Salah
satu kebutuhan dasar manusia adalah meraih kebesaran dalam hidup. maksudnya
bukan kebesaran dalam ukuran badan ya. Tapi,
kebesaran dalam karya, manfaat, pertumbuhan pribadi, dan kontribusi
untuk masyarakat luas.
Akhir-akhir
ini dalam meraih kebesaran hidup itu, kita dihadapkan dalam tiga jenis sikap
orang dalam memandang kebesaran hidup yang telah dicapai orang lain (apapun
etnis, agamanya).
1. iri
2.
dengki
3.
terinspirasi
Orang-orang
yang terinspirasi adalah orang-orang yang terbuka hatinya untuk belajar hal-hal
yang baik dari orang yang dilihatnya. Intinya ia mau belajar.
Permasalahannya,
terkadang ada saja ganjalan yang menyebabkan kita sulit untuk bergerak maju. Meninggalkan
landasan pacu untuk terbang. Kenapa? Dan bagaimana solusinya?
Sahabat,
kebesaran hidup seseorang biasanya akan ditentukan oleh tiga hal:
Pertama,
Ikhlas melupakan rasa sakit dari masa lalunya, tapi tetap ingat pelajarannya.
Tidak mudah
memang bagi orang kebanyakan untuk melupakan rasa sakit yang pernah ia alami di
masa lalu. Apalagi orang yang bisa mengambil pelajaran darinya. Hanya orang-orang
yang berjiwa besar dan Allah lapangkan dadanya untuk dapat mengikhlaskan masa
lalunya.
Bagimana caranya?
Dalam dunia
neuro linguistik program (NLP) mungkin seseorang diajarkan bagaimana teknik
menghilangkan trauma, rasa takut, melupakan masa lalu, dan memframing
pengalaman pahit dari sudut pandang yang berbeda. Bisa jadi, dalam hitungan
menit atau jam. Orang bisa sembuh. Tapi, kali ini saya ingin berbagi dari
pengalaman pribadi dan dari sudut pandang seorang muslim.
Berhubung
saya juga pernah mengalami hal ini, maka cara yang pernah saya tempuh dan masih
maknyus untuk kondisi-kondisi genting adalah memohon ampunan kepada Allah dan
berperasangka baik atas segala ketetapan-Nya.
Mengapa beristighfar?
Karena salah satu makna dan manfaat dari memohon ampunan kepada Allah bukan
saja, Allah akan hapuskan dosa-dosa yang pernah kita lakukan, tetapi Allah menghapuskan
ingatan-ingatan kita tentang masa lalu. Apalagi masa lalu yang menyakitkan. Sehingga,
kita fokus menatap masa depan untuk melangkah maju. Tidak berhenti sampai di
sini, tiba-tiba saja ada ide-ide kreatif untuk melakukan aneka amal kebajikan.
Forget the
past, but remember the lesson.
Lalu,
berprasangka baik maksudnya apa?
Inilah ilmu
yang sering terlewatkan dari kita sebagai muslim. Yaitu beriman kepada qoda dan
qodar. Mengapa ini penting? Karena terkadang kita selalu memandang kehidupan
orang lain. Selengkapnya baca di Berprasangka Baik.
Kenapa si
fulan hidupnya enak terus, padahal tidak pernah sholat. Kenapa si A urusannya
lancar, padahal jauh dari Allah. Atau ada juga terbesit dari hati kita, kenapa
saya juga sama-sama sudah rajin sholat, ngaji, sedekah. Hidup saya juga beum
berubah, sedangkan si dia hidupnya enak.
Inilah salah
satu indikator buruk sangkanya kita kepada Allah. Izinkan saya bertanya, apakah
Allah Maha Baik? Apakah Allah mengetahui kondisi hamba-hamba-Nya? Apakah Allah
mengetahui kebutuhan-kebutuhan kita? Apakah Allah berkuasa mengabulkan hajat
baik kita? Apakah Allah juga mampu menunda doa kita?
Baca
juga : Kebaikan dibalik Tertundanya Pengabulan Doa.
Jika kita
terbiasa mengembangkan berprasangka baik kepada Allah, karena kita hamba Allah.
Maka fokus kita adalah mengevaluasi keyakinan, pikiran, dan tindakan yang kita
lakukan. Hasilnya Allah lah yang Maha Tahu kapan waktu terbaik hajat baik itu
akan kita dapatkan.
Demikian
dulu ya, semoga poin kedua dan ketiga
kita bahas pada pertemuan selanjutnya. (RSP)
Jakarta,
23 Rajab 1439 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.