Kamis, 05 Februari 2015

Dimanakah Jodohku?


Dua hari yang lalu (13 Rabiul Akhir 1436/ 3 Februari 2015) ketika saya sedang bertamasya ke TB Gramedia,  saya bertemu dengan laki-laki paruh baya, mengenakan jaket pasca sarjana Institute Pertanian Bogor (IPB), Ketika sedang asyik membaca buku, tiba-tiba dari samping kananku seorang lakii-laki tersenyum dan langsung merangkulku, tidak salah lagi dia adalah EKS (nama samaran).

Dari awal bertemu saya bisa membaca bahwa saat ini dia sedang menghadapi masalah yang cukup serius. ternyata dia sedang menghadapi masalah hati. Kurang lebih hampir satu tahun, dia mempersiapkan pernikahannya kepada seseorang, tapi beberapa minggu yang lalu batal menikah.

Sesuai permintaan beliau, Kali ini kita akan membahas satu tema yang menjadi kegelisahan bagi jutaan jiwa yang menanti jodoh, atau yang sedang bertanya-tanya dimanakah jodohku berada? Tulisan ini merupakan salah satu permintaan EKS agar saya bisa memberikan semangat melalui tulisan ini, agar tidak menjadi beban karena sudah janji, semoga juga bisa menjadi pencerahan untuk kita semua.

Saya bisa merasakan, terjadi keresahan pada jutaan jiwa di luar sana mengenai jodoh. Bilangan tahun terus berkurang (sebagian menyebutnya bertambah). Namun, tidak juga memiliki pasangan, menyebarkan undangan pernikahan, atau melihat teman, tetangga, dan sahabatnya sudah memiliki momongan dengan segala suka cita dan keceriaannya. Tentu hal itu mengelisahkan bagi sebagian jiwa yang binggung menambatkan hatinya.

Penantian yang begitu panjang, terkadang menimbulkan tanda tanya dan sedikit timbul meragukan kesebarannya sendiri untuk bertahan dalam penantian tak bertepi. Lalu perlahan-lahan menurunkan standarnya dalam memilih pasangan dan berkata “siapa saja lah yang penting baik”. 

Tidak sedikit yang mampu bertahan dan mulai ragu bahwa dengan tetap menjaga keimanan dan kesabarannya, Alloh akan mempertemukannya dengan jodoh yang spesial.

Tidak terhitung, berapa kali ia telah menguras keringat untuk berusaha dan berdoa, puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali berdoa agar dikirimkan jodoh yang baik dan tepat untuk dirinya. Namun, tanda-tanda itu belum tampak di pelupuk matanya. Lalu akhirnya, timbul keraguan kepada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya Alloh,


Mas EKS dengan nada sedikit marah menceritakan bahwa ini pernikahannya yang kelima kali gagal.

saya bisa memahami perasaannya yang berat karena kehilangan belahan jiwanya. Sampai-sampai mengatakan sakitnya tu di sini sob (sambil menunjuk dada).


“Saya ini, ingin melakukan kebaikan,  ibadah kepada Alloh dengan menikah, tapi kenapa Alloh menghambatnya?” tanyanya dengan suara lirih dan hampir meneteskan air matanya.

Tapi, saya melihat beliau pria yang tangguh bisa bertahan hingga saat ini. lalu saya bertanya,      ” apa yang dapat Mas EKS pelajari dari kejadian ini? tanya saya

Lama saya menanti jawaban darinya, lalu dia balik bertanya,” menurutmu kenapa Alloh menghambat rencana ibadahku sob?”

Saya hanya berkata bahwa Alloh itu pencemburu. Terkadang kita sebagai manusia tidak sadar menempatkan kecintaan kepada manusia melebihi kecintaan kita kepada Sang Khalik (Pencipta). Saya belajar banyak hal dari pengalaman EKS. Bahwa, jeda waktu yang panjang sejak dia bertemu dengan calonnya telah mengalihkan cintanya kepada Robbnya. Ditambah lagi jalan bareng berdua, makan berdua, dsb.

Saya mengenal EKS kurang lebih tahun 2010, lalu lama kami tidak bertemu, beliau adalah laki-laki yang sholeh, dari keluarga baik-baik, sekarang sudah PNS. Jika kita melihat dari luar kehidupanya sudah  nyaris cukup untuk dirinya merasa bahagia atas limpahan nikmat dari Alloh swt kepadanya.

Pikiranku langsung teringat dengan salah satu firman Alloh swt dalam Qur’an Suroh Thaha ayat 124:

"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

Pelajaran dari ayat tersebut adalah terkadang kita sebagai manusia memiliki hidup yang berlimpah, kelapangan, keluasan rezeki tapi semuanya menjadi sempit karena kita berpaling dari peringatan-Nya. Menurut Ibnu Qoyyim Dzikr (peringatan) yang dimaksud adalah Al-Qur’an. Karena salah satu nama Al-Qur’an adalah Adz Dzikr. Manusia secara keseluruhan saat ini sedang mengalami penghidupan yang sempit faktor utamanya adalah berpaling dari mengingat Alloh.

Faktanya dari penuturannya, EKS selalu memikirkan, merindukan, belahan jiwanya. Apakah ini wajar? Saya katakan itu fitroh manusia, dijadikan indah oleh Alloh dalam pandangan manusia terhadap wanita,dll. Jangan di tahan, cari pelampiasan yang tepat dengan Bermunajat kepada Alloh di sepertiga malam, berpuasa sunnah, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Tapi permasalahannya, jika hal itu melalaikan kita dari mengingat Alloh, lupa baca Al-Qur’an, mentadabburinya, beramal sholeh, maka itu sebuah kerugian.

Kedua, Alloh sangat pencemburu dengan hambanya yang Dia tahu sholeh, jika ada seseorang yang dia cintai melebihi kecintaannya kepada Alloh. Saya jadi ingat kisah Nabi Ibrahim, bagaimana Alloh mengujinya dengan meminta nabi Ibrahim menyembelih putranya Ismail. Anak yang sudah suangat luaama dinantikan, tiba-tiba ketika penantian itu berakhir, sedang lucu-lucunya. Tiba-tiba Alloh menguji Nabi Ibrahim As. Untuk menguji Nabi Ibrahim dia lebih mencintai Alloh atau anaknya.

 Disebabkan ketakwaan Nabi Ibrahim dan Ismail maka keduanya berserah diri, dan anak yang sholeh tentu ikhlas dan menerima keputusan Robbya.

Kembali ke cerita saudara kita EKS. Akhirnya, hasil dari keberpalingan jiwa manusia terhadap cinta Alloh swt adalah timbul kecewa, sedih, sakit hati, marah, bahkan dendam. Bahkan EKS bertanya, apakah pantas saya tidak memaafkannya? karena keluarganya membatalkan secara sepihak?

Mendengar pertanyaan tersebut, saya jadi ingat  sahabat nabi yang pernah mengatakan hal serupa, berjanji tidak akan memaafkan seseorang selamanya. Akan tetapi, Alloh swt menegur dengan menurunkan Q.S. An-Nur: 22

"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

Jika Alloh saja Maha Pengampun, apakah manusia ingin melebihi Alloh? Tentu saja, seseorang pernah menyakiti kita dan berbuat salah, tapi kita juga harus ingat bahwa kita juga manusia biasa yang bisa saja berbuat salah bahkan lebih parah dari orang lain. Oleh karena itu, saya menasehati diri saya dan sahabat semua untuk tidak terlalu berlebihan mencintai seseorang dan tidak berlebihan membenci seseorang. Itulah islam ajaran yang sempurna dan mulia mengajarkan kita untuk pandai meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Lagi-lagi saya belajar banyak dari masalah EKS. Seolah-olah Alloh mengirimkan dirinya padaku siang itu untuk menasehati saya dengan cara yang Maha Halus dan Lembut. Saya ingat petuah guru saya MS, “orang cerdas itu cukup dengan isyarat, maka dia sudah mengerti. Tapi orang bodoh, harus dengan peringatan, cambukan, dsb”

Matematika Jodoh.


Seseorang yang akhirnya berjodoh, menjadi suami istri, suatu saat akan menyadari betapa dahsyatnya rencana Alloh swt. Beberapa kisah jodoh yang saya saksikan langsung membuat saya berdecak kagum dengan matematika jodoh. Hingga akhrinya saya hanya bisa mengucapkan Subhanaulloh “Maha Suci Alloh”. Seluruh ketetapan Alloh mengandung hikmah yang luar biasa, tidak terjangkau dengan nalar manusia.

Kisah pertama

1. Sebut saya namanya GS. Seorang wanita masih gadis “In Shaa Alloh” berumur 50 tahun. beliau tinggal di jantung kota Bengkulu, Seorang wanita karir yang sukses menghidupi ponakannya bahkan sudah ada yang menjadi Dokter, Insyinur, dll.  tapi baru menemukan jodohnya 2 tahun yang lalu. Berjodoh dengan seorang duda. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dia menghadapi penantian yang sangat panjang (dalam hitungan manusia). Puluhan tahun kesabaran yang berbuah indah.

2. saya juga pernah mendengar dari salah seorang teman. Di masa yang sangat berbahagia karena sebentar lagi melangsungkan ijab kabul. Setelah selesai, mereka berdua langsung duduk berdua di pelaminan menyalami tamu undangan. Belum sempat masuk ke kamar untuk berdua menikmati kehalalan hubungan suami istri. Tiba-tiba si mempelai prianya berkata kepada istrinya “dadaku sakit dek”, lalu sang istri memapahnya duduk di kursi pelaminan. Beberapa menit kemudian, mempelai lelaki itu meninggal di kursi pelaminannya. Masih mengenakan baju pengantin.

3. Sebut saja namanya CH menikah dengan pria yang perbedaan usianya 10 tahun. pertemuan yang singkat hanya beberapa hari, dengan perbedaan asal usul. Alloh swt pertemukan dan satukan dalam ikatan pernikahan yang halal. Terkadang jarak usia yang terlalu jauh bukan sebuah halangan.

Keputusan penting itu bisa berupa: mau sekolah dimana, kuliah dimana, jurusan apa, di kota mana, tinggal dimana, berteman dengan siapa, bekerja dimana, dll. Dan tidak sedikit orang berjodoh itu terkadang memiliki kemiripan (mirip wajah, mirip karakter, dll). Ini bisa benar dan bisa juga salah. Tapi, cenderung di lapangan saya perhatikan orang yang berjodoh itu keduanya mirip atau bisa jadi saling melengkapi kekurangan pasangannya. He

4. Kisah sosok yang saya kenal, sebut saja NR menikah dengan EI dengan jarak yang berbeda dan belum sempat bertemu sebelumnya. Begitu juga sahabat saya RDP menikah dengan WE, berbeda kampus. Bahkan belum pernah saling kenal padahal RDP sosok yang cukup dikenal. Kisah HI dan MS, teman satu organisasi. Kisah DS dan suaminya. Dipertemukan antara Yogja dan Bengkulu. Dan banyak lagi kisah-kisah lainnya.

5. jika kita melihat di berbagai media, jodoh itu terkadang tidak masuk akal. seorang artis yang maaf tubuhnya kecil, akhirnya menikah dengan wanita yang bertubuh normal, cantik dan akhirnya punya anak yang normal. Saya pernah menonton seorang pria asal timur tengah lumpuh dan terbaring di atas kasur tapi memiliki pasangan yang cantik, sholeha. Karena prianya menurut saya seorang hafidz Qur’an. Atau kita melihat seorang wanita yang cantik tapi memiliki pasangan yang biasa saja, atau sebaliknya dalam pandangan kita.

Oleh karena itu, Alloh Berfirman dalam Q.S. Ar-Rum: 21:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

Jika dipaparkan lebih lanjut, maka akan panjang sekali, kasihan yang baca. Mungkin sahabat memiliki kisah sendiri, teman, sahabat, tetangga, om, tante, orang tua, kakek, dll.

Dimanakah Jodohku?

Pertanyaan pentingnya sesuai dengan judul tulisan ini sekaligus kesimpulan dari pembicaraan kita panjang lebar, dimanakah jodohku? Seperti kata NK Jodoh dan tidak berjodoh adalah rahasia Alloh. Itu semua adalah bagian dari keputusan Alloh, penetapan Alloh atas manusia. Urusan jodoh bukan urusan kecil dan main-main dalam menciptakan manusia, menentukan rezeki, dan perjalanan hidup hingga matinya manusia. Alloh tidak sedang mengocok undian dan mengundi seperti arisan ketika menentukan jodoh seseorang.

Maka jika kita memiliki harapan tentang calon pendamping hidup kita, menginginkan agar kita segera dipertemukan dengan jodoh kita, maka mintalah pada Alloh! Bicaralah pada Alloh! Berdoa dan mendekatlah pada-Nya! Bulatkan, kuatkan, kencangkan keyakinan kita pada Sang Khaliq. Apa yang tidak mungkin bagi kita, adalah sangat mungkin bagi Alloh. Jika Alloh swt bisa membolak-balikan siang menjadi malam, malam menjadi siang. Maka Alloh juga bisa membolak balikkan kehidupan kita dari gelap menjadi terang, kekurangan menjadi berkecukupan, sedih menjadi bahagia, dll.

Tapi kan jodoh sama seperti kematian, rahasia Sang Pencipta? Justru karena kita tidak tahu siapa jodoh kita, kapan bertemunya, bagaimana akhir kisahnya di dunia dan akhirat. Maka hidup kita menjadi lebih indah, berwarna dan bermakna. Karena kita akan menjalani kemanusian kita dengan tetap menjadi Hamba Alloh. Menikmati indahnya berjuang, menikmati kesungguh-sungguhan ikhtiar, menikmati indahnya bermunajat kepada Alloh, menikmati indahnya memohon pertolongan-Nya, menikamati lezatnya bersabar, menikmati kejutan-kejutan yang Alloh hadirkan dalam kehidupan kita.

Jika kehidupan membuat Anda sulit, penantian ini terasa berat, maka bersabarlah, dan jika kesabaran Anda menipis, berdoalah kepada Alloh Pembuka semua pintu. Dialah Yang Maha Pengasih dan Pemurah, Pemilik kunci-kunci yang gaib.

Janganlah menjual agama dengan mencari kenikmatan sesaat melalui pacaran misalnya. mari kita bersegera berlari kepada Alloh swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Yang bernilai tinggi dalam hal ini ialah tertujunya hati hanya kepada Alloh, tawakal kepada-Nya, melihat dengan penuh harap kepada-Nya serta memalingkan hati dari manusia. 

Jika Anda membutuhkan sesuatu, mintalah kepada-Nya. Jika merasa lemah, banyaklah berharap dari-Nya. Jika bergantung pada manusia, Anda akan terputus dengan-Nya. Jika hati Anda lurus, lurus pula segala urusan Anda.

Kita tidak bisa memaksa Alloh. Pokoknya dia ya Alloh, kalau tidak jodoh, tolong dijodohkan ya Alloh. Dalam perjalanan hidup saya, sepanjang pembelajaran dan pengalaman yang sudah saya lalui, satu hal yang paling penting kita tidak bisa menguasai dalamnya hati manusia, kita tidak bisa membatasi akal pikiran manusia. Bahkan Nabi sekalipun tidak bisa memberi petunjuk kepada pamannya untuk menerima islam.

Kenapa? Karena kita tidak berkuasa atas kehidupan dan kematian manusia, atas berbolak-baliknya hati manusia, karena kita tidak boleh melabuhkan cinta terbesar kita pada manusia. Kita labuhkan saja cinta terbesar kita pada Alloh, yang dengan kecintaan itu lalu Alloh swt melabuhkan cinta manusia yang bertaqwa kedalam sanubari hati kita. sehingga taqwa itu membuat kita berjodoh dengan orang yang bisa menumbuhsuburkan cinta kita kepada Alloh. Yang akhirnya misi besar dari pernikahan yang dirajut dengan taqwa selama pernikahan yang barokah itu, mudah-mudahan kita berjodoh hingga ke surga. 

Ya, wahai para calon suami, tugas kita sangatlah panjang mengantarkan mereka semua hingga menginjak surga. Bukan hanya melindungi mereka dari panasnya matahari, tapi juga melindungi dari panasnya api neraka. Bukankah ini lebih indah?

Sekali lagi, matematika jodoh itu memang misteri dan sulit ditebak, ia tidak berjalan di atas garis ketampanan atau kecantikan, kekayaan, kedekatan geografis. Rumus jodoh bukan ditentukan oleh hukum kepantasan manusia. Karena manusia hanya tahu permukaannya, berpikir dalam kesempitan ilmunya, memutuskan dalam pengaruh hawa nafsunya.

Tugas manusia adalah ikhtiar, tapi Matematika jodoh semata-mata kepunyaan Alloh. Karena itu, sebagai hamba kita hanya mampu menerima keputusan Alloh. Menyiapkan diri untuk menerima apapun keputusan Alloh. Menyiapkan seluas-luasnya kesabaran, keikhlasan, sebesar-besarnya ruang keimanan untuk menerima jodoh yang berupa pendamping hidup, rezeki, dan lainnya.

Lalu apa yang harus saya lakukan saat ini? pertayaan ini sering kali ditanyakan kepada saya. Walaupun saya menyadari saya tidak mempunyai pegalaman yang dalam tentang jodoh. Tapi, saya hanya bisa berwasiat kepada seluruh jiwa yang merindukan kedamaian dan kebahagian. Yang sedang gigih membangun kehidupan yang harmonis sambil mencari belahan jiwanya.

Menunggulah dalam kesibukan memperbaiki diri. Menunggulah dalam kesibukan beramal sholeh, bersinergilah dengan manusia, bersinergilah dengan alam, jalin silaturahmi dan mendoakan saudara seiman. Nasehat ini saya sampaikan joga kepada saudara saya JF senin malam kemarin, tentang lamaran yang belum diterima. Setelah mengantarnya pulang ke rumah dari pengajian di Masjid Raya Baitul Izzah. Saya katakan, “Saudaraku, cobalah doakan saudaramu yang sama-sama belum memiliki jodoh, agar hajat baikmu untuk mendapatkan jodoh lebih cepat dikabulkan oleh Alloh”

Ini bukan hanya tentang jodoh, terkadang kita sangat egois dalam berdoa. Semua doa hanya tertuju untuk diri kita. guru spritual sekaligus kehidupan saya AM pernah berpesan kepada saya, jika kita hanya berdoa untuk diri kita sendiri, itu seleksinya ketat. Tapi, jika kita menyertakan (mendoakan) orang lain, saudara kita yang tidak ada di samping kita, maka ada kemungkinan dikabulkannya lebih cepat. Yuk, doakan saudaramu yang belum memiliki jodoh. Rumus ini juga bisa dipakai untuk rezeki, kemudahan dalam setiap urusan, dll. Saya mendoakan semoga yang belum menemukan jodohnya, Segera Alloh pertemukan dengan jodohnya yang sholeh dan sholehan. Aaamin

Kita tidak bisa mempersiapkan orang yang akan menjadi jodoh kita. kita tidak punya kendali untuk mengatur orang yang “akan menjadi jodoh kita”. contoh kasusnya seperti kisah saudara saya EKS. Persiapan kamar, tempat masak, antaran, mas kawin, dsb. tapi, menjelang hari H. semuanya diluar dugaan. Itulah sekenario Alloh yang tidak bisa ditebak.

Oleh karena itu, kita hanya bisa mempersiapkan diri kita. membekali diri dengan segala kemampuan, keterampilan, sikap hati untuk menjalankan peran-peran dalam pernikahan. Ketika saat itu tiba, ijab kabul sah, seketika itu seperangkat peran diserahkan di pundak kita. Alloh Maha Menyaksikan, seketika itu kita akan menjadi suami/istri, menantu, ipar, anggota masyarakat baru. Dan seketika itu pula, tak cukup lagi mempersiapkan diri. Jika perahu sudah berlayar, ya kita harus siap berjuang. Pernikahan bukan awal, jadi jangan berpikir untuk baru belajar, baru berubah setelah menikah. Apakah tidak boleh? Boleh tapi memerlukan waktu yang lama. Karena waktu suami sudah terbagi untuk mencari nafkah, dll.

Adakah yang tetap istiqomah menuntut ilmu? walaupun jumlahnya sedikit, tetap ada yang istiqomah menuntut ilmu di tengah kesibukannya. sebut saja namanya Pak Muslim, salah satu pegawai Bank di Provinsi Bengkulu, saya bertemu beliau dalam kajian Aqidah di Masjid Raya Baitul Izzah Provinsi Bengkulu. bayangkan, baru pulang dari kantor, tapi beliau selalu menyempatkan diri untuk duduk senjenak, memperbaharui iman dan ilmunya sebagai bekal kehidupannya.

saya jadi ingat nasehat guru saya JA bahwa ketika kita menikah maka kita harus memiliki beberapa kelebihan, khususnya untuk para pria. Karena di pundak merekalah tanggung jawab yang paling besar. kelebihan apa? Kelebihan dalam tiga hal. Pertama, lebih dalam ilmu. Kedua, lebih dalam ibadah, dan ketiga, lebih dalam nafkah.

Sahabat, Hidup itu seni menerima, bukan semata-mata pasrah. Tapi, penerimaan yang membuat kita tetap berjuang untuk mendapatkan ridha Alloh. Karena apapun yang kita terima dari Alloh, semuanya adalah pemberian, pendamping hidup adalah pemberian, ilmu, anak-anak, kasih sayang, cinta, dan semua yang kita miliki hakikatnya adalah pemberiaan Alloh.

Semuanya adalah ujian yang mengantarkan kita pada perjuangan untuk mengapai ridha Alloh. Oleh karena itu, seperti nasehat guru saya yang lain FJ hendaknya mencari ridha Alloh dan masuk surga adalah obsesi terbesar setiap muslim. Syukur dan sabar adalah kunci kebahagiaan, bukan berburuk sangka dan berandai-andai atas apa yang belum diberikan Alloh.


“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?
(Q.S. Al-Qoshosh: 60)

Menikah bukan akhir, bukan awal, ia setengah perjuangan. Pernikahan berarti peran baru, tanggung jawab baru, tantangan baru, bagian dari daftar yang akan dihisap dan dimintai pertanggungjawaban dari kita di hari kiamat nanti.

Tentang berjodoh itu, adalah tentang waktu, tentang tempat, dan tentang masa. Kesemuannya ada dalam genggaman Alloh. Bukankah dalam Qur’a suroh Al-‘Ashr Alloh bersumpah dengan waktu.

“Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh (mengerjakan kebajikan yang bermanfaat untuk orang lain), serta saling berwasiat untuk menetapi kebenaran dan saling berwasiat untuk menetapi kesabaran”

Apa yang harus dilakukan?

Mas EKS tadi bertanya, terus selama saya menunggu Jodohku? Apa yang harusku lakukan?

Ya, agar tidak merugi, galau, dan bosan, menanti saat walimah tiba. Sibukkanlah diri memperbaharui iman, meningkatkan kualitas iman, beramal sholeh, tetap setia dalam kebenaran dan sabar dalam menetapi ketika poin di sebelumnya (Beriman, Beramal Sholeh, dan Setia kepada Kebenaran).

Menikah dan mendapat pendamping hidup itu tidak pasti, ada banyak orang yang meninggal ketika masih bayi dan remaja. Perhatikan saja kita Mush’ab bin Umair, seorang pemuda yang dulunya kaya raya, diliputi kemewahan, harum, berpenampilan rapi, keluarga terpandang, semuanya ditinggalkan dan memilih jalan Alloh dan Rosulnya, hingga akhrinya ikut perjuangan Rosullulloh. Apakah dia galau? 

Itulah bedanya kita dengan generasi sahabat. Para sahabat Nabi menganggap akhirat dan surga itu sangat dekat di pelupuk mata mereka. Sehingga hidup mereka diisi dengan iman dan amal sholeh, berjuang, dengan sungguh-sungguh. Beginilah seharusnya generasi muslim. Hingga akhirnya beliau wafat sebagai syuhada.

Rosululloh saw berdiri di depan jasad Mush’ab bin Umair dengan pandagan mata yang penuh dengan cahaya kesetiaan dan kasih sayang. Beliau membacakan ayat di hadapannya :

“dan dintara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepai apa yang telah mereka janjikan kepada Alloh.”  (Al-Ahzab: 23)

Kemudian dengan penuh rasa iba beliau memandangi kain yang digunakan untuk menutupi jasadnya, seraya bersabda, “Ketika di Mekkah dulu, tidak ada seseorang pun yang aku lihat yang lebih halus pakaianya dan lebih rapi rambutnya daripada dirimu. Namun, sekarang engkau (gugur) dengan rambutmu yang kusut masai dan hanya dibalut sehelai kain”


Sahabat, ketika kegalauan meliputimu tentang jodoh, terkadang kita terperdaya bahwa bisa jadi waktu kita di dunia tinggal sedikit. Oleh karena itu, jodoh itu tidak pasti. Tapi, kematian adalah sebuah kepastian. Orang yang menikah pun juga akan mati. 

Jangan terlalu galau, ada perkara yang lebih besar dari sekedar status menikah atau tidak menikah. Hidup itu bukan semata-mata perjuangan mendapatkan pendamping hidup. Karena yang telah menikah pun, harus terus berjuang agar mereka diberikan rahmat oleh Alloh swt untuk tetap “berjodoh” hingga ke surga, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

“(yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shaleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;


(sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”
(Q.S. Ar-Ra’d: 23-24)

Cukuplah sudah keluhan kita kepada Alloh, dan mulailah menjadi jiwa-jiwa kecintaan-Nya. Dengan mengambil tanggung jawab sepenuhnya mulai hari ini. Janganlah lagi meragukan ketepatan perhatian dan perhitugan Alloh bagi kebaikan Anda.

Marilah kita bersama memperbaiki apa pun yang tidak membahagiakan kita, karena dalam semua tindakan memperbaiki itulah, Alloh akan memberikan kekuatan-kekuatan yang datang dari sisi-Nya untuk membantu kita.

Pesan terakhir saya, ingatlah bahwa bersegera mengerjakan kebaikan adalah tindakan yang dapat memancing kebahagiaan datang dalam kehidupan kita. jika Anda ingin berbahagia, bersegeralah dalam kebaikan. Karena bersama dengan dilakukanya sebuah kebaikan, terbuka sebuah pintu di langit yang menuangkan rasa kesurgaan kepada yang melakukan kebaikan.

Untuk saudaraku EKS, JF, MJN, ED, dan seluruh jiwa yang merindukan pasangan hidup. Mas Eks janjinya sudah kutunaikan, semoga Segera Alloh ganti dengan yang lebih baik.

Hasil yang maksimal, selalu didahului dengan persiapan yang maksimal pula.

Tapi, saya bahagia mendapatkan kabar gembira darinya, bahwa beliau sedang mendaftar untuk melakukan ibadah haji, sebuah pelarian yang baik. semoga Cinta Alloh bersemi di hatinya. Cintailah Sang Pemberi Cinta. adakah yang lebih nikmat, daripada mengenal Sang Pencipta dan Jatuh Cinta kepada Yang Maha Rahman dan Rahim?

Semoga keselamatan, rahamat Alloh dan Barokah-Nya selalu menyertai kita semua.

Kamis, 15 Rabiul Akhir 1436 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.