Rabu, 19 April 2017

Pertimbangan dalam memilih Ahok atau Anis dan Prediksi Gubernur Terpilih DKI Yang Baru

Kita saat ini sedang memasuki jam-jam kritis. Mungkin sebagian kita bertanya, kenapa Pilkada DKI begitu banyak menyedot perhatian seantero negeri?

Berdasakan pendapat pengamat Mas Yodhia, Ekonomi bisnis Jakarta tak pelak merupakan urat nadi negeri ini. Sekitar 70% peredaran uang ada di kota Jakarta. Maka proses pemilihan top leader ini mungkin memberikan impact yang signifikan bagi roda ekonomi bisnis bangsa ini.


Saya kurang lebih satu tahun lebih tinggal di Jakarta. Sebagai pengguna fasilitas publik harus kita akui secara objektif memang ada perubahan di Jakarta.

Sayangnya masih banyak orang yang dijajah oleh persepsi yang diframing oleh media sosial maupun media nasional yang menjadi corong informasi di negara ini. Streotip pemberitaan di media online asing dan dalam negeri pun turut mewarnai cara pandang masyarakat kita dalam memandang sesuatu. Salah satu penyebabnya adalah adanya ketimpangan pemberitaan baik media lokal, nasional, maupun internasional.


Dalam prakteknya framing menimbulkan juga beberapa efek pada media massa yakni; Pertama, penonjolan aspek tertentu dan mengaburkan aspek yang lain, konsekuensinya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian memadai. Kedua, menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain. Ketiga, menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor yang lain yang mungkin penting dan relevan menjadi tersembunyi.

Mari kita tinjau Kedua kandidat dalam perspektif yang lebih objektif.

 
AHOK. Kinerja dia dalam mengelola Jakarat sebenarnya relatif memuaskan (seperti yang terlihat dalam berbagai survei kepuasan publik). Demikianlah beberapa komentar orang-orang yang berpikir rasional dalam memandang kinerja AHOK.

Sungai-sungai menjadi lebih bersih, pasukan Oranye menjadi legenda, dan Kalijodo disulap menjadi taman yang amazing. Fakta berbicara dengan cukup meyakinkan. Walaupun kita juga harus berbesar hati menerima banjir masih terjadi di Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Langkah terobosan Ahok juga beragam dan dia cepat dalam make decision and action (sebuah tindakan yang amat dibutuhkan untuk mengelola Jakarta yang penuh bottlenecks). Sebagai bangsa Indonesia kita harus mengakui dengan jujur tidak sedikit pengaruh buruk masa lalu akibat penjajah yang menjadikan kita masih bermental inlander dan inferiority Complex.

Namun sayang, gaya komunikasi dia cenderung frontal dan kurang elegan. Sejumlah blunder krusial dia lakukan; dan implikasinya mungkin bisa fatal. Seringkali ia tanpa pandang bulu menyamaratakan gaya kepemimpinan dan komunikasi kepada siapa pun padahal dalam ilmu kepemimpinan kita semua tahu bahwa beda orang beda cara.


Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Terkadang Tim kita sedang memiliki permasalahan, tantangan, kelemahan di satu bidang. Tetapi setiap orang layak diperlakukan dengan santun dan penuh hormat. Apapun posisi orang itu dan bagaimana pun sejarah Anda dengannya. 

Apakah Anda menganggapnya menjengkelkan dan tidak konsisten. Dengan senantiasa menjaga sikap seperti ini, In Shaa Alloh Anda membawa keselarasan bagi organisasi secara keseluruhan.

Baca juga: Instrumen Kepemimpinan

Sejumlah kalangan Muslim juga menolak Ahok dengan penuh heroisme dan vokal. Resistensi ini kelak bisa terus memunculkan instabilitas politik dan keamanan – sebuah petaka bagi kalangan pebisnis yang merindukan ketenangan.

Resistensi yang menyebabkan kegaduhan politik ini bisa sangat merugikan iklim investasi. Dan sudah pasti, kalau ada demo yang rame dan gaduh, omzet bisnis penjualan cenderung anjlok.

Kecuali omzet bakul ketoprak dan pedagang asongan yang selalu rame pas jualan di tengah demo. Makin sering demo, makin senang para pedagang kecil ini.

Keadaan hari-hari terakhir di masa tenang juga memperlihatkan kepada kita bahwa segala cara dihalalkan untuk memenangkan paslon tertentu. kita bisa melihat, mulai dari pemimpinya, aparat keamanannya, aparat hukumnya, parta pengusungnya, partisan pendukungnya, rakyat yang mendukung, ulama pendukungnya, media pendukungnya sampai lembaga pemerintah pendukungnya. Ratusan ton sembako disebarkan, ribuan selebaran gelap diedarkan. 

Bagaimana dengan Anis?

Anies Baswedan. Sosok ini dikenal sebagai figur yang cukup santun, punya integritas, bersih dan dikenal sebagai “orang baik – good man”.

Anies memang kaya akan gagasan dan pemikiran. He is a good thinker. Mudah-mudahan figur Sandi sebagai wakilnya bisa menjadi komplemen yang cekatan melakukan aksi nyata (dan bukan hanya sekedar membangun wacana filosofis khas pemikir).

Bagaimana dengan Anies? Sekali lagi, he is a good man dan punya integritas.

Anies mungkin akan lebih menyentuh sisi humanisme dalam membangun Jakarta (mungkin akan lebih fokus pada harmoni sosial, pergerakan komunitas dan beragam festival kebudayaan).

Jika disertai dengan implementation skills yang solid, Anies sangat berpotensi menjadi leader yang menginspirasi warganya untuk ikut bergerak. Ia memang piawai dalam membangun “dimensi manusia” dalam proses pembangunan bangsanya.

Ia punya potensi untuk menjadi “little Soekarno” yang mampu menghipnotis segenap warganya untuk optimis bergerak dan membangun masa depan.

Terlepas dari pilihan saya yang mungkin salah dan tidak ideal, saya memprediksi Anies Baswedan yang akan terpilih menjadi Gubernur DKI baru.

Bagaimana dengan Anda?

Baca juga: Jangan Terprovokasi

Photo credit: Timothy Tiah

2 komentar:

  1. Quick Count (13.48):
    1. SMRC
    2. POLMARK
    3. LSI
    Memenangkan Anies -Sandi
    Semoga menjadi Real Count

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Allah berikan yang terbaik untuk kita semua.

      Hapus

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.