Rabu, 08 Maret 2017

Mentauladani Sifat Allah Al-Lathif (Yang Maha Lembut)

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Bagaimana kabarnya hari ini sahabat? Semoga Keselamatan, rahmat, dan barokah dari Allah selalu menyertai kita semua.

Semoga Allah Subhanahuwata’ala mengkaruniakan kepada kita kepekaan, karena orang-orang yang peka Insya Allah akan bisa berbuat lebih banyak dibanding orang yang tidak peka terhadap keadaan.

Mengapa ini penting? Karena ada saja manusia yang kehilangan sesuatu, seolah-olah ia kehilangan segalanya. Padahal jika kita menghitung nikmat Allah yang masih ada tentu jauh lebih banyak dari kehilangan yang ia alami.

Al-Lathif artinya Allah yang Maha Lembut, maknanya halus, lembut, amat kecil halus tersembunyi, namun dalam pengertian ini adalah Allah SWT, halus sekali caranya hingga tercapai apa yang diinginkanNya dengan cara yang tersembunyi dan tak terduga. Ada dua hal pengetahuan yang begitu detil dan untuk mencapai sesuatu dengan keluasan pengetahuan dan mencapai apa yang diinginkan itulah Al-Lathif, Allah menciptakan kita, Dialah Allah yang Maha Tahu dengan detil siapa diri kita dan apa kebutuhan kita.

Sesungguhnya Allah Maha Tahu akan kebutuhan kita bahkan lebih tahu dari diri kita sendiri, tidak mintapun kebutuhan kita sudah dipenuhi, siapa yang mengurus kita mulai dari janin di perut ibu tidak pernah mempertimbangkan berapa kebutuhan zat-zat pembentuk tulang, otak, jantung, siapa yang yang mengurus semua ini? Dialah Allah al-lathif yang Maha Lembut, Dialah Allah yang Maha Sempurna.

Beberapa hari yang lalu masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kedatangan Raja Salman. Semua orang termasuk petinggi negara sibuk untuk berfoto atau bahasa anak mudanya selfie bersama raja. Sambutan luar biasa pun dipersiapkan dengan menelan dana yang tidak sedikit. Pertanyaanya, sudahkah kita menyambut raja diraja (Sang Pencipta) yang datang setiap malam dengan penyambuatan yang lebih baik? Bukankah Rosululloh Sholaullohhu ‘alaihi wassalam bersabda

“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia setiap sepertiga malam akhir. Ia lalu berkata: ‘Barangsiapa yang berdoa, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni. Hingga terbit fajar‘ ” (HR. Bukhari 1145, Muslim 758)

Sahabat begitu juga saat Kita lihat lukisan kuda terpesona kepada pelukisnya, tapi kenapa kalau lihat kuda betulan tidak terpesona kepada penciptanya, lihat patung yang dibuat dari lilin kagum karena kemiripannya, dipuji pembuatnya, kenapa kepada yang membuat pembuat patung kita tidak terpesona, harusnya kekaguman kita tiada henti hanya kepada Allah yang Maha Pencipta (Raja di Raja)

Ada yang lebih halus lagi yaitu Allah memberikan ide kepada kita, pikiran kita sangat tertutup tiba-tiba ada ide jadi tahu solusinya, membaca satu buku tiba-tiba paham dan menghayati, semua itu karena Allah yang membukakan pintu hikmah hingga kita mendapat hidayah.

Suami rukun dengan istri itu juga karena Allah yang membalikkan hatinya, timbul kesadaran saling menasehati, itupun karena kekuasaan Allah, maka jangan risau dengan kebutuhan dan masalah, jangan risau oleh harapan kita karena Allah Maha Tahu jalan untuk mencapai segala kebutuhan itu, masalah kita adalah apakah harapan, kebutuhan, keinginan, ketakutan bisa membuat kita dekat dengan Allah atau tidak, itu intisarinya, tidak jarang hutang membuat orang jadi sholeh, di Palestina ada pembantaian oleh Yahudi, Allah Maha Tahu yang penting bukan terbunuh atau tidaknya, yang penting terbunuhnya di jalan Allah atau tidak? Jangan panik menghadapi hidup ini kita sudah betul punya keinginan dan Allah Maha Tahu karena Allah yang mendesain semua pertanyaan itu, tidak jarang ancaman dan ketakutan itu akan membuat kita semakin dekat dengan Allah itulah yang penting, kadang-kadang kita butuh diancam supaya makin sholeh.

Maka dalam situasi apapun teruslah tenang, jalani karena Allah Maha Peka terhadap diri kita, Allah Maha Tahu keadaan diri kita, jangan risau karena hinaan karena tidak ada yang sengsara karena dihina, kita hanya boleh sengsara kalau Allah yang menghina, siapa tahu penghinaan dari makhluk ini datang sebagai teguran dari Allah, orang-orang yang berhasil adalah orang yang selalu mengembalikan segala yang terjadi dengan kepekaan dan kelembutan Allah SWT.

Terkait dengan ketakutan ini saya memiliki cerita unik yang masih hangat. Hari jum’at yang lalu sebut saja putri kesayangan Pak Utama mendapatkan perlakuaan yang kurang baik dari guru ekskulnya. Putrinya didiamkan saat teman-temannya  sedang asyik latihan untuk mengikuti perlombaan. Saat itu matahari menjilat kulit remaja putrinya lalu muncullah buliran-buliran air mata tak kuat ditahannya.

Tentu mendengar kejadian yang dialami oleh putrinya, sang Ayah marah besar. Ia berencana mengambil sikap terhadap guru ekskulnya, setelah berdialog dan meminta masukan dari berbagai pihak akhirnya ada sesuatu yang ajaib yang saya lihat. Kejadian yang terasa menyayat hatinya berubah menjadi sebuah petunjuk yang sangat halus dari Allah agar ia berbenah. Apa yang terjadi?

Sabtu sorenya, ia membeli buku seputar parenting. Buku-buku pendidikan anak dalam islam (Tarbiatul Aulad Fil Islam), dan buku-buku bagaimana meningkatkan kepercayaan diri anak diborongnya. Kurang lebih hampir 15 buku yang ia beli dari 3 tokoh yang berbeda. Inilah salah satu bukti nyata yang saya lihat, bagaiamana Allah dengan sangat halusnya menegur pada orang tua agar mampu mendidik anaknya menjadi pribadi yang kuat, percaya diri, beriman dan memiliki akhlak yang baik.

Sahabat, Kebahagiaan terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita mulai yakin kepada Allah Subhanahu wata’ala, sehingga kita meniru sifat Allah yang Maha Lembut ini dengan belajar peka terhadap keadaan. Hati yang bening jika sedikit saja berbuat dosa akan peka merasakannya, dan mudah untuk bertaubat.

Bila hati bening seberkas cahaya ilmu saja akan masuk menerangi hatinya dan akan menerangi orang lain di sekitarnya, tapi bila hati keruh, diperciki cahaya tidak akan masuk kedalam hatinya apalagi menerangi orang lain, hati yang keruh meskipun banyak ilmu, ilmunya tidak menjadi cahaya bagi dirinya juga tidak mencahayai orang lain.

Orang yang berhati bersih peka dan semuanya jadi ilmu, peka semua jadi ladang amal, sedang jalan tiba-tiba ada orang bersin ucapkan yarhamukallah itulah kepekaan ladang amal, kita tidak akan mulia dengan keserakahan, tidak ada satu pengorbananpun yang disia-siakan kalau ikhlas.

Tandanya orang peka adalah bersedekah sebelum orang lain minta, jangan sampai orang duluan minta. Seorang suami yang bijak dengan bertambahnya usia isteri harus lebih peka dan bertambah bijak, Siti Khadijah semakin tua semakin bening hatinya, lewat itu kecantikan berganti kemuliaan akhlak. Allah Maha Adil tidak mungkin ketuaan kita menjadi kehinaan tapi masih ada kemuliaan lain yaitu kemuliaan akhlak.

Kita harus peka terhadap tetangga, siapa tetangga kita yang miskin, yang tidak makan, yang anaknya tidak sekolah itu tandanya peka. Jangan sampai menikmati hasil sendiri karena kekayaan sesungguhnya adalah bukan yang kita kumpulkan tapi yang kita nafkahkan. Seorang pimpinan harus peka terhadap karyawan, jangan sampai karyawan berat dengan kehidupannya, sedangkan pimpinan hidup dengan segala kemewahannya.

Musuh terbesar tentara bukan dari luar tapi musuh terbesar tentara adalah ketika tidak dicintai rakyatnya, komandan harus peka terhadap keadaan, sejahterakan prajurit, komandan asli bukan pada mobilnya, tapi pada hati dan akhlaknya.

Semoga kita bisa mentauladani salah satu sifat Allah ini.

Inspirasi Kajian di Masjid Al-Azhar

gambar: tauhid

Jakarta, 9 Jumadil Akhir 1438 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.