Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati
kebenaran dan menetapi kesabaran. (QS. Al-'Ashr: 1-3).
Saudaraku, bukankah
Kita sepakat bahwa orang yang paling rugi di dunia ini adalah orang yang
diberikan modal, tapi ia hamburkan modal itu sia-sia. Modal kita dalam hidup
adalah waktu.
Sering kita
tidak menyadari betapa berharganya jatah waktu yang kita miliki. Kita sering menghabiskan
waktu produktif hanya untuk mencari pensil. Kita sering menghabiskan waktu
berjam-jam hanya untuk mengumbar ketidaksukaan kita, untuk memendam kedengkian
atau kemarahan kita. Padahal, waktu berlanjut terus dan kita tidak tahu kapan
hidup ini berakhir.
Oleh karena
itu, Mahasuci Allah yang Mengungkapkan dalam QS. Al-'Ashr bahwa kerugian
manusia itu dapat diukur dari sikapnya terhadap waktu. Kalau ia sudah berani
menghamburkan waktunya, maka ia tergolong orang yang sudah menyia-nyiakan
kehidupannya.
Baca juga:
Pentingnya Waktu Dalam Islam
Secara umum
waktu terbagi tiga.
Pertama,
masa lalu. Ia sudah lewat. Kita sudah tidak berdaya dengan masa lalu. Tapi
banyak orang sengsara hari ini gara-gara masa lalunya yang memalukan. Karena
itu, kita harus selalu waspada jangan sampai masa lalu merusak hari kita. Khususnya
bagi yang bercita-cita menjadi pemimpin masa depan untuk mulai membiasakan hidup bersih
agar ringan langkahmu di masa depan. Mengapa? Karena sekarang kita saksikan
banyak orang yang tersandra dalam menyuarakan kebenaran karena tersandra masa
lalu.
Kedua, masa
depan. Kita pun sering panik menghadapi masa depan. Tanah kian mahal, pekerjaan
semakin sulit didapat, takut tidak mendapat jodoh, dan lainnya.
Masa lalu dan masa depan kuncinya adalah hari ini. Inilah bentuk waktu yang ketiga. Seburuk apapun kita di masa lalu, kalau hari ini kita benar-benar bertaubat dan memperbaiki diri, insya Allah semua keburukan itu akan terhapuskan.
Masa lalu dan masa depan kuncinya adalah hari ini. Inilah bentuk waktu yang ketiga. Seburuk apapun kita di masa lalu, kalau hari ini kita benar-benar bertaubat dan memperbaiki diri, insya Allah semua keburukan itu akan terhapuskan.
Sayangnya,
kita banyak merusak hari ini dengan masa lalu. Dulu gelap sekarang putus asa,
sehingga kita tidak mendapat apapun. Dulu berlumur utang, sekarang tidak
bangkit, tentu utang tidak kan terlunasi. Masa lalu kita bisa berubah drastis
dengan masa kini. Begitu pun dengan masa datang.
Sungguh
heran melihat orang yang punya cita-cita tapi tidak melakukan apapun pada hari
ini. Padahal hari ini adalah saat kita menanam benih, dan masa depan adalah
waktu untuk memanen. Maka mana mungkin kita bisa memanen bila kita malas
menanam benih. Karena itu, siapa pun yang ingin tahu masa depannya, maka
lihatlah apa yang dilakukannya sekarang.
Maka
sehebat apapun cita-cita di masa depan, taruhannya adalah masa kini. Pada saat
sekarang kita duduk santai, tidak mau bekerja, dan pada saat yang sama orang
lain bekerja keras, menempa diri, menimba ilmu, mengasah diri, dan memperkuat
ibadahnya. Maka, suatu saat nanti akan bertemu rezeki yang harus diperebutkan
oleh dua orang. Yang satu dengan ilmu. Yang satu dengan pengalaman. Yang satu
dengan wawasan. Dan yang satu lagi dengan kebodohan. Siapakah yang akan
mendapatkan rezeki tersebut?
Saudaraku,
kita harus mulai menghitung apapun yang kita lakukan. Ucapan kita sekarang
adalah bekal kita. Kita bisa terpuruk besok lusa hanya dengan satu patah kata.
Kita pun bisa menuai kemuliaan dengan kata-kata. Uang yang kita dapatkan
sekarang adalah tabungan masa depan. Bila kita dapatkan dengan cara tidak
halal, niscaya aibnya tidak akan tertukar.
Karena itu,
terlalu bodoh andai kita mau melakukan sesuatu yang sia-sia. Detik demi detik
harus kita tanam sebaik mungkin, karena inilah bibit yang buahnya akan kita
petik di masa depan. Kalau kita terbiasa berhati-hati dalam berbicara, dalam
bersikap, dalam mengambil keputusan, dalam menjaga pikiran, dalam menjaga hati,
maka kapan pun malaikat maut menjemput, kita akan selalu siap. Tapi kalau kita
biarkan bicara sepuasnya, berpikir sebebasnya, tak usah heran bila saat
kematian kita menjadi saat yang paling menakutkan.
Ada tiga
hal yang dapat kita lakukan agar masa depan kita cerah.
Pertama,
pastikanlah hari-hari yang kita jalani menjadi sarana penambah keyakinan pada
Allah. Kita tidak akan pernah tenteram dalam hidup kecuali dengan keyakinan
yang kuat pada Allah SWT. Pupuk dari keyakinan adalah ilmu. Orang-orang yang
tidak suka menuntut ilmu, maka imannya tidak akan bertambah. Bila iman tidak
bertambah, maka hidup pun akan mudah goyah.
Kedua,
tiada hari berlalu kecuali jadi amal. Di mana pun kita berada lakukankanlah
yang terbaik. Segala sesuatu harus menjadi amal. Dilihat atau tidak, kita jalan
terus. Karena rezeki kita adalah apa-apa yang bisa kita lakukan.
Ketiga,
orang yang beruntung adalah orang yang setiap hari terus melatih diri untuk
menjadi pemberi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran, dan yang setiap harinya
melatih diri untuk menerima nasihat dalam kebenaran dan kesabaran. Ia mampu
memberi nasihat, karena ia senang diberi nasihat. Orang yang gagal memberi
nasihat, awalnya karena ia gagal menerima nasihat dalam kebenaran dan
kesabaran.
Wallahu
a'lam bish-shawab.
Photo : Internasional Conference On Islamic Humanities With Muazzam Malik, The First Muslim British Ambasador to Indonesia
Jakarta, 2 Rajab 1438 H
Photo : Internasional Conference On Islamic Humanities With Muazzam Malik, The First Muslim British Ambasador to Indonesia
Jakarta, 2 Rajab 1438 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.