Menurut pengamatan saya, maaf mungkin
ini bersifat subyektif karena hanya
berdasarkan pengamatan dan pengalaman bertemu, belajar, dan berkeja dalam
sebuah team. Orang yang pintar secara intelektual cenderung susah untuk mendengar.
Inilah salah satu alasan kenapa orang pintar sulit sekali bekerja dalam sebuah
team, karena mereka mereka cenderung enggan mendengar pendapat orang lain.
ini berlaku untuk semua kalangan.
Apakah ia seorang pemimpin, pengusaha, kepala negara, kepala keluarga, guru,
dosen, dan profesi yang berhubungan dengan orang banyak.
Khususnya dalam dunia kerja, bisnis,
dan organisasi. Salah satu diskusi saya dengan keluarga alumni Universitas
Ternama di Negeri ini ia mengatakan bahwa alumni perguruan tinggi ini sulit
sekali untuk bekerja dengan orang lain. Mereka secara tidak sadar dibentuk
untuk mandiri dan ngotot dengan pendapatnya sendiri.
Bagi saya itu hal yang positif,
keinginan untuk berdikari dalam bekerja, dapat membuka lapangan pekerjaan
merupakan solusi dalam mengurangi jumlah pengangguran terdidik di negeri ini.
akan tetapi, tetap saja dalam dunia usaha kita harus memiliki kemampuan untuk
mendengarkan keluhan pelanggan, mendengarkan masukan team tentang pengembangan
produk.
Begitu juga dalam budaya organisasi,
baik tingkat terkecil hingga besar di pemerintahan. Bagi mereka yang berada di
atas, cenderung mengedepankan ego. Mereka sering terlalu asyik bekerja dengan
gayanya. Mereka bekerja sesuai dengan kata hatinya. Mereka merasa orang lainlah
yang membutuhkan dirinya. Kalimat yang sering terucap dari mulutnya, “Ini cara
dan gaya saya bekerja, kalau tidak cocok silakan ke yang lain saja.” Tanpa
disadari, mereka sudah terjangkiti penyakit ego intelektual.
Apabila hal ini terjadi dalam jangka
yang panjang, Apa akibatnya? Banyak pekerjaan yang terbengkalai, program yang
tersendat di tengah jalan, pengambilan keputusan yang kurang matang, kebijakan
yang tidak pro rakyat, bisnis yang gulung tikar, rumah tangga yang retak,
hubungan orang tua dan anak yang kurang harmonis.
Maka jangan heran, jika Anda
menyaksikan mutasi pejabat, penggusuran, proyek yang terbengkalai karena beda
pimpinan, inilah salah satu faktor yang membuat pembangunan kita cenderung
lamban.
Selain itu, akibat dari ego
intelektual, akan merusak kebersamaan, organisasi terpecah, team kerja melemah
dan yang lebih rugi lagi pelanggan akan pergi satu demi satu. Kini saatnya
orang pintar dan ahli melakukan outside in: Mendengarkan apa yang dibutuhkan
pelanggan, mendengarkan keluhan rakyat, mendengarkan para ahli dari bidang yang
berbeda.
Produk atau jasa yang menjadi rebutan
pelanggan di dunia ini karena memenuhi keinginan dan harapan pelanggan.
Perhatikanlah perusahaan-perusahaan besar, mereka dengan senang hati meminta
masukan dan menerima keluhan pelanggan.
Mereka selalu memberikan pelayanan terbaik, melakukan inovasi, menyesuaikan produk seusai harapan pelanggan. Mereka (Para Pelanggan) tidak terlalu peduli dengan keberhasilan Anda, yang mereka pedulikan adalah diri mereka sendiri. Oleh karena itu, kita harus pandai mendengarkan orang lain, memberikan solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi. Hasilnya, keuntungan datang dengan sendirinya.
Mereka selalu memberikan pelayanan terbaik, melakukan inovasi, menyesuaikan produk seusai harapan pelanggan. Mereka (Para Pelanggan) tidak terlalu peduli dengan keberhasilan Anda, yang mereka pedulikan adalah diri mereka sendiri. Oleh karena itu, kita harus pandai mendengarkan orang lain, memberikan solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi. Hasilnya, keuntungan datang dengan sendirinya.
Ada baiknya, mendengarkan keluhan dan
masukan bukan hanya dijadikan formalitas belaka dalam budaya organisasi dan
birokrasi. Sehingga kita dapat memberikan pelayanan yang optimal untuk
masyarakat.
Ketahuilah wahai orang pintar, orang yang sedang berada di atas puncak pimpinan, derajat Anda akan semakin meningkat bukan hanya fokus dengan keahlian Anda tetapi justeru dengan mengoptimalkan telinga Anda. Orang pintar dan ahli tetapi “bebal” alias tak mau mendengar, perlahan tapi pasti akan tersingkir dari persaingan.
Orang pintar dan ahli tapi tidak suka
mendengar saat bekerja ia akan menjadi “trouble maker” dan dibenci banyak
orang. Mereka merusak kebersamaan dan menguras energi. Karir mereka boleh jadi
melesat namun kemudian berhenti di titik tertentu. Sementara bagi mereka yang
berbisnis, dalam waktu tertentu bisnisnya akan mati.
Belajarlah dari sejarah, para pemimpin
yang abadi tidak mengabaikan suara nurani dan sangat suka mendengarkan masukan
dari orang lain. Makanya mereka dicintai hingga kini, tanpa henti sejarah hidup
mereka dipelajari, ditauladani, dan masuk disanubari.
Saya mengamati kegagalan orang dalam
dunia bisnis, pemerintahan, organisasi, keluarga, karena mereka terkadang
terlalu keras kepala dan tidak suka mendengar saran dan masukan orang lain.
Memang benar, tidak semua masukan kita terima, jika itu masukan yang negatif,
mematahkan semangat, tetapi jika itu hal yang baik apa salahnya kita membuka
pikiran dan hati untuk mempertimbangkannya.
Wahai orang pintar, teruslah
meningkatkan kepintaran dan keahlianmu, namun jangan lupakan fungsikan juga
telingamu untuk semakin pintar dan ahli mendengar suara-suara dari sekelingmu,
Bahkan suara nuranimu nasehat ini untuk diri saya pribadi dan kita semua yang
di karuniakan dua telinga oleh Sang Pencipta.
Semoga kita bisa merenungi nasehat
ini.
Jakarta, 13 Rajab 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.