Beberapa waktu yang lalu, kita sudah membahas tentang Janji Ilahi dan Pengaharapan. Sebagai umat Nabi Muhammad shalaullahhu 'alaihi wassalam, kita tidak boleh putus asa. Untuk mendapatkan warisan yang dijanjikan Allah tentu kita harus memperkuat jiwa dalam memikul syaratnya. untuk menguatkan pribadi menghadapi segala kesulitan dan penderitaan mencapai
tujuan itu, hendaklah selalu jiwa dikuatkan, sehingga tahan kena badai dan iman
serta amal saleh itu tidak luntur.
Bagaimana
cara memperkuat jiwa itu?
Dengan
sholat, iman tadi diperkuat. Dengan shalat, perasaan yang halus dan cinta yang
suci kepada Ilahi dijadikan imbangan bagi akal yang selalu menerawang. Shalat
memperkuat pribadi, shalat menjadi waktu istirahat untuk mencari kekuatan yang
baru. Dengan shalat, petunjuk pun datang. Sehingga yang gelap, terang kembali,
karena pelita telah ada dalam hati.
Apalagi
dengan shalat berjamaah, maka masyarakat selalu rapat. Sebab di ayat yang lain
(surah asy-syuuraa ayat 38) dijelaskan benar bagaimana hubungan shalat itu
dengan kemasyarakatan, dengan musyawarah mengurus urusan-urusan bersama.
“ Dan
(bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.”
Shalat
bukan tempat lari, melainkan untuk mencari kekuatan menghadapi tugas, peneguh
iman, dan memperkuat hubungan (human relation).
Sesudah
mengerjakan shalat hendaklah diiringi dengan membayar zakat.
Kalau dengan shalat memperteguhkan iman, maka
zakat adalah untuk memperteguh amal shaleh. Zakat bukanlah semata-mata suatu
amal sukarela, tetapi suatu kewajiban keagamaan, yang tidak sah keislaman kelau
tidak ada dia, yakni apabila harta yang dizakatkan itu telah cukup nisab
(bilangan) dan sampai tahunnya.
Dengan
sebab zakat, seorang Muslim menjadi orang masyarakat, bukan semata-mata beramal
untuk diri sendiri. Dengan zakat yang kaya membela yang miskin. Dengan zakat
penyakit bakhil dapat diubah dari diri sendiri. Kebakhilan adalah penghalang
besar bagi menegakkan suatu cita-cita.
Kemudian
itu hendaklah taat kepada pimpinan Rasul. Sebagaimana ketentraman hendaklah
taat kepada pimpinan tertinggi, hendaklah tunduk kepada satu komandan, demikianlah
juga beramal dalam Islam militan sifatnya. Shalat lima waktu sehati semalam
dengan berjamaah dan bershaf, adalah bibit pertama dari disiplin. Shalat
berjamaah mempunyai imam. Seorang mukmin tidak boleh takbir sebelum imam, tidak
boleh sujud sebelum imam, dan tidak boleh mengangkat kepala dahulu dari imam.
Dan kemudian dari itu, sehabis shalat hendaklah setiap orang berusaha mencari
kehidupan dan yang mampu memberikan pembagian hasil pencariannyaitu untuk yang
lemah dan melarat.
Sebagian
pula dari hasil harta bendak zakat itu hendaklah digunakan untuk sabilillah,
baik untuk sabilillah berperang atau untuk sabilillah dakwah. Dan segala tindak
tanduk hidup hendaklah diselaraskan dengan tuntunan yang diberikan oleh
Rasulullah, utusan Allah. Jangan mempunyai atau membuat aturan sendiri, yang
berlainan dengan tuntunan Rasul. Jangan hendak lebih cerdik dari Rasul.
Teknik
bisa berubah dari suatu zaman ke zaman lain, Islam pun mengakui pengaruh ruang
dan waktu, (Tathbiqul umuri biz
zamani wal makani), dan Rasulullah pun menyuruh kita mempergunakan akal dan
ijtihad buat menempuh segala kesulitan, karena seorang pejuang harus mengerti
perubahan cuaca dan medan pertempuran, tetapi pokok ajaran Rasul yaitu, bahwa
kedatangan beliau adalah membawa rahmat bagi seluruh alam, tidaklah boleh
berubah selama-lamanya.
Di ayat
56 itu sudah jelas, cita-cita untuk menyambut warisan, melaksanakan kehendak
ilahi di atas dunia ini, yang timbul dari iman dan amla shaleh hendaklah
beredar atas sumbu kepribadian yang diperteguh dengan shalat, zakat, dan taat
menurut Rasul. Kalau ini ditegakkan maka rahmat yang dicita-citakan itu pasti
tercapai.
Rahmat
apakah itu?
Rasa
dendam hilang, karena semua orang berlomba-lomba mengerjakan kebaikan. Rasa
benci tidak berpengaruh, sebab yang kaya mencintai yang miskin dan yang kuat
menuntun tangan yang lemah supaya dia terangkat naik, bukan menindasnya. Setiap
orang merasai terjamin hak kemerdekaan dan kebebasannya, sebab kemerdekaan itu
timbul dari dalam jiwanya sendiri.
Photo Credit: Silaturahim
Photo Credit: Silaturahim
Jakarta,
8 Sya’ban 1439 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.