Manusia tentu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagian besar kehidupan manusia hasil bantuan dari orang lain. Baju yang kita kenakan, makanan yang kita makan, sendal, kendaraan, rumah, semua yang kita lihat dan kenakan hasil karya orang lain.
Kebutuhan kita atas
bantuan orang lain, termasuk kebutuhan kita untuk bercerita dan meminta
pendapat atas tantangan hidup yang sedang kita hadapi. Tetapi faktanya, banyak
yang keliru mendatangi orang yang dimintai pendapat. Akhirnya salah mengambil
keputusan, yang berdampak pada tindakan dan hasil yang ingin dicapai.
Ada beberapa enam kriteria orang yang bisa kita mintai pendapatnya :
1.
Akal yang
penuh pengalaman lagi cerdas dan pandai;
Abdullah bin al Hasan berkata kepada anaknya yang bernama
Muhammad,”Hati-hatilah bermusyawarah
dengan orang bodoh walaupun ia seorang pemberi nasehat sebagaimana berhati-hati
memusuhi seorang yang cerdas walaupun ia adalah seorang musuh. Sesungguhnya
engkau bisa dicelakakan dengan bermusyawarah kepadanya sehingga engkau akan
didahului oleh makar seorang yang cerdas dan tipu daya orang bodoh.”
Tidak sedikit orang yang bodoh merasa pintar dan bijak,
banyak orang yang berdatangan kepadanya, meminta petunjuk dan nasehat padahal
tidak menunjukkan jalan yang benar dan lurus.
Disebutkan
di dalam Mantsur al Hikam :
"كل شيء يحتاج إلى العقل، والعقل يحتاج إلى التجارب".
Artinya : “Segala sesuatu
membutuhkan akal namun akal membutuhkan pengalaman.”
Orang yang hanya mengandalkan akal pun
memiliki keterbatasan jika tidak diimbangi pengalaman. Karena tidak sedikit
akal kita keliru dalam memutuskan sesuatu yang berdampak besar bagi masa depan
seseorang.
Hanya akal yang dibimbing Al-Qur’anlah yang
bisa berjalan lurus dan bersih. Karena AL-Qur’an berbicara tentang pelajaran
dari masa lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang, dan apa yang akan terjadi
di masa depan. Oleh karean itu, hendaknya setiap muslim memiliki hubungan yang
harmonis dengan Al-Qur’an.
2.
Hendaklah dia seorang
yang kuat agama dan bertakwa;
وقال عمر بن الخطاب رضي الله عنه:
"شاور في أمرك من يخاف الله عز وجل".
Umar bin Khattab berkata : “Bermusyawarahlah didalam urusanmu dengan orang yang takut kepada Allah
Aza wa Jalla.”
وقال سفيان الثوري :
"ليكن أهل مشورتك أهل التقوى والأمانة، ومن يخشى الله تعالى".
Sofyan Tsauriy
mengatakan : “Jadikanlah ahli syuramu
orang-orang takwa lagi amanah dan orang yang takut kepada Allah Ta’ala.”
Keputusan yang hendak kita ambil hendaknya diperhitungkan
dengan baik dan cermat, bukan hanya untuk kebaikan di dunia tetapi kebahagiaan
kita di akhirat. Jangan sampai keputusan yang kita ambil berdasarkan musyawarah
hanya mendatangkan kebaikan di dunia tetapi mencelakakan kita di akhirat.
Seorang bijak pernah berkata, “Jangan sampai kita mendapatkan dunia tetapi kehilangan Allah. biarlah
kita kehilangan dunia, asal jangan kehilangan Allah.”
3.
Hendaklah dia seorang
Penasehat dan Penyanyang;
4.
Hendaklah dia seorang
yang berpikiran bersih dari hal-hal yang bisa menggangunya;
وقال الأحنف:
"لا تشاور الجائع حتى يشبع، ولا العطشان حتى يُروى".
Al
Ahnaf berkata,”Janganlah kamu
bermusyawarah dengan orang lapar sehingga dia kenyang dan orang yang kehausan
sehingga hilang dahaganya.”
Dikatakan
: “Janganlah bermusyawarah dengan orang
yang di rumahnya tidak memiliki tepung.”
Ini hanya
kecenderungan, orang yang di rumahnya tidak memiliki makanan cenderung
pikirannya terpecah, kurang konsentrasi, sehingga sulit diajak bertukar
pendapat. Karena berpikir membutuhkan energi yang cukup banyak.
5.
Hendaklah dia bukan orang
memiliki tujuan yang diinginkannya di dalam perkara yang dimusyawarahkan;
6.
Menjaga kerahasiaan yang
muncul tatkala bermusyawarah.
Ini termasuk perkara yang penting, jika ada
yang meminta nasehat, bercerita, hendaklah ia merahasiakannya. Menahan diri
untuk tidak menceritakan kepada orang lain. Oleh karena itu, sebaiknya kita
tidak bermusyawarah kepada sembarang orang.
Semoga bermanfaat dan bisa segera
dipraktekkan. Semoga Keselamtan, rahmat, dan barokah Allah selalu menyertai
kita semua.
Foto : Pixabay
Jakarta, 14 Rajab 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.