Dua hari
yang lalu (13 Rabiul Akhir 1436/ 3 Februari 2015) ketika saya sedang bertamasya
ke TB Gramedia, saya bertemu dengan
laki-laki paruh baya, mengenakan jaket pasca sarjana Institute Pertanian Bogor
(IPB), Ketika sedang asyik membaca buku, tiba-tiba dari samping kananku seorang
lakii-laki tersenyum dan langsung merangkulku, tidak salah lagi dia adalah EKS
(nama samaran).
Dari awal
bertemu saya bisa membaca bahwa saat ini dia sedang menghadapi masalah yang
cukup serius. ternyata dia sedang menghadapi masalah hati. Kurang lebih hampir
satu tahun, dia mempersiapkan pernikahannya kepada seseorang, tapi beberapa
minggu yang lalu batal menikah.
Sesuai
permintaan beliau, Kali ini kita akan membahas satu tema yang menjadi
kegelisahan bagi jutaan jiwa yang menanti jodoh, atau yang sedang
bertanya-tanya dimanakah jodohku berada? Tulisan ini merupakan salah satu
permintaan EKS agar saya bisa memberikan semangat melalui tulisan ini, agar
tidak menjadi beban karena sudah janji, semoga juga bisa menjadi pencerahan
untuk kita semua.
Saya bisa
merasakan, terjadi keresahan pada jutaan jiwa di luar sana mengenai jodoh.
Bilangan tahun terus berkurang (sebagian menyebutnya bertambah). Namun, tidak
juga memiliki pasangan, menyebarkan undangan pernikahan, atau melihat teman,
tetangga, dan sahabatnya sudah memiliki momongan dengan segala suka cita dan
keceriaannya. Tentu hal itu mengelisahkan bagi sebagian jiwa yang binggung
menambatkan hatinya.
Penantian
yang begitu panjang, terkadang menimbulkan tanda tanya dan sedikit timbul
meragukan kesebarannya sendiri untuk bertahan dalam penantian tak bertepi. Lalu
perlahan-lahan menurunkan standarnya dalam memilih pasangan dan berkata “siapa
saja lah yang penting baik”.
Tidak sedikit yang mampu bertahan dan mulai ragu
bahwa dengan tetap menjaga keimanan dan kesabarannya, Alloh akan mempertemukannya
dengan jodoh yang spesial.
Tidak
terhitung, berapa kali ia telah menguras keringat untuk berusaha dan berdoa,
puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali berdoa agar dikirimkan jodoh yang baik dan
tepat untuk dirinya. Namun, tanda-tanda itu belum tampak di pelupuk matanya.
Lalu akhirnya, timbul keraguan kepada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya
Alloh,
Mas EKS
dengan nada sedikit marah menceritakan bahwa ini pernikahannya yang kelima kali
gagal.
saya bisa
memahami perasaannya yang berat karena kehilangan belahan jiwanya.
Sampai-sampai mengatakan sakitnya tu di sini sob (sambil menunjuk dada).
“Saya ini,
ingin melakukan kebaikan, ibadah kepada
Alloh dengan menikah, tapi kenapa Alloh menghambatnya?” tanyanya dengan suara
lirih dan hampir meneteskan air matanya.
Tapi, saya
melihat beliau pria yang tangguh bisa bertahan hingga saat ini. lalu saya
bertanya, ” apa yang dapat Mas EKS
pelajari dari kejadian ini? tanya saya
Lama saya
menanti jawaban darinya, lalu dia balik bertanya,” menurutmu kenapa Alloh
menghambat rencana ibadahku sob?”
Saya hanya
berkata bahwa Alloh itu pencemburu. Terkadang kita sebagai manusia tidak sadar
menempatkan kecintaan kepada manusia melebihi kecintaan kita kepada Sang Khalik
(Pencipta). Saya belajar banyak hal dari pengalaman EKS. Bahwa, jeda waktu yang
panjang sejak dia bertemu dengan calonnya telah mengalihkan cintanya kepada
Robbnya. Ditambah lagi jalan bareng berdua, makan berdua, dsb.
Saya
mengenal EKS kurang lebih tahun 2010, lalu lama kami tidak bertemu, beliau
adalah laki-laki yang sholeh, dari keluarga baik-baik, sekarang sudah PNS. Jika
kita melihat dari luar kehidupanya sudah
nyaris cukup untuk dirinya merasa bahagia atas limpahan nikmat dari
Alloh swt kepadanya.
Pikiranku
langsung teringat dengan salah satu firman Alloh swt dalam Qur’an Suroh Thaha
ayat 124:
"Dan
barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta".
Pelajaran
dari ayat tersebut adalah terkadang kita sebagai manusia memiliki hidup yang
berlimpah, kelapangan, keluasan rezeki tapi semuanya menjadi sempit karena kita
berpaling dari peringatan-Nya. Menurut Ibnu Qoyyim Dzikr (peringatan) yang
dimaksud adalah Al-Qur’an. Karena salah satu nama Al-Qur’an adalah Adz Dzikr.
Manusia secara keseluruhan saat ini sedang mengalami penghidupan yang sempit
faktor utamanya adalah berpaling dari mengingat Alloh.
Faktanya
dari penuturannya, EKS selalu memikirkan, merindukan, belahan jiwanya. Apakah
ini wajar? Saya katakan itu fitroh manusia, dijadikan indah oleh Alloh dalam
pandangan manusia terhadap wanita,dll. Jangan di tahan, cari pelampiasan yang
tepat dengan Bermunajat kepada Alloh di sepertiga malam, berpuasa sunnah, dan
ibadah-ibadah sunnah lainnya. Tapi permasalahannya, jika hal itu melalaikan
kita dari mengingat Alloh, lupa baca Al-Qur’an, mentadabburinya, beramal
sholeh, maka itu sebuah kerugian.
Kedua, Alloh
sangat pencemburu dengan hambanya yang Dia tahu sholeh, jika ada seseorang yang
dia cintai melebihi kecintaannya kepada Alloh. Saya jadi ingat kisah Nabi
Ibrahim, bagaimana Alloh mengujinya dengan meminta nabi Ibrahim menyembelih
putranya Ismail. Anak yang sudah suangat luaama dinantikan, tiba-tiba ketika
penantian itu berakhir, sedang lucu-lucunya. Tiba-tiba Alloh menguji Nabi
Ibrahim As. Untuk menguji Nabi Ibrahim dia lebih mencintai Alloh atau anaknya.
Disebabkan ketakwaan Nabi Ibrahim dan Ismail
maka keduanya berserah diri, dan anak yang sholeh tentu ikhlas dan menerima
keputusan Robbya.
Kembali ke
cerita saudara kita EKS. Akhirnya, hasil dari keberpalingan jiwa manusia
terhadap cinta Alloh swt adalah timbul kecewa, sedih, sakit hati, marah, bahkan
dendam. Bahkan EKS bertanya, apakah pantas saya tidak memaafkannya? karena
keluarganya membatalkan secara sepihak?
Mendengar
pertanyaan tersebut, saya jadi ingat
sahabat nabi yang pernah mengatakan hal serupa, berjanji tidak akan
memaafkan seseorang selamanya. Akan tetapi, Alloh swt menegur dengan menurunkan
Q.S. An-Nur: 22
"Dan
janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu
bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat
(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah,
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang"
Jika Alloh
saja Maha Pengampun, apakah manusia ingin melebihi Alloh? Tentu saja, seseorang
pernah menyakiti kita dan berbuat salah, tapi kita juga harus ingat bahwa kita
juga manusia biasa yang bisa saja berbuat salah bahkan lebih parah dari orang
lain. Oleh karena itu, saya menasehati diri saya dan sahabat semua untuk tidak
terlalu berlebihan mencintai seseorang dan tidak berlebihan membenci seseorang.
Itulah islam ajaran yang sempurna dan mulia mengajarkan kita untuk pandai
meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Lagi-lagi
saya belajar banyak dari masalah EKS. Seolah-olah Alloh mengirimkan dirinya
padaku siang itu untuk menasehati saya dengan cara yang Maha Halus dan Lembut.
Saya ingat petuah guru saya MS, “orang cerdas itu cukup dengan isyarat, maka
dia sudah mengerti. Tapi orang bodoh, harus dengan peringatan, cambukan, dsb”
Matematika
Jodoh.
Seseorang
yang akhirnya berjodoh, menjadi suami istri, suatu saat akan menyadari betapa
dahsyatnya rencana Alloh swt. Beberapa kisah jodoh yang saya saksikan langsung
membuat saya berdecak kagum dengan matematika jodoh. Hingga akhrinya saya hanya
bisa mengucapkan Subhanaulloh “Maha Suci Alloh”. Seluruh ketetapan Alloh
mengandung hikmah yang luar biasa, tidak terjangkau dengan nalar manusia.
Kisah
pertama
1. Sebut
saya namanya GS. Seorang wanita masih gadis “In Shaa Alloh” berumur 50 tahun.
beliau tinggal di jantung kota Bengkulu, Seorang wanita karir yang sukses
menghidupi ponakannya bahkan sudah ada yang menjadi Dokter, Insyinur, dll. tapi baru menemukan jodohnya 2 tahun yang
lalu. Berjodoh dengan seorang duda. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dia
menghadapi penantian yang sangat panjang (dalam hitungan manusia). Puluhan
tahun kesabaran yang berbuah indah.
2. saya juga
pernah mendengar dari salah seorang teman. Di masa yang sangat berbahagia
karena sebentar lagi melangsungkan ijab kabul. Setelah selesai, mereka berdua
langsung duduk berdua di pelaminan menyalami tamu undangan. Belum sempat masuk
ke kamar untuk berdua menikmati kehalalan hubungan suami istri. Tiba-tiba si
mempelai prianya berkata kepada istrinya “dadaku sakit dek”, lalu sang istri
memapahnya duduk di kursi pelaminan. Beberapa menit kemudian, mempelai lelaki
itu meninggal di kursi pelaminannya. Masih mengenakan baju pengantin.
3. Sebut
saja namanya CH menikah dengan pria yang perbedaan usianya 10 tahun. pertemuan
yang singkat hanya beberapa hari, dengan perbedaan asal usul. Alloh swt
pertemukan dan satukan dalam ikatan pernikahan yang halal. Terkadang jarak usia
yang terlalu jauh bukan sebuah halangan.
Keputusan penting itu bisa
berupa: mau sekolah dimana, kuliah dimana, jurusan apa, di kota mana, tinggal
dimana, berteman dengan siapa, bekerja dimana, dll. Dan tidak sedikit orang
berjodoh itu terkadang memiliki kemiripan (mirip wajah, mirip karakter, dll).
Ini bisa benar dan bisa juga salah. Tapi, cenderung di lapangan saya perhatikan
orang yang berjodoh itu keduanya mirip atau bisa jadi saling melengkapi
kekurangan pasangannya. He
4. Kisah
sosok yang saya kenal, sebut saja NR menikah dengan EI dengan jarak yang
berbeda dan belum sempat bertemu sebelumnya. Begitu juga sahabat saya RDP
menikah dengan WE, berbeda kampus. Bahkan belum pernah saling kenal padahal RDP
sosok yang cukup dikenal. Kisah HI dan MS, teman satu organisasi. Kisah DS dan
suaminya. Dipertemukan antara Yogja dan Bengkulu. Dan banyak lagi kisah-kisah
lainnya.
5. jika kita
melihat di berbagai media, jodoh itu terkadang tidak masuk akal. seorang artis
yang maaf tubuhnya kecil, akhirnya menikah dengan wanita yang bertubuh normal,
cantik dan akhirnya punya anak yang normal. Saya pernah menonton seorang pria
asal timur tengah lumpuh dan terbaring di atas kasur tapi memiliki pasangan
yang cantik, sholeha. Karena prianya menurut saya seorang hafidz Qur’an. Atau
kita melihat seorang wanita yang cantik tapi memiliki pasangan yang biasa saja,
atau sebaliknya dalam pandangan kita.
Oleh karena
itu, Alloh Berfirman dalam Q.S. Ar-Rum: 21:
“Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Jika
dipaparkan lebih lanjut, maka akan panjang sekali, kasihan yang baca. Mungkin
sahabat memiliki kisah sendiri, teman, sahabat, tetangga, om, tante, orang tua,
kakek, dll.
Dimanakah
Jodohku?
Pertanyaan
pentingnya sesuai dengan judul tulisan ini sekaligus kesimpulan dari
pembicaraan kita panjang lebar, dimanakah jodohku? Seperti kata NK Jodoh dan
tidak berjodoh adalah rahasia Alloh. Itu semua adalah bagian dari keputusan
Alloh, penetapan Alloh atas manusia. Urusan jodoh bukan urusan kecil dan
main-main dalam menciptakan manusia, menentukan rezeki, dan perjalanan hidup
hingga matinya manusia. Alloh tidak sedang mengocok undian dan mengundi seperti
arisan ketika menentukan jodoh seseorang.
Maka jika
kita memiliki harapan tentang calon pendamping hidup kita, menginginkan agar
kita segera dipertemukan dengan jodoh kita, maka mintalah pada Alloh! Bicaralah
pada Alloh! Berdoa dan mendekatlah pada-Nya! Bulatkan, kuatkan, kencangkan
keyakinan kita pada Sang Khaliq. Apa yang tidak mungkin bagi kita, adalah
sangat mungkin bagi Alloh. Jika Alloh swt bisa membolak-balikan siang menjadi
malam, malam menjadi siang. Maka Alloh juga bisa membolak balikkan kehidupan
kita dari gelap menjadi terang, kekurangan menjadi berkecukupan, sedih menjadi
bahagia, dll.
Tapi kan
jodoh sama seperti kematian, rahasia Sang Pencipta? Justru karena kita tidak
tahu siapa jodoh kita, kapan bertemunya, bagaimana akhir kisahnya di dunia dan
akhirat. Maka hidup kita menjadi lebih indah, berwarna dan bermakna. Karena
kita akan menjalani kemanusian kita dengan tetap menjadi Hamba Alloh. Menikmati
indahnya berjuang, menikmati kesungguh-sungguhan ikhtiar, menikmati indahnya
bermunajat kepada Alloh, menikmati indahnya memohon pertolongan-Nya, menikamati
lezatnya bersabar, menikmati kejutan-kejutan yang Alloh hadirkan dalam
kehidupan kita.
Jika
kehidupan membuat Anda sulit, penantian ini terasa berat, maka bersabarlah, dan
jika kesabaran Anda menipis, berdoalah kepada Alloh Pembuka semua pintu. Dialah
Yang Maha Pengasih dan Pemurah, Pemilik kunci-kunci yang gaib.
Janganlah
menjual agama dengan mencari kenikmatan sesaat melalui pacaran misalnya. mari
kita bersegera berlari kepada Alloh swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Yang bernilai tinggi dalam hal ini ialah tertujunya hati hanya kepada Alloh,
tawakal kepada-Nya, melihat dengan penuh harap kepada-Nya serta memalingkan
hati dari manusia.
Jika Anda membutuhkan sesuatu, mintalah kepada-Nya. Jika
merasa lemah, banyaklah berharap dari-Nya. Jika bergantung pada manusia, Anda
akan terputus dengan-Nya. Jika hati Anda lurus, lurus pula segala urusan Anda.
Kita tidak
bisa memaksa Alloh. Pokoknya dia ya Alloh, kalau tidak jodoh, tolong dijodohkan
ya Alloh. Dalam perjalanan hidup saya, sepanjang pembelajaran dan pengalaman
yang sudah saya lalui, satu hal yang paling penting kita tidak bisa menguasai
dalamnya hati manusia, kita tidak bisa membatasi akal pikiran manusia. Bahkan
Nabi sekalipun tidak bisa memberi petunjuk kepada pamannya untuk menerima
islam.
Kenapa?
Karena kita tidak berkuasa atas kehidupan dan kematian manusia, atas
berbolak-baliknya hati manusia, karena kita tidak boleh melabuhkan cinta
terbesar kita pada manusia. Kita labuhkan saja cinta terbesar kita pada Alloh,
yang dengan kecintaan itu lalu Alloh swt melabuhkan cinta manusia yang bertaqwa
kedalam sanubari hati kita. sehingga taqwa itu membuat kita berjodoh dengan
orang yang bisa menumbuhsuburkan cinta kita kepada Alloh. Yang akhirnya misi
besar dari pernikahan yang dirajut dengan taqwa selama pernikahan yang barokah
itu, mudah-mudahan kita berjodoh hingga ke surga.
Ya, wahai para calon suami,
tugas kita sangatlah panjang mengantarkan mereka semua hingga menginjak surga.
Bukan hanya melindungi mereka dari panasnya matahari, tapi juga melindungi dari
panasnya api neraka. Bukankah ini lebih indah?
Sekali lagi,
matematika jodoh itu memang misteri dan sulit ditebak, ia tidak berjalan di
atas garis ketampanan atau kecantikan, kekayaan, kedekatan geografis. Rumus
jodoh bukan ditentukan oleh hukum kepantasan manusia. Karena manusia hanya tahu
permukaannya, berpikir dalam kesempitan ilmunya, memutuskan dalam pengaruh hawa
nafsunya.
Tugas
manusia adalah ikhtiar, tapi Matematika jodoh semata-mata kepunyaan Alloh.
Karena itu, sebagai hamba kita hanya mampu menerima keputusan Alloh. Menyiapkan
diri untuk menerima apapun keputusan Alloh. Menyiapkan seluas-luasnya
kesabaran, keikhlasan, sebesar-besarnya ruang keimanan untuk menerima jodoh
yang berupa pendamping hidup, rezeki, dan lainnya.
Lalu apa
yang harus saya lakukan saat ini? pertayaan ini sering kali ditanyakan kepada
saya. Walaupun saya menyadari saya tidak mempunyai pegalaman yang dalam tentang
jodoh. Tapi, saya hanya bisa berwasiat kepada seluruh jiwa yang merindukan
kedamaian dan kebahagian. Yang sedang gigih membangun kehidupan yang harmonis
sambil mencari belahan jiwanya.
Menunggulah
dalam kesibukan memperbaiki diri. Menunggulah dalam kesibukan beramal sholeh,
bersinergilah dengan manusia, bersinergilah dengan alam, jalin silaturahmi dan
mendoakan saudara seiman. Nasehat ini saya sampaikan joga kepada saudara saya
JF senin malam kemarin, tentang lamaran yang belum diterima. Setelah
mengantarnya pulang ke rumah dari pengajian di Masjid Raya Baitul Izzah. Saya
katakan, “Saudaraku, cobalah doakan saudaramu yang sama-sama belum memiliki
jodoh, agar hajat baikmu untuk mendapatkan jodoh lebih cepat dikabulkan oleh
Alloh”
Ini bukan
hanya tentang jodoh, terkadang kita sangat egois dalam berdoa. Semua doa hanya
tertuju untuk diri kita. guru spritual sekaligus kehidupan saya AM pernah
berpesan kepada saya, jika kita hanya berdoa untuk diri kita sendiri, itu
seleksinya ketat. Tapi, jika kita menyertakan (mendoakan) orang lain, saudara
kita yang tidak ada di samping kita, maka ada kemungkinan dikabulkannya lebih
cepat. Yuk, doakan saudaramu yang belum memiliki jodoh. Rumus ini juga bisa
dipakai untuk rezeki, kemudahan dalam setiap urusan, dll. Saya mendoakan semoga
yang belum menemukan jodohnya, Segera Alloh pertemukan dengan jodohnya yang sholeh
dan sholehan. Aaamin
Kita tidak
bisa mempersiapkan orang yang akan menjadi jodoh kita. kita tidak punya kendali
untuk mengatur orang yang “akan menjadi jodoh kita”. contoh kasusnya seperti
kisah saudara saya EKS. Persiapan kamar, tempat masak, antaran, mas kawin, dsb.
tapi, menjelang hari H. semuanya diluar dugaan. Itulah sekenario Alloh yang
tidak bisa ditebak.
Oleh karena
itu, kita hanya bisa mempersiapkan diri kita. membekali diri dengan segala
kemampuan, keterampilan, sikap hati untuk menjalankan peran-peran dalam
pernikahan. Ketika saat itu tiba, ijab kabul sah, seketika itu seperangkat
peran diserahkan di pundak kita. Alloh Maha Menyaksikan, seketika itu kita akan
menjadi suami/istri, menantu, ipar, anggota masyarakat baru. Dan seketika itu pula,
tak cukup lagi mempersiapkan diri. Jika perahu sudah berlayar, ya kita harus
siap berjuang. Pernikahan bukan awal, jadi jangan berpikir untuk baru belajar,
baru berubah setelah menikah. Apakah tidak boleh? Boleh tapi memerlukan waktu
yang lama. Karena waktu suami sudah terbagi untuk mencari nafkah, dll.
Adakah yang
tetap istiqomah menuntut ilmu? walaupun jumlahnya sedikit, tetap ada yang
istiqomah menuntut ilmu di tengah kesibukannya. sebut saja namanya Pak Muslim,
salah satu pegawai Bank di Provinsi Bengkulu, saya bertemu beliau dalam kajian
Aqidah di Masjid Raya Baitul Izzah Provinsi Bengkulu. bayangkan, baru pulang
dari kantor, tapi beliau selalu menyempatkan diri untuk duduk senjenak,
memperbaharui iman dan ilmunya sebagai bekal kehidupannya.
saya jadi
ingat nasehat guru saya JA bahwa ketika kita menikah maka kita harus memiliki
beberapa kelebihan, khususnya untuk para pria. Karena di pundak merekalah
tanggung jawab yang paling besar. kelebihan apa? Kelebihan dalam tiga hal.
Pertama, lebih dalam ilmu. Kedua, lebih dalam ibadah, dan ketiga, lebih dalam
nafkah.
Sahabat,
Hidup itu seni menerima, bukan semata-mata pasrah. Tapi, penerimaan yang
membuat kita tetap berjuang untuk mendapatkan ridha Alloh. Karena apapun yang
kita terima dari Alloh, semuanya adalah pemberian, pendamping hidup adalah
pemberian, ilmu, anak-anak, kasih sayang, cinta, dan semua yang kita miliki
hakikatnya adalah pemberiaan Alloh.
Semuanya
adalah ujian yang mengantarkan kita pada perjuangan untuk mengapai ridha Alloh.
Oleh karena itu, seperti nasehat guru saya yang lain FJ hendaknya mencari ridha
Alloh dan masuk surga adalah obsesi terbesar setiap muslim. Syukur dan sabar
adalah kunci kebahagiaan, bukan berburuk sangka dan berandai-andai atas apa
yang belum diberikan Alloh.
“Dan apa
saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan
perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal.
Maka apakah kamu tidak memahaminya?
(Q.S.
Al-Qoshosh: 60)
Menikah
bukan akhir, bukan awal, ia setengah perjuangan. Pernikahan berarti peran baru,
tanggung jawab baru, tantangan baru, bagian dari daftar yang akan dihisap dan
dimintai pertanggungjawaban dari kita di hari kiamat nanti.
Tentang
berjodoh itu, adalah tentang waktu, tentang tempat, dan tentang masa.
Kesemuannya ada dalam genggaman Alloh. Bukankah dalam Qur’a suroh Al-‘Ashr
Alloh bersumpah dengan waktu.
“Demi masa,
sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal sholeh (mengerjakan kebajikan yang bermanfaat untuk orang lain), serta
saling berwasiat untuk menetapi kebenaran dan saling berwasiat untuk menetapi
kesabaran”
Apa yang
harus dilakukan?
Mas EKS tadi
bertanya, terus selama saya menunggu Jodohku? Apa yang harusku lakukan?
Ya, agar
tidak merugi, galau, dan bosan, menanti saat walimah tiba. Sibukkanlah diri
memperbaharui iman, meningkatkan kualitas iman, beramal sholeh, tetap setia
dalam kebenaran dan sabar dalam menetapi ketika poin di sebelumnya (Beriman,
Beramal Sholeh, dan Setia kepada Kebenaran).
Menikah dan
mendapat pendamping hidup itu tidak pasti, ada banyak orang yang meninggal
ketika masih bayi dan remaja. Perhatikan saja kita Mush’ab bin Umair, seorang
pemuda yang dulunya kaya raya, diliputi kemewahan, harum, berpenampilan rapi,
keluarga terpandang, semuanya ditinggalkan dan memilih jalan Alloh dan
Rosulnya, hingga akhrinya ikut perjuangan Rosullulloh. Apakah dia galau?
Itulah
bedanya kita dengan generasi sahabat. Para sahabat Nabi menganggap akhirat dan
surga itu sangat dekat di pelupuk mata mereka. Sehingga hidup mereka diisi
dengan iman dan amal sholeh, berjuang, dengan sungguh-sungguh. Beginilah
seharusnya generasi muslim. Hingga akhirnya beliau wafat sebagai syuhada.
Rosululloh
saw berdiri di depan jasad Mush’ab bin Umair dengan pandagan mata yang penuh
dengan cahaya kesetiaan dan kasih sayang. Beliau membacakan ayat di hadapannya
:
“dan dintara
orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepai apa yang telah mereka
janjikan kepada Alloh.” (Al-Ahzab: 23)
Kemudian
dengan penuh rasa iba beliau memandangi kain yang digunakan untuk menutupi
jasadnya, seraya bersabda, “Ketika di Mekkah dulu, tidak ada seseorang pun yang
aku lihat yang lebih halus pakaianya dan lebih rapi rambutnya daripada dirimu.
Namun, sekarang engkau (gugur) dengan rambutmu yang kusut masai dan hanya
dibalut sehelai kain”
Sahabat,
ketika kegalauan meliputimu tentang jodoh, terkadang kita terperdaya bahwa bisa
jadi waktu kita di dunia tinggal sedikit. Oleh karena itu, jodoh itu tidak
pasti. Tapi, kematian adalah sebuah kepastian. Orang yang menikah pun juga akan
mati.
Jangan terlalu galau, ada perkara yang lebih besar dari sekedar status
menikah atau tidak menikah. Hidup itu bukan semata-mata perjuangan mendapatkan
pendamping hidup. Karena yang telah menikah pun, harus terus berjuang agar
mereka diberikan rahmat oleh Alloh swt untuk tetap “berjodoh” hingga ke surga, sebagaimana
yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
“(yaitu)
surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang
shaleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil
mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum". Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu.”
(Q.S.
Ar-Ra’d: 23-24)
Cukuplah
sudah keluhan kita kepada Alloh, dan mulailah menjadi jiwa-jiwa kecintaan-Nya.
Dengan mengambil tanggung jawab sepenuhnya mulai hari ini. Janganlah lagi
meragukan ketepatan perhatian dan perhitugan Alloh bagi kebaikan Anda.
Marilah kita
bersama memperbaiki apa pun yang tidak membahagiakan kita, karena dalam semua
tindakan memperbaiki itulah, Alloh akan memberikan kekuatan-kekuatan yang
datang dari sisi-Nya untuk membantu kita.
Pesan
terakhir saya, ingatlah bahwa bersegera mengerjakan kebaikan adalah tindakan
yang dapat memancing kebahagiaan datang dalam kehidupan kita. jika Anda ingin
berbahagia, bersegeralah dalam kebaikan. Karena bersama dengan dilakukanya
sebuah kebaikan, terbuka sebuah pintu di langit yang menuangkan rasa kesurgaan
kepada yang melakukan kebaikan.
Untuk
saudaraku EKS, JF, MJN, ED, dan seluruh jiwa yang merindukan pasangan hidup.
Mas Eks janjinya sudah kutunaikan, semoga Segera Alloh ganti dengan yang lebih
baik.
Hasil yang
maksimal, selalu didahului dengan persiapan yang maksimal pula.
Tapi, saya
bahagia mendapatkan kabar gembira darinya, bahwa beliau sedang mendaftar untuk
melakukan ibadah haji, sebuah pelarian yang baik. semoga Cinta Alloh bersemi di
hatinya. Cintailah Sang Pemberi Cinta. adakah yang lebih nikmat, daripada
mengenal Sang Pencipta dan Jatuh Cinta kepada Yang Maha Rahman dan Rahim?
Semoga
keselamatan, rahamat Alloh dan Barokah-Nya selalu menyertai kita semua.
Kamis, 15
Rabiul Akhir 1436 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.