Sumber: Google |
Ada satu pelajaran yang hilang dalam pendidikan kita hari
ini. kita berlomba-lomba mendidik generasi kita memenangkan olimpiade sains,
pintar dan cerdas. Tetapi kita bisa melihat hasilnya di sekitar kita. Meminjam istilah
Gus Mus, banyaknya orang pintar baru (OPB) membuat orang kebablasan dalam
berekspresi.
Mari kita belajar dari kisah yang berkaitan dengan nilai
sebuah kearifan. Sebuah kisah yang saya dapatkan di Al Azhar saat milad ke 64
di jakarta.
Di tiongkok ada seorang guru yang sangat dihormati karena
tegas, jujur dan adil bernama konfusius. Pada suatu hari ada dua orang murid
(Pandai dan Bodoh) yang bertengkar hebat hampir beradu fisik. Karena tidak ada
yang mengalah, keduanya menghadap ke Sang Guru untuk mendapatkan keadilan.
Keduanya berdebat tentang hitungan angka perkalian 2 x 8
berapa hasilnya.
Murid yang pandai menjawab bahwa hasilnya adalah 16.
Murid yang bodoh bersikukuh mengatakan bahwa 2x8 hasilnya 18.
Murid yang bodoh menantang kepada murid yang pandai meminta
menghadap kepada sang Guru sebagai juri siapa yang benar diantara mereka. Sambil
bertolak pinggang murid yang bodoh berbicara di depan gurunya.
“Guru jika saya yang benar bahwa perkalian 2 x 8 = 18, saya
mau dicambuk sepuluh kali oleh Sang Guru, tetapi jika kamu yang benar bahwa
(2x8 = 16) saya akan memenggal leher saya sendiri. Ha..haha.ha...” kata si
bodoh.
“ayo guru cepat putuskan, saya sudah tidak sabar lagi
hahaha....hahaha....hahah... pasti saya yang benar!”
Sambil berputar-putar bersedekap, Guru termenung diam begitu
pula si pandai menanti apa keputusan guru.
Ternyata guru memutuskan bahwa yang dicambuk 10 kali si pandai. Maka gurupun langsung mencambuk 10 kali kepada si pandai.
Si Pandai protes keras, “Guru bukanya saya yang benar kenapa
saya yang dicambuk?” protes si pandai sambil menatap tajam ke wajah sang Guru.
Gurupun menjawab dengan bijak sambil menatap dengan teduh dan
memegangi kedua pundak si pandai tersebut “Hukuman ini bukan untuk hasil
hitunganmu, tetapi untuk KETIDAKARIFAN mu yang mau-maunya berdebat dengan orang
yang bodoh yang tidak tahu kalau 2x8 adalah 16”
Guru pun melanjutkan “Lebih baik saya mencambuk kamu agar
menjadi orang yang Arif dan Bijaksana daripada saya melihat satu nyawa terbuang
sia-sia."
PESAN MORAL
Kadang kita sibuk memperdebatkan sesuatu yang tidak berguna,
berarti kita sama salahnya atau bahkan lebih salah daripada orang yang memulai
perdebatan, hal itu sama dengan membuang waktu dan energi yang tidak perlu.
Bukankah kita sering melihat, mendengar, bahkan pernahkah
Anda merasakannya? Semua itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari disekitar
kita, baik dalam media elektronik maupun kehidupan nyata.
Bisa jadi dengan pasangan, anak, orang tua, teman sejawat,
teman sekantor, sama atasan, tetangga bahkan mertua.
Berdebat dengan orang yang tidak mau tahu, atau mau menang
sendiri tidak ada gunanya, hanya membuang waktu dan menguras emosi. Lalu apa
yang harus kita lakukan?
Ada saatnya kita diam untuk menghindari perdebatan yang
sia-sia. Memang tidak mudah tetapi janganlah sekali-kali kita berdebat dengan
orang yang tidak menguasai permasalahannya.
Diam bukan berarti kalah? Bukannya karena kita tidak
mengetahui ilmunya? Bukan karena kita kurang cerdas? Bukan itu.
“Merupakan suatu kearifan bagi seseorang yang bisa
mengendalikan diri dan menahan kemarahan atas suatu permasalahan yang dihadapi”
Nabi Muhammad Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam bersabda “Bukanlah
orang yang kuat itu orang yang menang bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang
yang mampu menahan diri dari marah” (HR. Bukhori dan Muslim)
Semoga ada pelajaran berharga yang kita petik untuk
menjadikan kita lebih bijaksana.
Jakarta, 7 Rajab 1437 H/ 14 April 2016 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.