Senin, 20 Februari 2017

Smartphone dan Manusia

Bagaimana perasaan Anda jika sedang bertemu/ berbicara dengan seseorang tetapi ia hanya sibuk dengan gadgetnya? Apa Anda sering mengalami hal ini? atau termasuk pelaku?he

Ada sebuah kisah yang masih hangat dalam ingatan saya. Saat sedang makan seorang Ibu tampak berhadapan dengan seorang anak muda yang berperawakan tampan, berkulit putih, tinggi, dan berbadan besar.

Ketika sedang asyik makan, seorang Ibu itu memandangi pemuda yang sedang makan sambil asyik dengan gadgetnya. Tiba-tiba terjadilah dialog yang tidak diduga.

“Dek, bisa ga berhenti main gadgetnya. Di depanmu ini sekarang ada Bunda bukan robot” tutur sang Ibu.

Sang pemuda menjawab dengan nada rendah  sambil meletakkan gadgetnya di meja makan “Oke Bunda, maaf ya”

Saya baru tahu, ternyata mereka adalah Ibu dan anak. Tetapi dari tadi terlihat seperti orang asing, karena tidak ada sepatah kata pun yang terucap baik sebelum maupun saat makan.

Sebagian besar manusia modern hari ini tentu tidak bisa lepas dari benda ajaib yang satu ini. kehadiran smartphone telah membuat banyak pekerjaan kita menjadi lebih mudah. Waktu yang kita gunakan lebih efektif dan efisien. Biaya yang kita gunakan bisa ditekan dengan kehadiran smartphone. Tetapi, kita tidak bisa memungkiri ada sisi negatif yang melanda si pengguna. Apa itu?

Manusia bisa diibaratkan seperti handphone. Kita semua sepakat bagian terpenting smartphone adalah baterai dan sinyal. Sebagus apa pun mereknya, jika tidak memiliki batrei maka ia tidak akan bisa berfungsi. Begitu juga, jika tidak ada sinyak maka ia tidak bisa terkoneksi dengan smartphone atau dunia luar.

Apa pelajarannya yang bisa kita ambil dari smartphone ini? Bagian terpenting manusia adalah fisik (baterai) dan koneksitas (sinyal). Percuma baterainya penuh tetapi tidak ada sinyal. Percuma fisiknya tampan/ cantik, tinggi besar, sehat tetapi saat diajak ngobrol tidak “nyambung”.

Bukannya tidak boleh menggunakan smartphone. Tetapi kita harus lebih bijak kapan saat yang baik menggunakannya. Saya pun beberapa bulan ini kembali belajar untuk mengurangi penggunaan benda canggih ini.  ternyata lebih hidup, karena bisa berinteraksi dengan orang lain lebih dalam.

Percuma bila hadir dalam rapat/ pertemuan tetapi ia hanya sibuk dengan gadgetnya. Dimintai pendapat “No comment/ pas” he. Lalu ujungnya, ” ikut aja deh. “

Percuma bila secara fisik berada bersama keluarga tetapi pikiran dan hatinya tidak nyambung dengan keluarga, pikirannya melayang entah kemana, kosentrasi dan hatinya tidak untuk keluarga. Itu ibarat smartphone dengan baterai full tetapi tidak ada sinyal. Usahakanlah fisik selalu sehat, pikiran dan hatinya selalu connect dengan sekitarnya.

Percuma juga bila secara fisik Anda datang ke kantor tetapi pikiran dan hatinya tidak connect dengan pekerjaan. Ibarat smartphone, baterai full tetapi tidak ada sinyal. Tidak bisa digunakan untuk hal-hal yang seharusnya.

Jaga fisik Anda dan jaga juga koneksi Anda. Biasakan untuk selalu terkoneksi dengan orang-orang di sekitar Anda. Hindari sibuk bermain gadget sementara Anda sedang bersama keluarga, sahabat, mitra kerja dan orang lain. Fisik ada tetapi tidak terkoneksi. Jadilah manusia yang fisik dan sinyalnya kuat. Setuju?

Mulai sekarang yuk kita menjalani hidup sepenuhnya di alam nyata. Lebih asyik, lebih segar, lebih menyehatkan, dan tentunya dalam bahasa orang jawa lebih ngewongke.

Semoga kita lebih bijak menggunakan smartphone hari ini.

Gambar: Wainscot Media

Jakarta, 23 Jumadil Awal 1438 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.