Rabu, 12 April 2017

Cobaan Hidup dan Cara Mengatasinya

“...Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar? dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.” (Q.S. Al-Furqon: 20)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, “ (Q.S. AL-Baqoroh: 155)

Setiap orang dalam hidupnya pasti mengalamai suatu cobaan atau ujian dari Allah. Ayat pertama memberi peringatan akan asal dari cobaan itu. Cobaan itu bisa berasal dari anak, famili, dan tetangga.


Dalam budaya lokal, ada kearifan bahwa saudara paling dekat itu tetangga. Tetapi, tidak jarang di antara kita ada yang memiliki tetangga yang benar-benar menjadi cobaan bagi kita.  Terkadang kita emosional dalam menanggapinya. Namun, ingat peringatan Allah sangat jelas, kita harus sabar.

Saya mempunyai kisah tersendiri mengenai tetangga, ketika kecil saya menyaksikan bagaimana salah satu tetangga mengusik kedamaian di lingkungan kami. Ketika malam menyelimuti langit, suasana hening karena manusia sudah di atas pembaringannya. Sebut saja si fulan mulai menggedor-gedor rumah tetangganya. Ia mengamuk dan memukul pintu tetangganya dengan keras. Setelah di teliti ternyata ia habis mabuk.

Apa yang terjadi? Bagaimana tetangganya tadi menyikapi si fulan yang sedang mabuk?
Sebagian tetangga menyarankan untuk melapor ke polisi agar memberikan efek jera. Ada juga yang  menyarankan untuk dipukul ketika ia buat onar. Tapi, tetangga yang soleh itu dengan bijak dan sabar berusaha menahan diri dan membalas semua tindakan onarnya itu dengan kebaikan demi kebaikan.

Ya, setiap orang beda-beda dalam mengambil sikap. Bagaimana sikap Anda jika itu terjadi pada Anda sahabat? Mampukah Anda memilih bersabar dan membalas dengan kebaikan? Atau melaporkannya ke polisi?

Baca juga: Belajar Memaafkan

Waktu berlalu, si fulan mulai sadar akan kesalahannya dan malu untuk menatap muka tetangganya itu.  Sekarang ia telah tobat dan tidak mengulangi kembali perbuatannya.

Ayat kedua memberi peringatan akan macam-macam cobaan itu seperti ketakutan dan kemiskinan. Di awal kita membentuk rumah tangga banyak di antara kita yang dicoba dengan ketakutan atau kekhawatiran akan masa depan kita. Kita juga dicoba dengan keterbatasan materi.

Salah seorang sahabat saya pernah menuturkan ceritanya ketika akan melamar seorang gadis yang dicintainya. Selama perjalanan di bus menuju rumah orang tua sang gadis seolah-olah ada yang berbisik di dalam hatinya “Mau kamu kasih makan apa anak orang? Kamu kan belum bekerja? Uangnya mana cukup” demikianlah tuturnya sambil tersenyum

Alhamdulillah sekarang rumah tangga mereka semakin membaik, ternyata bisikan ketakutan itu terkadang hanya riak-riak kecil yang menguji kesungguhan. Kesabaran dalam menjalani ketaatan ternyata menghasilkan buah yang manis.

Sahabat, Menghadapi berbagai cobaan itu mungkin ada di antara kita yang mengeluh, bahkan menghujat Allah berlaku tidak adil. Tidak sedikit orang yang merutuki masalah yang dihadapinya. Mendekap dalam lara dan sedihnya. Tak bisa melupakan kekecewaan dan kemarahannya kepada seseorang. Sebagian Anak muda mungkin patah hati atau galau akhirnya sulit move on.

Bagaimana cara mengatasinya? Perlu hati yang jernih untuk mencerna dan melapangkan diri. Perlu iman yang bersih untuk menguatkan keyakinan dalam hati. Kita juga perlu ketakwaan yang menghiasi hati agar keikhlasan menjadi akhir setiap cerita yang silih berganti.

Astagfirullah! Mengapa kita mau terseret ke dalam kegelapan hati seperti itu? Padahal, ayat-ayat ini memberi petunjuk yang sangat jelas. Bila kita ingin lulus ujian, lulus cobaan, kunci jawabannya sudah jelas dan pasti: SABAR!

Semoga Allah mengkaruniakan kesabaran dan kelapangan hati kepada kita semua.

Gambar: Vemale

Jakarta, 15 Rajab 1438 H

2 komentar:

  1. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (Q.S. 42: 40)

    BalasHapus

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.