Anak muda mungkin patah hati atau
galau akhirnya sulit move on.
Bagaimana cara
mengatasinya? Perlu hati yang jernih untuk mencerna dan melapangkan diri. Perlu
iman yang bersih untuk menguatkan keyakinan dalam hati. Kita juga perlu
ketakwaan yang menghiasi hati agar keikhlasan menjadi akhir setiap cerita yang
silih berganti.
Astagfirullah!
Mengapa kita mau terseret ke dalam kegelapan hati seperti itu? Padahal,
ayat-ayat ini memberi petunjuk yang sangat jelas. Bila kita ingin lulus ujian,
lulus cobaan, kunci jawabannya sudah jelas dan pasti: SABAR!
Jakarta, 15
Rajab 1438 H
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (Q.S. 42: 40)
BalasHapusTerima kasih.
Hapus