Cuaca saat
itu sangat terik. Jalanan penuh dengan berbagai pemandangan unik dan menarik
untuk dinikmati. Sambil menikmati audio motivasi dan ditemani buku bacaan saya
sangat menikmati perjalanan menggunakan bus transjakarta. Ini adalah salah satu
keputusan yang saya buat 2 tahun yang lalu ketika mendapatkan tugas belajar di
Ibukota Negara.
Ada
beberapa pekerjaan yang harus saya selesaikan hari itu, seminar yang harus saya
ikuti, dan janji yang harus saya penuhi. Salah satunya adalah pertemuan dengan
sosok yang tidak lagi asing di mata dan sanubari saya. Ia yang menjembatani
saya untuk lebih merasakan manisnya iman, nikmatnya menjadi seorang mukmin
sejati, mengenalkan kepada Robb yang Maha Memelihara, Maha Mendidik, dan Maha
Memberi Rezeki.
Seperti
biasa, kebiasaan itu tidak pernah berubah hingga hari ini, telah 10 tahun berlalu saat saya baru tamat di
bangku SMA. Ketika sedang mengunjungi keluarganya di Jakarta, Ustadz
Abdulrahman, Lc menghubungi kami semua. Ya semua murid yang pernah menimba
ilmu, berjalan bersama, makan bersama, sholat bersama, berpuasa bersama. Di
atas kebersamaan itulah hati kami terjalin dan menyatu untuk selalu mengingat
saat-saat sulit di awal-awal dakwah di tanah kelahiran saya di Arga Makmur.
Saya
sangat meyakini hingga saat ini, selain doa dari seorang Ibu, kami sangat
beruntung memiliki guru yang tulus ikhlas dan tawadhu seperti beliau. Dengan
gelar akademik yang di dapatkannya di Yaman dan memilih untuk menetap dan
menyebarkan dakwah ke pelosok-pelosok provinsi Bengkulu. Tentu ini bukan
keputusan yang mudah, tapi akan berbuah hingga waktunya tiba.
Saya
masih ingat, bagaimana orang-orang memandang dengan sebelah mata sosok dai yang
tulus ikhlas membina para pemuda yang kelihatannya tidak memiliki masa depan
yang cerah. Beliau sangat terampil dan piawai untuk menyentuh hati para murid
sekaligus sahabat-sahabatnya di jalan Allah.
Kami
memutuskan untuk bertemu di Toko Buku Walisongo saat itu, karena tidak jauh
dari salah satu rumah keluarga beliau di Senen dan sahabat yang ingin kami
kunjungi tinggal di sekitar sana. Saat itu, ia membawa salah satu sepupunya
yang baru lulus dan bekerja di UI Salemba. Setelah sholat, maghrib kami
langsung bergegas untuk mengunjungi salah satu sahabat kami mengaji dahulu, namanya
Edo.
Setibanya
sampai di tujuan, kami di sambut oleh Edo dengan ramah. Malu-malu bercampur
bahagia tampak di ronah wajah Edo yang tentu umurnya jauh lebih muda dari saya.
Ia masih tidak habis berpikir, seorang ulama besar (tentu saat ini di Arga Makmur,
pandangan dan pendapat keagamaan beliau menjadi penting karena dekat dengan
semua kalangan, termasuk Bupati).
Ini
adalah salah satu karakter yang sangat menarik dari beliau. Tidak pernah bosan
dan gengsi untuk mendatangi murid-muridnya. Saya pikir, mungkin salah satu
tradisi di yaman adalah para guru-guru mereka sangat perhatian dengan
murid-muridnya sehingga karakter itu sangat melekat dalam diri mereka.
Baca juga: Manusia Langit yang Membumi
Baca juga: Manusia Langit yang Membumi
Ketika
kami memasuki kosan Edo, dengan badan yang besar dan tinggi tentu Ustadz
Abdulrahman, sedikit menunduk dan harus menaiki tangga untuk sampai ke lantai 2
tempat kami akan berbincang tepat di samping kamar Edo. Tampak, Edo terus saja
merasa tidak enak karena menjamu seorang Ustadz di tempatnya yang kecil, lampu
yang seadanya, tidak terang dan tidak pula terlalu gelap. Kursi kecil berjejer
rapi di ruang tengah dengan satu meja menghadap sebuah WC.
Saat
itulah, perbincangan kami dimulai.
Beliau
selalu memantau bagaimana perkembangan kami, kabar terbaru, aktivitas,
kejadian-kejadian apa saja yang pernah di jalani. Ada banyak hal yang kami
perbincangkan saat itu. Seperti biasa, beliau sangat sedikit mengeluarkan
nasehat kecuali jika ada pertanyaan yang harus di jawab. Ia tahu kapan saat
yang tepat, untuk menyampaikan dan selalu saja nasehat yang disampaikan padat,
ringkat, dan mengena.
Kami memulainya dengan makan malam bersama, tentu menggunakan aplikasi *****. Setelah itu, perbincangan pun dimulai.
Apa isi
perbincangan itu? Semoga akan kita sambung lain waktu ya.
Maaf,
belum bisa merampungkan tulisannya. InsyaAllah besok kita akan bahas isi
perbincangannya. (RSP)
Baca di sini yang apa yang kami perbincangkan : Janji Ilahi dan Pengharapan
Baca di sini yang apa yang kami perbincangkan : Janji Ilahi dan Pengharapan
Photo Credit: sewa-apartemen
Jakarta,
1 Syaban 1439 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.