Hidup membawa berbagai warna dan rasa
dalam kehidupan manusia. Hampir semua manusia merasakan semua variasi
kehidupan. Berbagai musim sudah kita lewati dengan suasana yang beragam. Mungkin
saat ini kita sedang menikmati musim yang berbeda. Setiap orang menyikapi
pergantian musim dengan cara yang berbeda pula.
Saudaraku, beriman kepada takdir
adalah salah satu ilmu penting agar kita lebih tenang menjalani hidup. akan
tetapi, ternyata kekuatan itu selama ini belum dipahami sepenuhnya oleh umat
muslim, sehingga muncul banyak pertanyaan, kebingungan yang tidak berdasar, puncaknya
buruk sangka terhadap ketetapan Allah.
Lalu, apa yang harus diketahui oleh
seorang muslim terkait beriman kepada takdir?
Dalam mengimani takdir ada empat hal
yang harus diyakini dalam dada setiap muslim yaitu al ‘ilmu, al kitabah, al
masyi’ah dan al kholq.
Pertama, Al ‘Ilmu (Tentang Ilmu
Allah)
Kita meyakini bahwa ilmu Allah Ta’ala
meliputi segala sesuatu secara global dan terperinci yang terjadi sejak zaman azali
(yang tidak berpermulaan) sampai abadi (yang tidak berkesudahan). Bahkan, Semua
yang terjadi pada kita saat ini pun, tidak terlepas dari pengetahuan Allah. Bersabarlah
dan yakinlah akan ilmu Allah.
Allah Ta’ala berfirman, “Apakah kamu
tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di
langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab
(Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (Al
Hajj: 70).
Allah sudah tahu siapa saja yang akan
menghuni Surga dan siapa yang akan menghuni Neraka. Tidak ada satupun makhluk
di langit maupun di bumi bahkan di dalam perut bumi sekalipun yang luput dari
pengetahuan-Nya.
Kedua, Al Kitabah (Tentang Penulisan
Ilmu Allah)
Kita meyakini bahwa Allah Ta’ala
telah menuliskan ilmu-Nya tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam Lauhul
Mahfuzh sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
Rosululloh shollAllahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Allah telah menulis takdir seluruh makhluk ciptaan-Nya
semejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR.
Muslim).
Takdir yang ditulis di Lauhul Mahfuzh
ini tidak pernah berubah. Berdasarkan ilmu-Nya, Allah telah menuliskan siapa
saja yang termasuk penghuni surga dan siapa yang termasuk penghuni neraka. Namun
tidak ada satu orang pun yang mengetahui apa yang ditulis di Lauhul Mahfuzh
kecuali setelah hal itu terjadi.
Terkadang yang membuat kita hidup
tenang bukan hanya dengan memiliki banyak pengetahuan berbagai hal. tetapi,
kenyataannya banyak pengetahuan semakin membuat orang resah dan gelisah.
Mengapa?
Karena setiap berpikir tidak pernah
menjadi dzikir. Akal manusia memiliki keterbatasan dalam menembus dindin
takdir. Jadi, tidak perlulah ngotot untuk tahu segala hal. apalagi harus
mendatangi orang-orang tertentu untuk menebak masa depan.
Baca juga: Kekuatan dibalik Ketidaktahuan
Ketiga, Al Masyi’ah (Tentang
Kehendak Allah)
Saudaraku, Kita meyakini bahwa Allah Ta’ala
memiliki kehendak yang meliputi segala sesuatu. Tidak ada satu perbuatan
makhluk pun yang keluar dari kehendak-Nya. Segala sesuatu yang terjadi semuanya
di bawah kehendak (masyi’ah) Allah, entah itu disukai atau tidak disukai
oleh syari’at.
Inilah yang disebut dengan Irodah
Kauniyah Qodariyah atau Al Masyi’ah. Seperti adanya ketaatan dan kemaksiatan
itu semua terjadi di bawah kehendak Allah yang satu ini. Meskipun kemaksiatan
itu tidak diinginkan terjadi oleh aturan syari’at.
Di sisi lain Allah memiliki Irodah
Syar’iyah Diniyah. Di dalam jenis kehendak/irodah yang kedua ini terkandung
kecintaan Allah. Maka orang yang berbuat taat telah menuruti 2 macam kehendak
Allah ini. Adapun orang yang bermaksiat dia telah menyimpang dari Irodah
Syar’iyah namun tidak terlepas dari Irodah Kauniyah.
Lalu apakah orang yang bermaksiat ini
terpuji? Jawabnya, Tidak. Karena dia telah melakukan perkara yang tidak
dicintai d bahkan dibenci oleh Allah.
Setiap manusia tentu menginginkan apa
yang diinginkan hati segera terwujud. Tapi, itu belum tentu baik dan
dikehendaki Allah. Alangkah indahnya jika kehendak kita sesuai dengan kehendak
Allah.
Yang lebih membahagiakan adalah kita
menerima semua takdir yang Allah tetapkan dengan hati yang lapang, karena yakin
Allah pasti Maha Mengetahui dan hanya menginginkan yang terbaik untuk
hamba-hamba yang dikasihi-Nya. Termasuk situasi dan kondisi yang tidak kita
sukai. Pasti semuanya mengandung hikmah yang besar di kemudian hari.
Tulisan Terkait: Bagaimana Menyikapi Takdir?
Keempat, Al Kholq (Tentang Penciptaan Segala Sesuatu Oleh Allah)
Kita meyakini bahwa segala sesuatu
yang ada di alam semesta adalah makhluk ciptaan Allah baik itu berupa dzat
maupun sifat, demikian juga seluruh gerak-gerik yang terjadi di dalamnya.
Allah Ta’ala befirman, “Allah adalah
pencipta segala sesuatu.” (Az Zumar: 62).
Perbuatan hamba juga termasuk makhluk
ciptaan Allah, karena perbuatan tersebut terjadi dengan kehendak dan kemampuan
hamba; yang kedua-duanya ada karena diciptakan oleh Allah.
Allah Ta’ala berfirman, “Allah-lah
yang Menciptakan kalian dan amal perbuatan kalian.” (QS. Ash Shoffaat: 96)
Tidak ada yang tidak mungkin bagi
Allah. Adalah sebuah keyakinan yang memberdayakan dan menguatkan jiwa seorang
muslim. Bahwa semuanya sudah ada garis tadirnya masing-masing. Garis itu ada
dalam ilmunya Allah.
Sekarang, tugas kita berhentilah
membanding-bandingkan kehidupan antara satu dengan yang lain. semua memiliki
takdirnya masing-masing, beramallah/ bekerjalah dengan sungguh-sungguh karena
setiap orang akan dimudahkan menuju takdirnya masing-masing.
Semoga Allah memberikan kita hati
yang lapang untuk menerima takdir-Nya. Karena, orang yang bahagia adalah orang
yang pandai menerima semua ketetapan Allah, walaupun tidak sesuai dengan
kehendak jiwa. (RSP)
Jakarta, 9 Sya’ban 1439 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.