Rabu, 25 April 2018

Mengimani Takdir dengan Sepenuh Jiwa


Hidup membawa berbagai warna dan rasa dalam kehidupan manusia. Hampir semua manusia merasakan semua variasi kehidupan. Berbagai musim sudah kita lewati dengan suasana yang beragam. Mungkin saat ini kita sedang menikmati musim yang berbeda. Setiap orang menyikapi pergantian musim dengan cara yang berbeda pula.

Saudaraku, beriman kepada takdir adalah salah satu ilmu penting agar kita lebih tenang menjalani hidup. akan tetapi, ternyata kekuatan itu selama ini belum dipahami sepenuhnya oleh umat muslim, sehingga muncul banyak pertanyaan, kebingungan yang tidak berdasar, puncaknya buruk sangka terhadap ketetapan Allah.

Lalu, apa yang harus diketahui oleh seorang muslim terkait beriman kepada takdir?

Dalam mengimani takdir ada empat hal yang harus diyakini dalam dada setiap muslim yaitu al ‘ilmu, al kitabah, al masyi’ah dan al kholq.

Pertama, Al ‘Ilmu (Tentang Ilmu Allah)

Kita meyakini bahwa ilmu Allah Ta’ala meliputi segala sesuatu secara global dan terperinci yang terjadi sejak zaman azali (yang tidak berpermulaan) sampai abadi (yang tidak berkesudahan). Bahkan, Semua yang terjadi pada kita saat ini pun, tidak terlepas dari pengetahuan Allah. Bersabarlah dan yakinlah akan ilmu Allah.

Allah Ta’ala berfirman, “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (Al Hajj: 70).

Allah sudah tahu siapa saja yang akan menghuni Surga dan siapa yang akan menghuni Neraka. Tidak ada satupun makhluk di langit maupun di bumi bahkan di dalam perut bumi sekalipun yang luput dari pengetahuan-Nya.

Kedua, Al Kitabah (Tentang Penulisan Ilmu Allah)

Kita meyakini bahwa Allah Ta’ala telah menuliskan ilmu-Nya tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam Lauhul Mahfuzh sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.

Rosululloh shollAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah telah menulis takdir seluruh makhluk ciptaan-Nya semejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim).

Takdir yang ditulis di Lauhul Mahfuzh ini tidak pernah berubah. Berdasarkan ilmu-Nya, Allah telah menuliskan siapa saja yang termasuk penghuni surga dan siapa yang termasuk penghuni neraka. Namun tidak ada satu orang pun yang mengetahui apa yang ditulis di Lauhul Mahfuzh kecuali setelah hal itu terjadi.

Terkadang yang membuat kita hidup tenang bukan hanya dengan memiliki banyak pengetahuan berbagai hal. tetapi, kenyataannya banyak pengetahuan semakin membuat orang resah dan gelisah.

Mengapa?

Karena setiap berpikir tidak pernah menjadi dzikir. Akal manusia memiliki keterbatasan dalam menembus dindin takdir. Jadi, tidak perlulah ngotot untuk tahu segala hal. apalagi harus mendatangi orang-orang tertentu untuk menebak masa depan.


Ketiga, Al Masyi’ah (Tentang Kehendak Allah)

Saudaraku, Kita meyakini bahwa Allah Ta’ala memiliki kehendak yang meliputi segala sesuatu. Tidak ada satu perbuatan makhluk pun yang keluar dari kehendak-Nya. Segala sesuatu yang terjadi semuanya di bawah kehendak (masyi’ah) Allah, entah itu disukai atau tidak disukai oleh syari’at.

Inilah yang disebut dengan Irodah Kauniyah Qodariyah atau Al Masyi’ah. Seperti adanya ketaatan dan kemaksiatan itu semua terjadi di bawah kehendak Allah yang satu ini. Meskipun kemaksiatan itu tidak diinginkan terjadi oleh aturan syari’at.

Di sisi lain Allah memiliki Irodah Syar’iyah Diniyah. Di dalam jenis kehendak/irodah yang kedua ini terkandung kecintaan Allah. Maka orang yang berbuat taat telah menuruti 2 macam kehendak Allah ini. Adapun orang yang bermaksiat dia telah menyimpang dari Irodah Syar’iyah namun tidak terlepas dari Irodah Kauniyah.

Lalu apakah orang yang bermaksiat ini terpuji? Jawabnya, Tidak. Karena dia telah melakukan perkara yang tidak dicintai d bahkan dibenci oleh Allah.

Setiap manusia tentu menginginkan apa yang diinginkan hati segera terwujud. Tapi, itu belum tentu baik dan dikehendaki Allah. Alangkah indahnya jika kehendak kita sesuai dengan kehendak Allah.

Yang lebih membahagiakan adalah kita menerima semua takdir yang Allah tetapkan dengan hati yang lapang, karena yakin Allah pasti Maha Mengetahui dan hanya menginginkan yang terbaik untuk hamba-hamba yang dikasihi-Nya. Termasuk situasi dan kondisi yang tidak kita sukai. Pasti semuanya mengandung hikmah yang besar di kemudian hari.

Tulisan Terkait: Bagaimana Menyikapi Takdir?

Keempat, Al Kholq (Tentang Penciptaan Segala Sesuatu Oleh Allah)

Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta adalah makhluk ciptaan Allah baik itu berupa dzat maupun sifat, demikian juga seluruh gerak-gerik yang terjadi di dalamnya.

Allah Ta’ala befirman, “Allah adalah pencipta segala sesuatu.” (Az Zumar: 62).

Perbuatan hamba juga termasuk makhluk ciptaan Allah, karena perbuatan tersebut terjadi dengan kehendak dan kemampuan hamba; yang kedua-duanya ada karena diciptakan oleh Allah.

Allah Ta’ala berfirman, “Allah-lah yang Menciptakan kalian dan amal perbuatan kalian.” (QS. Ash Shoffaat: 96)

Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Adalah sebuah keyakinan yang memberdayakan dan menguatkan jiwa seorang muslim. Bahwa semuanya sudah ada garis tadirnya masing-masing. Garis itu ada dalam ilmunya Allah.

Sekarang, tugas kita berhentilah membanding-bandingkan kehidupan antara satu dengan yang lain. semua memiliki takdirnya masing-masing, beramallah/ bekerjalah dengan sungguh-sungguh karena setiap orang akan dimudahkan menuju takdirnya masing-masing.

Semoga Allah memberikan kita hati yang lapang untuk menerima takdir-Nya. Karena, orang yang bahagia adalah orang yang pandai menerima semua ketetapan Allah, walaupun tidak sesuai dengan kehendak jiwa. (RSP)

Baca juga: 4 Tingkatan Manusia Dalam Menyikapi Takdir 

Photo Credit: khutbahjumat


Jakarta, 9 Sya’ban 1439 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.