Dengan Nama
Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia setiap sepertiga malam akhir. Ia lalu berkata: ‘Barangsiapa yang berdoa, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni. Hingga terbit fajar‘ ” (HR. Bukhari 1145, Muslim 758)
Bagaimana
kabarnya hari ini sahabat? Semoga Keselamatan, rahmat, dan barokah dari Allah selalu
menyertai kita semua.
Semoga
Allah Subhanahuwata’ala mengkaruniakan kepada kita kepekaan, karena orang-orang
yang peka Insya Allah akan bisa berbuat lebih banyak dibanding orang yang tidak
peka terhadap keadaan.
Mengapa ini
penting? Karena ada saja manusia yang kehilangan sesuatu, seolah-olah ia
kehilangan segalanya. Padahal jika kita menghitung nikmat Allah yang masih ada
tentu jauh lebih banyak dari kehilangan yang ia alami.
Al-Lathif
artinya Allah yang Maha Lembut, maknanya halus, lembut, amat kecil halus
tersembunyi, namun dalam pengertian ini adalah Allah SWT, halus sekali caranya
hingga tercapai apa yang diinginkanNya dengan cara yang tersembunyi dan tak
terduga. Ada dua hal pengetahuan yang begitu detil dan untuk mencapai sesuatu
dengan keluasan pengetahuan dan mencapai apa yang diinginkan itulah Al-Lathif,
Allah menciptakan kita, Dialah Allah yang Maha Tahu dengan detil siapa diri
kita dan apa kebutuhan kita.
Sesungguhnya
Allah Maha Tahu akan kebutuhan kita bahkan lebih tahu dari diri kita sendiri,
tidak mintapun kebutuhan kita sudah dipenuhi, siapa yang mengurus kita mulai
dari janin di perut ibu tidak pernah mempertimbangkan berapa kebutuhan zat-zat
pembentuk tulang, otak, jantung, siapa yang yang mengurus semua ini? Dialah
Allah al-lathif yang Maha Lembut, Dialah Allah yang Maha Sempurna.
Beberapa
hari yang lalu masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kedatangan Raja Salman. Semua
orang termasuk petinggi negara sibuk untuk berfoto atau bahasa anak mudanya
selfie bersama raja. Sambutan luar biasa pun dipersiapkan dengan menelan dana
yang tidak sedikit. Pertanyaanya, sudahkah kita menyambut raja diraja (Sang
Pencipta) yang datang setiap malam dengan penyambuatan yang lebih baik?
Bukankah Rosululloh Sholaullohhu ‘alaihi wassalam bersabda
“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia setiap sepertiga malam akhir. Ia lalu berkata: ‘Barangsiapa yang berdoa, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni. Hingga terbit fajar‘ ” (HR. Bukhari 1145, Muslim 758)
Sahabat
begitu juga saat Kita lihat lukisan kuda terpesona kepada pelukisnya, tapi
kenapa kalau lihat kuda betulan tidak terpesona kepada penciptanya, lihat patung
yang dibuat dari lilin kagum karena kemiripannya, dipuji pembuatnya, kenapa
kepada yang membuat pembuat patung kita tidak terpesona, harusnya kekaguman
kita tiada henti hanya kepada Allah yang Maha Pencipta (Raja di Raja)
Ada yang
lebih halus lagi yaitu Allah memberikan ide kepada kita, pikiran kita sangat
tertutup tiba-tiba ada ide jadi tahu solusinya, membaca satu buku tiba-tiba
paham dan menghayati, semua itu karena Allah yang membukakan pintu hikmah
hingga kita mendapat hidayah.
Suami rukun
dengan istri itu juga karena Allah yang membalikkan hatinya, timbul kesadaran
saling menasehati, itupun karena kekuasaan Allah, maka jangan risau dengan
kebutuhan dan masalah, jangan risau oleh harapan kita karena Allah Maha Tahu
jalan untuk mencapai segala kebutuhan itu, masalah kita adalah apakah harapan,
kebutuhan, keinginan, ketakutan bisa membuat kita dekat dengan Allah atau
tidak, itu intisarinya, tidak jarang hutang membuat orang jadi sholeh, di
Palestina ada pembantaian oleh Yahudi, Allah Maha Tahu yang penting bukan
terbunuh atau tidaknya, yang penting terbunuhnya di jalan Allah atau tidak?
Jangan panik menghadapi hidup ini kita sudah betul punya keinginan dan Allah
Maha Tahu karena Allah yang mendesain semua pertanyaan itu, tidak jarang
ancaman dan ketakutan itu akan membuat kita semakin dekat dengan Allah itulah
yang penting, kadang-kadang kita butuh diancam supaya makin sholeh.
Maka dalam
situasi apapun teruslah tenang, jalani karena Allah Maha Peka terhadap diri
kita, Allah Maha Tahu keadaan diri kita, jangan risau karena hinaan karena
tidak ada yang sengsara karena dihina, kita hanya boleh sengsara kalau Allah
yang menghina, siapa tahu penghinaan dari makhluk ini datang sebagai teguran
dari Allah, orang-orang yang berhasil adalah orang yang selalu mengembalikan segala
yang terjadi dengan kepekaan dan kelembutan Allah SWT.
Terkait dengan
ketakutan ini saya memiliki cerita unik yang masih hangat. Hari jum’at yang
lalu sebut saja putri kesayangan Pak Utama mendapatkan perlakuaan yang kurang
baik dari guru ekskulnya. Putrinya didiamkan saat teman-temannya sedang asyik latihan untuk mengikuti
perlombaan. Saat itu matahari menjilat kulit remaja putrinya lalu muncullah
buliran-buliran air mata tak kuat ditahannya.
Tentu mendengar
kejadian yang dialami oleh putrinya, sang Ayah marah besar. Ia berencana
mengambil sikap terhadap guru ekskulnya, setelah berdialog dan meminta masukan
dari berbagai pihak akhirnya ada sesuatu yang ajaib yang saya lihat. Kejadian yang
terasa menyayat hatinya berubah menjadi sebuah petunjuk yang sangat halus dari
Allah agar ia berbenah. Apa yang terjadi?
Sabtu sorenya,
ia membeli buku seputar parenting. Buku-buku pendidikan anak dalam islam
(Tarbiatul Aulad Fil Islam), dan buku-buku bagaimana meningkatkan kepercayaan
diri anak diborongnya. Kurang lebih hampir 15 buku yang ia beli dari 3 tokoh
yang berbeda. Inilah salah satu bukti nyata yang saya lihat, bagaiamana Allah
dengan sangat halusnya menegur pada orang tua agar mampu mendidik anaknya
menjadi pribadi yang kuat, percaya diri, beriman dan memiliki akhlak yang baik.
Sahabat, Kebahagiaan
terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita mulai yakin kepada Allah Subhanahu
wata’ala, sehingga kita meniru sifat Allah yang Maha Lembut ini dengan belajar
peka terhadap keadaan. Hati yang bening jika sedikit saja berbuat dosa akan
peka merasakannya, dan mudah untuk bertaubat.
Bila hati
bening seberkas cahaya ilmu saja akan masuk menerangi hatinya dan akan
menerangi orang lain di sekitarnya, tapi bila hati keruh, diperciki cahaya
tidak akan masuk kedalam hatinya apalagi menerangi orang lain, hati yang keruh
meskipun banyak ilmu, ilmunya tidak menjadi cahaya bagi dirinya juga tidak
mencahayai orang lain.
Orang yang
berhati bersih peka dan semuanya jadi ilmu, peka semua jadi ladang amal, sedang
jalan tiba-tiba ada orang bersin ucapkan yarhamukallah
itulah kepekaan ladang amal, kita tidak akan mulia dengan keserakahan, tidak
ada satu pengorbananpun yang disia-siakan kalau ikhlas.
Tandanya
orang peka adalah bersedekah sebelum orang lain minta, jangan sampai orang
duluan minta. Seorang suami yang bijak dengan bertambahnya usia isteri harus
lebih peka dan bertambah bijak, Siti Khadijah semakin tua semakin bening
hatinya, lewat itu kecantikan berganti kemuliaan akhlak. Allah Maha Adil tidak
mungkin ketuaan kita menjadi kehinaan tapi masih ada kemuliaan lain yaitu
kemuliaan akhlak.
Kita harus
peka terhadap tetangga, siapa tetangga kita yang miskin, yang tidak makan, yang
anaknya tidak sekolah itu tandanya peka. Jangan sampai menikmati hasil sendiri
karena kekayaan sesungguhnya adalah bukan yang kita kumpulkan tapi yang kita
nafkahkan. Seorang pimpinan harus peka terhadap karyawan, jangan sampai
karyawan berat dengan kehidupannya, sedangkan pimpinan hidup dengan segala
kemewahannya.
Musuh
terbesar tentara bukan dari luar tapi musuh terbesar tentara adalah ketika
tidak dicintai rakyatnya, komandan harus peka terhadap keadaan, sejahterakan
prajurit, komandan asli bukan pada mobilnya, tapi pada hati dan akhlaknya.
Semoga kita
bisa mentauladani salah satu sifat Allah ini.
Jakarta, 9
Jumadil Akhir 1438 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.