Kamis, 14 April 2016

Nilai Sebuah Kearifan



Sumber: Google

Ada satu pelajaran yang hilang dalam pendidikan kita hari ini. kita berlomba-lomba mendidik generasi kita memenangkan olimpiade sains, pintar dan cerdas. Tetapi kita bisa melihat hasilnya di sekitar kita. Meminjam istilah Gus Mus, banyaknya orang pintar baru (OPB) membuat orang kebablasan dalam berekspresi.
 
Mari kita belajar dari kisah yang berkaitan dengan nilai sebuah kearifan. Sebuah kisah yang saya dapatkan di Al Azhar saat milad ke 64 di jakarta.

Di tiongkok ada seorang guru yang sangat dihormati karena tegas, jujur dan adil bernama konfusius. Pada suatu hari ada dua orang murid (Pandai dan Bodoh) yang bertengkar hebat hampir beradu fisik. Karena tidak ada yang mengalah, keduanya menghadap ke Sang Guru untuk mendapatkan keadilan.

Keduanya berdebat tentang hitungan angka perkalian 2 x 8 berapa hasilnya.

Murid yang pandai menjawab bahwa hasilnya adalah 16.

Murid yang bodoh bersikukuh mengatakan bahwa 2x8 hasilnya 18. 

Murid yang bodoh menantang kepada murid yang pandai meminta menghadap kepada sang Guru sebagai juri siapa yang benar diantara mereka. Sambil bertolak pinggang murid yang bodoh berbicara di depan gurunya. 

“Guru jika saya yang benar bahwa perkalian 2 x 8 = 18, saya mau dicambuk sepuluh kali oleh Sang Guru, tetapi jika kamu yang benar bahwa (2x8 = 16) saya akan memenggal leher saya sendiri. Ha..haha.ha...” kata si bodoh.

“ayo guru cepat putuskan, saya sudah tidak sabar lagi hahaha....hahaha....hahah... pasti saya yang benar!”

Sambil berputar-putar bersedekap, Guru termenung diam begitu pula si pandai menanti apa keputusan guru.

Ternyata guru memutuskan bahwa yang dicambuk 10 kali si pandai. Maka gurupun langsung mencambuk 10 kali kepada si pandai.

Si Pandai protes keras, “Guru bukanya saya yang benar kenapa saya yang dicambuk?” protes si pandai sambil menatap tajam ke wajah sang Guru.

Gurupun menjawab dengan bijak sambil menatap dengan teduh dan memegangi kedua pundak si pandai tersebut “Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu, tetapi untuk KETIDAKARIFAN mu yang mau-maunya berdebat dengan orang yang bodoh yang tidak tahu kalau 2x8 adalah 16”

Guru pun melanjutkan “Lebih baik saya mencambuk kamu agar menjadi orang yang Arif dan Bijaksana daripada saya melihat satu nyawa terbuang sia-sia."

PESAN MORAL

Kadang kita sibuk memperdebatkan sesuatu yang tidak berguna, berarti kita sama salahnya atau bahkan lebih salah daripada orang yang memulai perdebatan, hal itu sama dengan membuang waktu dan energi yang tidak perlu.

Bukankah kita sering melihat, mendengar, bahkan pernahkah Anda merasakannya? Semua itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari disekitar kita, baik dalam media elektronik maupun kehidupan nyata.

Bisa jadi dengan pasangan, anak, orang tua, teman sejawat, teman sekantor, sama atasan, tetangga bahkan mertua.

Berdebat dengan orang yang tidak mau tahu, atau mau menang sendiri tidak ada gunanya, hanya membuang waktu dan menguras emosi. Lalu apa yang harus kita lakukan?

Ada saatnya kita diam untuk menghindari perdebatan yang sia-sia. Memang tidak mudah tetapi janganlah sekali-kali kita berdebat dengan orang yang tidak menguasai permasalahannya.

Diam bukan berarti kalah? Bukannya karena kita tidak mengetahui ilmunya? Bukan karena kita kurang cerdas? Bukan itu.

“Merupakan suatu kearifan bagi seseorang yang bisa mengendalikan diri dan menahan kemarahan atas suatu permasalahan yang dihadapi”

Nabi Muhammad Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam bersabda “Bukanlah orang yang kuat itu orang yang menang bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang mampu menahan diri dari marah” (HR. Bukhori dan Muslim)

Semoga ada pelajaran berharga yang kita petik untuk menjadikan kita lebih bijaksana.

Jakarta, 7 Rajab 1437 H/ 14 April 2016 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.