Selasa, 24 April 2018

Cara Memperkuat Jiwa


Beberapa waktu yang lalu, kita sudah membahas tentang Janji Ilahi dan Pengaharapan.  Sebagai umat Nabi Muhammad shalaullahhu 'alaihi wassalam, kita tidak boleh putus asa. Untuk mendapatkan warisan yang dijanjikan Allah tentu kita harus memperkuat jiwa dalam memikul syaratnya. untuk menguatkan pribadi menghadapi segala kesulitan dan penderitaan mencapai tujuan itu, hendaklah selalu jiwa dikuatkan, sehingga tahan kena badai dan iman serta amal saleh itu tidak luntur.

Bagaimana cara memperkuat jiwa itu?


وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Q.S. An-Nuur: 56)

Dengan sholat, iman tadi diperkuat. Dengan shalat, perasaan yang halus dan cinta yang suci kepada Ilahi dijadikan imbangan bagi akal yang selalu menerawang. Shalat memperkuat pribadi, shalat menjadi waktu istirahat untuk mencari kekuatan yang baru. Dengan shalat, petunjuk pun datang. Sehingga yang gelap, terang kembali, karena pelita telah ada dalam hati.

Apalagi dengan shalat berjamaah, maka masyarakat selalu rapat. Sebab di ayat yang lain (surah asy-syuuraa ayat 38) dijelaskan benar bagaimana hubungan shalat itu dengan kemasyarakatan, dengan musyawarah mengurus urusan-urusan bersama.

“ Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.”

Shalat bukan tempat lari, melainkan untuk mencari kekuatan menghadapi tugas, peneguh iman, dan memperkuat hubungan (human relation).

Sesudah mengerjakan shalat hendaklah diiringi dengan membayar zakat. 
 Kalau dengan shalat memperteguhkan iman, maka zakat adalah untuk memperteguh amal shaleh. Zakat bukanlah semata-mata suatu amal sukarela, tetapi suatu kewajiban keagamaan, yang tidak sah keislaman kelau tidak ada dia, yakni apabila harta yang dizakatkan itu telah cukup nisab (bilangan) dan sampai tahunnya. 
Dengan sebab zakat, seorang Muslim menjadi orang masyarakat, bukan semata-mata beramal untuk diri sendiri. Dengan zakat yang kaya membela yang miskin. Dengan zakat penyakit bakhil dapat diubah dari diri sendiri. Kebakhilan adalah penghalang besar bagi menegakkan suatu cita-cita.

Kemudian itu hendaklah taat kepada pimpinan Rasul. Sebagaimana ketentraman hendaklah taat kepada pimpinan tertinggi, hendaklah tunduk kepada satu komandan, demikianlah juga beramal dalam Islam militan sifatnya. Shalat lima waktu sehati semalam dengan berjamaah dan bershaf, adalah bibit pertama dari disiplin. Shalat berjamaah mempunyai imam. Seorang mukmin tidak boleh takbir sebelum imam, tidak boleh sujud sebelum imam, dan tidak boleh mengangkat kepala dahulu dari imam. Dan kemudian dari itu, sehabis shalat hendaklah setiap orang berusaha mencari kehidupan dan yang mampu memberikan pembagian hasil pencariannyaitu untuk yang lemah dan melarat.

Sebagian pula dari hasil harta bendak zakat itu hendaklah digunakan untuk sabilillah, baik untuk sabilillah berperang atau untuk sabilillah dakwah. Dan segala tindak tanduk hidup hendaklah diselaraskan dengan tuntunan yang diberikan oleh Rasulullah, utusan Allah. Jangan mempunyai atau membuat aturan sendiri, yang berlainan dengan tuntunan Rasul. Jangan hendak lebih cerdik dari Rasul.

Teknik bisa berubah dari suatu zaman ke zaman lain, Islam pun mengakui pengaruh ruang dan waktu,  (Tathbiqul umuri biz zamani wal makani), dan Rasulullah pun menyuruh kita mempergunakan akal dan ijtihad buat menempuh segala kesulitan, karena seorang pejuang harus mengerti perubahan cuaca dan medan pertempuran, tetapi pokok ajaran Rasul yaitu, bahwa kedatangan beliau adalah membawa rahmat bagi seluruh alam, tidaklah boleh berubah selama-lamanya.

Di ayat 56 itu sudah jelas, cita-cita untuk menyambut warisan, melaksanakan kehendak ilahi di atas dunia ini, yang timbul dari iman dan amla shaleh hendaklah beredar atas sumbu kepribadian yang diperteguh dengan shalat, zakat, dan taat menurut Rasul. Kalau ini ditegakkan maka rahmat yang dicita-citakan itu pasti tercapai.

Rahmat apakah itu?

Rasa dendam hilang, karena semua orang berlomba-lomba mengerjakan kebaikan. Rasa benci tidak berpengaruh, sebab yang kaya mencintai yang miskin dan yang kuat menuntun tangan yang lemah supaya dia terangkat naik, bukan menindasnya. Setiap orang merasai terjamin hak kemerdekaan dan kebebasannya, sebab kemerdekaan itu timbul dari dalam jiwanya sendiri.

Photo Credit: Silaturahim

Jakarta, 8 Sya’ban 1439 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.