Selasa, 11 April 2017

Mendisiplinkan Diri Sendiri

“Betapa pun berbakatnya seorang pemimpin, ia tidak akan mencapai potensi maksimalnya jika tidak disiplin" - John C. Maxwell

Saya ingin berbagi sedikit tentang mendisiplinkan diri. Sejak 31 januari 2017 yang lalu, saya memutuskan untuk bergabung di Sekolah Toefl di bawah bimbingan Mas Budi Waluyo. Tercatat Ada 5677 Anggota yang menyatakan komitmennya untuk untuk mengikuti Temu Online setiap hari Minggu pukul 20.00-22.00 WIB. Baca: Kekuatan Keputusan dan Komitmen.

Pertemuan minggu lalu tepatnya tanggal 12 Rajab 1438 H/ 9 April 2017 M, hanya 200-an orang yang bertahan hingga pukul 22.00 wib. Lalu muncullah status dari Mas Budi Waluyo yang intinya beliau menuliskan “saya sudah memprediksi hanya sedikit yang akan bertahan. Tetap semangat belajarnya ya.”

Mungkin Anda pernah ikut lomba lari marathon. Pelajaran yang tidak pernah saya lupakan ketika lomba lari ketika kecil adalah ketika mulai start ada banyak sekali orang yang ikut lari. Tetapi, waktu terus berjalan dan menyeleksi siapa yang paling gigih dan terus melangkah hingga garis finish.

Sahabat, Jalan menuju puncak memang tidaklah mudah. Tidak banyak orang yang berhasil mencapai posisi terbaik dalam sebuah pekerjaan. Bahkan yang  dianggap terbaik malah jauh lebih sedikit. Mengapa? Karena kurang bersabar dalam menjalani komitmen yang telah kita buat.

Saya berinteraksi dengan banyak orang-orang yang dianggap sukses dan salah satu faktor yang paling berkesan dari mereka ternyata mereka punya kesamaan. Apa itu? Mereka semuanya sangat menghargai waktu, mereka pandai mendisplinkan diri.Tak seorang pun bisa meraih prestasi dan mempertahankannya tanpa disiplin. Disiplin menempatkan seorang ke tingkat tertinggi dan membuat prestasinya bertahan lama.

Untuk mengembangkan gaya hidup disiplin, salah satu caranya adalah hilangkan kecenderungan membuat alasan. Jika Anda selalu punya banyak alasan mengapa Anda tidak bisa disiplin, sadarilah bahwa itu hanyalah suatu pembenaran diri.

Saya masih ingat salah satu pesan Mas Budi “Mohon, jangan beritahu saya bagaimana rasanya hidup dalam kemiskinan; bagaimana sulitnya hidup dalam kondisi yang serba terbatas.

Saya sudah lebih dahulu mengalami semua itu.

Kawan, cukuplah mengeluhkannya, maksimalkan usahanya. Mengeluh dan mengutuk keadaan tidak akan mengubah apapun selain memberikan kekecewaan. 

Yuk, bersama kita mengingkatkan kualitas dan kapasitas diri agar pantas memikul prestasi yang diimpikan.

Yuk, bersama mengikmati perjuangan mendesain masa depan yang lebih baik.”

Jika sekarang Anda kurang berdisiplin, mungkin selama ini Anda terbiasa menikmati makanan pencuci mulut sebelum memakan nasinya, menikmati imbalan sebelum pekerjaannya selesai.

Sahabat, fokuslah pada hasil akhir. Setiap kali Anda berkonsentrasi pada kesulitan pekerjaan, bukan pada hasil, Anda akan cenderung putus asa. Jika berkutat pada hal itu terlalu lama, Anda akan menumbuhkan sifat mengasihani diri sendiri, bukan kebiasaan disiplin. Pikirkan keuntungan dari melakukan pekerjaan itu, dan kerjakan saja. Dengan demikian, Anda akan menikmati selama menjalani prosesnya. Mengapa? Karena Anda tahu dengan pasti, apa yang hendak Anda capai/ dapatkan.
Jika Anda tahu Anda berbakat, dan Anda telah berusaha keras, namun hanya memperoleh sedikit hasil nyata, Anda mungkin kurang disiplin. Perhatikan jadwal Anda minggu lalu, adakah yang meleset dari target-target Anda? Jika Anda menunda-nunda dan berniat melakukannya nanti, Anda mungkin perlu membenahi disiplin Anda.

“Nobody can’t go back and start a new begining. But anyone can strart today and make a new ending.”

Baca juga: Membulatkan Tekad


Jakarta, 14 Rajab 1438 H

2 komentar:

  1. Every day in a thousand different ways, we are trying to improve ourselves by learning how to do things. We spend a lifetime gathering knowledge—in classrooms, in textbooks, in experiences. And if knowledge is power, if knowledge is the forerunner to success, why do we fall short of our objectives? Why, in spite of all our knowledge and collected experiences, do we find ourselves aimlessly wandering? Settling in for a life of existence rather than a life of substance?

    There might be many answers to this question. Your answer might be different from everyone else you know. Although there might be many answers to this question, the ultimate answer might be the absence of discipline in applying our knowledge. The key word is discipline, as in self-discipline.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks You Mr. Tonny for your oppinion. I'am Agree with you.

      It doesn’t really matter how smart you are if you don’t use your knowledge. It doesn’t really matter that you graduated magna cum laude if you’re stuck in a low-paying job. It doesn’t really matter that you attend every seminar that comes to town if you don’t apply what you’ve learned.

      we must first master the art of consistent self-discipline. It takes consistent self-discipline to master the art of setting goals, time management, leadership, parenting and relationships.

      Hapus

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.