Kamis, 09 Februari 2017

Tanda Kebaikan Islam Seseorang

Bagaimana cara mengetahui Kebaikan Islam seseorang? Apakah tanda kebaikannya diukur dari pakaian yang ia gunakan? Bisa saja. Apakah di ukur dari panjangnya jenggot? Tetapi yang jelas, ada satu kriteria yang berikan Nabi Muhammad Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam untuk mengetahui tanda kebaikan Islam seseorang.

Merubah tampilan fisik lebih mudah daripada tampilan batin. Jika punya uang, kita bisa membeli pakaian yang mencerminkan kita sebagai pribadi yang sholeh dan sholeha. Tetapi, jika kita menginginkan kehidupan yang  membaik dari hari ke hari yuk kita resapi hadits berikut.

Diriwayatkan dari Abi Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah telah bersabda: "Termasuk dari kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak penting baginya."(H.R Tirmidzi dan periwayat lainnya).

Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan dalam kitabnya "Al-Arba'in" bahwa derajat hadits ini hasan. Syaikh Salim Al-Hilali (Murid Syaikh Al-Albani rahimahullah) dalam kitabnya Shahih Al-Adzkar wa dhi'fuhu bahwa derajatnya shahih lighorihi (shahih karena adanya riwayat yang lainnya). Jadi hadits ini bisa dijadikan dasar untuk beramal.

Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan "Hadits ini merupakan pondasi yang sangat agung diantara pondasi adab." Beliau mengatakan dalam "Jami'ul 'Ulum wal Hikam" 'Sesungguhnya barangsiapa yang baik Islamnya pasti ia meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak penting/bermanfaat baginya." Ukuran penting atau bergunanya itu tentu ditimbang dari syari'at, bukan menurut rasio atau akal, atau hawa nafsu.

Termasuk meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak penting ialah meninggalkan yang makruh, samar-samar, bahkan berlebih-lebihan dalam masalah mubah.

Imam Ibnu Rajab mengatakan pula "Kebanyakan pendapat tentang meninggalkan apa-apa yang tidak berguna ialah menjaga lisan dari apa-apa yang tidak berguna, seperti umpatan, dll"

Saudaraku yang dirahmati Allah

Kita sama-sama melihat kondisi negeri ini di berbagai media. Memprihatinkan, gemas, cemas, sebagian ingin marah. Kenapa? Salah satu faktornya adalah kelemahan kita dalam menahan untuk berucap seseuatu yang tidak penting. Jika mengucapkan sesuatu yang tidak penting saja hendaknya kita tinggalkan, lalu bagaimana dengan perkara-perkara yang bila kita ucapkan bisa mendatangkan polemik di tengah masyarakat luas?

Semakin rumit situasi yang dihadapi kita saat ini, baik sebagai individu, masyarakat, dan bangsa. Maka semakin yakinlah bahwa Islam merupakan solusi untuk mengakhiri ini semua. Tetapi, masih saja orang-orang yang belum memahami islam dengan baik phobia mendengar islam. Kenapa? Bisa jadi karena kemuliaan islam tertutupi oleh tingkah laku kaum muslimin yang minim menjadi teladan di tengah-tengah umat.


Bahkan dalam berucap seorang muslim yang baik meyakini betul firman Allah " Tidaklah seseorang mengucapkan sesuatu ucapan kecuali ada malaikat yang mengawasi dan mencatat"(Qaaf: 18).

Umar bin Abdul Aziz berkata "Barangsiapa yang membandingkan antara ucapan dan perbuatannya, maka ia tidak akan berbicara kecuali hanya dalam hal yang penting saja."

Imam An-Nawawi berkata "Ketahuilah, setiap mukallaf (orang yang dewasa dan terbebani hukum syari'at) diharuskan untuk menjaga lisannya kecuali untuk hal-hal yang mengandung maslahat/kebaikan. Apabila sama maslahatnya, jika ia berkata ataupun diam, sunnah untuk menahannya, karena kata-kata yang mubah dapat menjerumuskan seeorang dalam hal-hal yang haram atau makruh, dan ini sering terjadi. Padahal mencari keselamatan itu tak ada bandingannya."

Imam Ibnu Qoyyim berkata "Menjaga lisan ialah dimaksudkan agar seseorang jangan sampai mengatakan hal yang sia-sia. Apabila hendak berkata, maka hendaknya dipikirkan apakah ada manfaat bagi dien/ agamanya. Apakah akan terdapat manfaat dari apa yang diucapkannya itu? Jika bermanfaat, maka katakan lagi, adakah kata-kata yang lain yang lebih bermanfaat atau tidak?(Dari kitab Ad-Daa'u wad Dawaa').

Kata beliau juga "Adalah sangat mengherankan orang bisa menghindari dari hal-hal yang haram, berzina, mabuk-mabukan, mencuri, memandang hal yang diharamkan, dan lainnya, tetapi sulit menjaga gerakan lisannya. Sampai-sampai ada orang yang dipandang ahli ibadah, zuhud, tetapi ia berbicara dengan ucapan yang tanpa ia sangka telah mendatangkan murka Allah." Ancaman itu sebagaimana dalam hadits Nabi "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kata-kata, ia tidak memikirkan (baik/buruk) didalamnya maka ia tergelincir disebabkan kata-katanya itu ke dalam neraka sejauh timur dan barat" (HR.Bukhari Muslim)

Seorang 'Alim negeri Saudi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah dalam kitabnya Syarah Riyadhus Shalihin menasehatkan beberapa hal.

Seorang Muslim yang ingin baik Islamnya maka hendaklah ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Contohnya, jika engkau bingung, apakah mengerjakan sesuatu atau tidak jadi, maka lihatlah apakah ia mengandung manfaat dalam agamamu dan dunia, atau tidak penting. Jika penting, maka lakukanlah, jika tidak maka tinggalkanlah karena mencari keselamatan harus diutamakan.


Demikian pula jangan pula mencampuri urusan orang lain jika kamu tidak ada kepentingan terhadapnya. Janganlah seperti kebanyakan orang hari ini, dimana rasa ingin tahu terhadap masalah yang sedang dibicarakan oleh dua orang mendorongnya untuk mendatangi keduanya itu dan mencampurinya.

Jika satu hadits nabi saja mampu membuat kita menata kehidupan lebih produktif, efisien, dan efektif. Bagaimana jika kita masuk secara keseluruhan di bawah naungan Al-Qur’an dan Hadits ?

Semoga Keselamatan, rahmat, dan barokah Allah selalu menyertai kita semua.


Dinukil dari buku “Keselamatan Insan dengan Menjaga Lisan” oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz

Gambar: Google

Jakarta,  12 Jumadil Awal 1438 H

2 komentar:

  1. Masyaallah...
    Teruslah menulis :)

    BalasHapus
  2. In Syaa Allah. Semoga Allah beri taufik dan hidayah untuk selalu menebar manfaat.

    Terima Kasih

    BalasHapus

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.