Sabtu, 14 April 2018

Selamat dan Bertumbuh menjadi Konsumen Cerdas di Era Digital


Mari kita awali tulisan ini dengan sebuah pertanyaan, siapakah yang hidupnya ingin berubah dan bertumbuh setiap harinya? Adakah yang aktivitas hariannya sama hampir setiap harinya? Jika pertanyaan pertama, kita menjawab ya dan pada pertanyaan kedua kita menjawab sama. Ternyata inilah sebuah kontradiksi antara keinginan dan realita. Karena tidak akan ada perubahan dalam hidup, jika kita selalu melakukan hal yang sama. Begitu juga dengan menjadi konsumen cerdas di era digital.

Tahukah Anda, Pertumbuhan social media di sisi jumlah pengguna juga menarik disimak. Statista.com memprediksi tahun 2021, jumlah pengguna media sosial di seluruh dunia akan mencapai 3,02 miliar pengguna, atau setara dengan sepertiga jumlah populasi dunia.

Dalam konteks indonesia ada sekitar 132 juta pengguna internet di Indonesia. Ini angka yang sangat funtastik. Sementara hampir setengahnya adalah penggila media sosial atau berkisar di angka 40%. Dan angka ini meningkat lumayan dibanding tahun 2016. Di tahun 2017, Tetra Pak Index mencatat ada lebih dari 106 juta orang Indonesia menggunakan media sosial setiap bulannya. Bayangkan 106 juta orang. Dimana 85% diantaranya mengakses sosial media melalui perangkat seluler.

Apa arti semua ini? Sosial media memiliki pengaruh besar bagi pertumbuhan bisnis, khususnya bisnis berbasis daring di Indonesia.

Banyak pakar berpandangan, saat ini kita sedang memasuki era VUCA (Volatility, Uncertainty, complexity, ambiguity) dan distruptive dimana segala sesuatu berubah secara cepat, bergejolak, tidak bisa ditebak, kompleks, tidak jelas dan radikal, sehingga cenderung melibas bisnis-bisnis konvensional yang gagal beradaptasi. Faktanya, banyak toko-toko yang tutup dan gulung tikar, sebagian lagi segera menyesuaikan diri beralih ke daring. Jika kita melihat dari sisi yang lain, sebenarnya kita saat ini juga memasuki era keberlimpahan. Segala sesuatu tersaji secara mudah, murah, dan cepat. Jika kita pandai memanfaatkannya dengan bijak dan cermat. termasuk dalam transaksi di dunia digital.

Bayangkan, Anda tidak perlu keluar tenaga, waktu, dan biaya lebih untuk memesan barang yang kita butuhkan. tentu ini sebuah perubahan gaya hidup yang sangat menyenangkan, sekaligus menantang dan waspada dengan dampak-dampak negatif yang bisa ditimbulkannya.

Bagi konsumen cerdas di era digital, digitalisasi berarti mempunyai pilihan yang banyak dan kesempatan memperoleh barang atau jasa sesuai anggaran.


Di sisi lain, hal yang harus Anda waspadai ketika menggunakan media sosial, sesungguhnya kita sedang menyetorkan data kita secara gratis ke pihak-pihak tertentu. Kedahsyatan kekuatan data yang dimiliki media sosial. data yang dimiliki media sosial bukan lagi demografi umum, namun sampai ke karakter psikologis penggunanya. Faktor ini krusial mengingat karakter psikologis berkolerasi erat dengan tindakan seseorang; apakah itu memilih presiden atau membeli barang.

Di era digital, terbuka kesempatan untuk mencatat prilaku konsumen secara mendetail. Sehingga produk atau jasa yang ditawarkan sama, tapi dengan pendekatan yang berbeda. Untuk mengarahkan perilaku ini, caranya bisa beragam. Mereka menggunakan, rasa takut, harapan, minat/ hobi, nilai, dan karakter psikologis lainnya. Sehingga, tidak jarang kita terjebak untuk membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan.  

Pernakah Anda merasakan dan melihat ketika sedang membuka media sosial, tapi barang yang sedang Anda butuhkan dan cari tiba-tiba muncul di layar smartphone Anda? Apakah ini kebetulan? Tidak. Sistem sudah membaca minta dan catatan kesukaan Anda secara detail.

Peluang inilah yang kemudian dimanfaatkan perusahaan tekonologi untuk mendapatkan profiling alias menangkap karakter pengguna. Perusahaan seperti google, facebook, atau twitter membuat produk yang bisa digunakan secara gratis, dengan “imbalan” dapat mencatat perilaku pengguna.

Tantangannya saat ini, memikirkan solusi agar masyarakat sebagai konsumen bisa selamat dan bertumbuh menjadi konsumen di era digital.

Lalu, bagaimana caranya?

Pertama, tetapkan barang apa yang Anda butuhkan. Jangan tergiur dengan iklan-iklan yang tampil secara mendadak. Jika tampil mendadak, segera tutup. Karena semakin lama dilihat akan mempengaruhi Anda.

Kedua, bandingkan dengan toko-toko daring yang lain. Baik secara harga maupun kualitas barangnya.

Saran kepada para pelaku usaha, sebaiknya berani bersaing harga, karena dunia digital kita bisa menghemat biaya sewa toko, listrik, dll. walaupun secara prinsip jika barang yang di jual berkualitas, maka konsumen akan puas. Tetap saja, Era Keberlimpahan kita harus pandai berbagi agar transaksi lancar. misal, discount, hadiah menarik, dsb. Sehingga win-win solution, konsumen bahagia, pengusaha untung.

Ketiga, Pastikan baca lagi informasi produk secara lengkap dan detail, termasuk ulasan dari pembeli-pembeli sebelumnya.

Masukkan juga kepada para produsen/ pelaku usaha daring untuk memberikan gambaran lengkap dan rinci tentang produknya. Khususnya foto barang dari berbagai sisi. Karena ini bagian dari etika dari penjualan dan hak konsumen untuk mendapatkan informasi barang secara lengkap, sebelum Anda memutuskan membeli atau tidak jadi membeli produknya.

Pada tahap ketiga ini, Anda juga perlu mempertimbangkan lokasi toko onlinenya, karena terkait dengan biaya pengiriman. Pengalaman ketika saya mencari sebuah buku di toko online, ternyata lokasi tokonya ada di semarang, padahal di toko lain ada di jakarta. tentu saya memilih toko online yang ada di jakarta.

Hal lain yang perlu diperhatikan, setelah informasi mengenai produk secara lengkap dan detail Anda dapatkan. Silahkan memutuskan untuk berbelanja online tinggal kirim via online (tentu ini lebih praktis) atau Anda cukup jadikan sebagai bahan untuk langsung pergi ke tokonya langsung di sekitar Anda. Artinya, dunia digital memudahkan Anda untuk mencari lokasi, harga, spesifikasi produk yang Anda butuhkan.

Keempat, Konsumen harus berani membiasakan untuk memberikan ulasan tentang produk yang sudah dibeli. Agar konsumen lain mendapatkan gambaran pengalaman tentang berinteraksi dengan pelaku usaha yang sama.

Kelima, jika terjadi pelanggaran dan tindakan yang tidak menyenangkan tentu kita harus berani menghubungi pihak-pihak yang berwajib dan kompeten untuk menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi, agar memberikan efek jera.Semoga Pemerintah dalam hal ini bisa menjadi wasit yang adil untuk menerbitkan regulasi yang menguntungkan kedua belah pihak untuk menciptakan iklim usaha yang sehat.

Keenam, jika transaksi berjalan lancar dan baik. Tidak ada salahnya menjalin komunikasi yang baik dengan pelaku usaha, bisa juga berkunjung untuk melihat prospek kerja sama dikemudian hari.

Demikianlah, keenam langkah yang bisa Anda coba untuk selamat dan bertumbuh menjadi konsumen di era digital.

Kesimpulannya, Sosial media memang dahsyat. Sekarang sudah saatnya kita menjadi pemain. Jangan sekedar jadi penonton. Salah satunya, memanfaatkan social media menghasilkan uang. Siapa bilang konsumen hanya bisa menghabiskan uang, kenapa kita sekarang tidak berpikir terbalik. Bagaimana menghasilkan uang dari dunia digital? alias menjadi prantara di dunia digital (makelar). Semua Pengalaman menjadi konsumen, beserta kendala dan keluhan yang terjadi selama transaksi sebenarnya adalah pelajaran berharga bagi Anda, untuk naik kelas menjadi pelaku usaha di kemudian hari.

Yuk, jadi konsumen yang cerdas di era digital.

Hari Konsumen Nasional
Sudah siapkah kita selamat dan bertumbuh menjadi konsumen cerdas di era digital?  Selamat mencoba. Semoga Keberkahan melimpah bagi Anda. 

Menyambut Hari Konsumen Nasional (HARKONAS) 2018 tanggal 20 April 2018.
Saya mengucapkan Selamat Hari Konsumen Nasional
Mari menjadi Konsumen Cerdas di Era Digital

Photo Credit: mediakonsumen

Jakarta, 28 Rajab 1439 H/ 14 April 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.