Senin, 13 Maret 2017

Mengapa Orang Semakin Kaya Semakin Pelit dan Solusi mengatasinya?

Sahabat, manusia merek dan jenis apa pun, secara fitrah tentu menyukai harta benda. Sebagian besar aktifitas manusia adalah menginginkan, memimpikan, dan memperjuangkan kepemilikan harta benda. Mengapa? Dengan harapan statusnya akan naik, memiliki kedudukan terhormat di mata masyarakat, dan  bisa membantu orang banyak.

Allah mengingatkan kita sebagai manusia untuk hati-hati Berlebihan mencintai harta: “Sungguh manusia itu sangat ingkar (tidak bersyukur) kepada Tuhannya.  Dan sungguh dia (manusia) menyaksikan sendiri keingkarannya. dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.” (QS Al-‘Adiyat(100): 6- 8)

Di sisi lain, di tengah keberlimpahan harta yang banyak itu tetap ada saja yang merasa kurang bersyukur. Sesuai dengan arti kata Kanuud pada ayat di atas ialah tidak berterima kasih, melupakan jasa. Kepada siapa? Berapa saja nikmat yang diberikan Allah, dia tidak merasa puas dengan yang telah ada itu, bahkan masih meminta tambah lagi. Nafsunya tidak pernah merasa cukup dan kenyang.

Manusia terkadang memang aneh, ketika kehilangan sesuatu seolah-olah ia telah kehilangan segalanya. Padahal sesuatu yang melekat pada dirinya jauh lebih banyak dan bisa menjadi harapan untuk bangkit menatap masa depan.

Jika ia memiliki sedikit, jadilah ia pengeluh bahkan mengomel mengapa sedikit. Dan yang pernah datang dahulu, nikmat yang berlimbah dan banyak dilupakannya. Demikianlah sering kita saksikan sikap manusia terhadap sesuatu yang datang dan pergi dalam kehidupannya.

Mengapa Orang Semakin Kaya Semakin Pelit?
Yang lebih menarik lagi Bagaimana memahami makna ayat ini dari sudut pandang yang berbeda? Mengapa tidak sedikit manusia yang mencintai hartanya secara berlebihan, sehingga orang lain mengecapnya sebagai orang kikir atau pelit?

Besar kemungkinan penyebabnya adalah latar belakang keluarganya. Keluarganya sangat miskin dan tidak mampu mengajarkan nilai-nilai kesalehan menyikapi harta. Akibatnya, saat orang itu dewasa dan dapat mengumpulkan harta secara tidak sadar terjebak dendam kemiskinan’. Dendam kemiskinan bisa tersalur pada kerja keras, mencintai harta secara berlebihan, dan kikir.

Kemiskinan di sini bukan hanya miskin harta, tapi miskin dari ilmu dan iman. karena tidak jarang kita temukan, ada orang yang hidup dalam kondisi kaya raya, tapi sebab miskin ilmu agama menyebabkan dirinya kikir. 

Sahabat,  kekikiran itu hanya terjadi pada jiwa orang-orang yang tidak pernah disirami dengan keimanan untuk mengenal Allah, mencintai, dan membenci karena-Nya. Tidak pernah terbersit di dalam jiwanya untuk melaksanakan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.

Kepada manusia seperti inilah Allah ta’ala bersumpah. Karena ia telah ingkar kepada Rabbnya dan kepada seluruh nikmat-Nya yaitu bersikap keras dan banyak keingkarannya. Dengan cara selalu mengingat-ingat, merasakan, dan berkeluh kesah atas musibah yang sedang maupun telah menimpanya  serta melupakan nikmat dan karunia Allah. Akhirnya ia tidak pernah mengingat dan bersyukur kepada-Nya.

Apakah Anda pernah menyaksikan kondisi tersebut? orang yang memiliki harta tetapi pelit? Tidak suka membantu bahkan terhadap keluarganya sendiri? Karena jumlah kelas menengah menurut BPPK kemenkeu : Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2003 jumlah penduduk dengan pendapatan kelas menengah di Indonesia hanya 37,7 persen dari populasi. Namun pada 2010 kelas menengah Indonesia mencapai134 juta jiwa atau 56,5 persen dari populasi.

Setiap tahun kelas menengah tumbuh tujuh juta, sehingga Bank Dunia menilai pertumbuhan kelas menengah di Indonesia sangat cepat. Peningkatan kelas menengah  seperti yang terjadi di Indonesia juga dialami negara berkembang lainnya.  Pertumbuhan itu menyebabkan melonjaknya konsumsi yang mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: 4 Kebiasaan Orang Kaya Dalam Mengelola Keuangannya

Saya pernah membaca hasil sebuah riset yang cukup menarik ternyata semakin banyak harta seseorang tidak menjamin membuatnya semakin tergugah untuk berderma dan berbagi. Orang miskin ternyata lebih berempati dan dermawan dibanding orang kaya. Hal ini telah dibuktikan oleh sebuah studi dan dipublikasikan dalam Psychological Science. Dalam serangkaian percobaan, penelitian menemukan bahwa masyarakat kelas bawah lebih baik saat membaca emosi di wajah seseorang. Ini menjadi satu ukuran dari akurasi empati.

Oleh karena itu, hendaklah orang-orang yang memiliki kelapangan harta berhati-hati jangan sampai menyinggung perasaan orang miskin. Mengapa? Karena hati mereka sangat sensitif. Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kita dalam firmannya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir . “ (Al Baqarah:264)

Jangan sampai kebaikan yang kita lakukan puluhan tahun yang lalu hilang karena kita mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah kita lakukan dan orang yang pernah kita tolong menjadi tersinggung.


Sahabat, hidup terkadang seperti roda. Ada saatnya kita di atas dan ada saatnya kita di bawah. Ketika kita saat ini sedang berada di atas belajarlah dan ajarkan kepada anak-anak kita untuk berbuat amal kebajikan yang banyak dan benar. Karena ada saatnya suatu hari posisi kita berganti dengan orang yang pernah kita tolong. Baca Family For Family.

Sahabat, tahukah anda bahwa harta dalam bahasa arab dinamakan khairan (kebaikan) karena sesuai dengan penamaan adat (kebiasaan) bangsa arab. Mereka mengatakan bahwa harta adalah baik terutama apabila diinfakkan di jalan Allah, yang akan mendapatkan kebaikan yang sangat banyak (pahala).

Solusi mengatasinya 
Allah Maha kaya, ia tidak membutuhkan harta kita, tetapi kitalah yang membutuhkan rahmat, cinta, dan ampunan dari-Nya. Jangan sampai dendam kemiskinan membuat kita mencintai harta secara berlebihan. Bersedekah, berinfaq, waqaf, dan aneka kebajikan yang kita lakukan sebenarnya cara Allah mengurangi kadar kecintaan kepada harta secara berlebih. Baca juga: Manfaat Sedekah

Sudahkah kita belajar mengurangi kecintaan harta secara berlebih demi menggapai cinta Allah dengan bersedekah hari ini?

Baca juga: Mental Kaya

Gambar: JPMI

Jakarta, 14 Jumadil Akhir 1438 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.