Bagaimana
cara mengetahui Kebaikan Islam seseorang? Apakah tanda kebaikannya diukur dari
pakaian yang ia gunakan? Bisa saja. Apakah di ukur dari panjangnya jenggot? Tetapi
yang jelas, ada satu kriteria yang berikan Nabi Muhammad Sholaullohhu ‘Alaihi
Wassalam untuk mengetahui tanda kebaikan Islam seseorang.
Merubah
tampilan fisik lebih mudah daripada tampilan batin. Jika punya uang, kita bisa
membeli pakaian yang mencerminkan kita sebagai pribadi yang sholeh dan sholeha.
Tetapi, jika kita menginginkan kehidupan yang
membaik dari hari ke hari yuk kita resapi hadits berikut.
Diriwayatkan
dari Abi Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah telah bersabda: "Termasuk
dari kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak penting
baginya."(H.R Tirmidzi dan periwayat lainnya).
Imam
An-Nawawi rahimahullah mengatakan dalam kitabnya "Al-Arba'in" bahwa
derajat hadits ini hasan. Syaikh Salim Al-Hilali (Murid Syaikh Al-Albani
rahimahullah) dalam kitabnya Shahih Al-Adzkar wa dhi'fuhu bahwa derajatnya
shahih lighorihi (shahih karena adanya riwayat yang lainnya). Jadi hadits ini
bisa dijadikan dasar untuk beramal.
Imam Ibnu
Rajab rahimahullah mengatakan "Hadits ini merupakan pondasi yang sangat
agung diantara pondasi adab." Beliau mengatakan dalam "Jami'ul 'Ulum
wal Hikam" 'Sesungguhnya barangsiapa yang baik Islamnya pasti ia
meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak penting/bermanfaat baginya."
Ukuran penting atau bergunanya itu tentu ditimbang dari syari'at, bukan menurut
rasio atau akal, atau hawa nafsu.
Termasuk
meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak penting ialah meninggalkan yang
makruh, samar-samar, bahkan berlebih-lebihan dalam masalah mubah.
Imam Ibnu
Rajab mengatakan pula "Kebanyakan pendapat tentang meninggalkan apa-apa
yang tidak berguna ialah menjaga lisan dari apa-apa yang tidak berguna, seperti
umpatan, dll"
Saudaraku yang
dirahmati Allah
Kita
sama-sama melihat kondisi negeri ini di berbagai media. Memprihatinkan, gemas,
cemas, sebagian ingin marah. Kenapa? Salah satu faktornya adalah kelemahan kita
dalam menahan untuk berucap seseuatu yang tidak penting. Jika mengucapkan
sesuatu yang tidak penting saja hendaknya kita tinggalkan, lalu bagaimana
dengan perkara-perkara yang bila kita ucapkan bisa mendatangkan polemik di tengah
masyarakat luas?
Semakin
rumit situasi yang dihadapi kita saat ini, baik sebagai individu, masyarakat,
dan bangsa. Maka semakin yakinlah bahwa Islam merupakan solusi untuk mengakhiri
ini semua. Tetapi, masih saja orang-orang yang belum memahami islam dengan baik
phobia mendengar islam. Kenapa? Bisa jadi karena kemuliaan islam tertutupi oleh
tingkah laku kaum muslimin yang minim menjadi teladan di tengah-tengah umat.
Bahkan
dalam berucap seorang muslim yang baik meyakini betul firman Allah " Tidaklah seseorang mengucapkan sesuatu ucapan kecuali ada
malaikat yang mengawasi dan mencatat"(Qaaf: 18).
Umar bin
Abdul Aziz berkata "Barangsiapa yang membandingkan antara ucapan dan perbuatannya,
maka ia tidak akan berbicara kecuali hanya dalam hal yang penting saja."
Imam
An-Nawawi berkata "Ketahuilah, setiap mukallaf (orang yang dewasa dan
terbebani hukum syari'at) diharuskan untuk menjaga lisannya kecuali untuk
hal-hal yang mengandung maslahat/kebaikan. Apabila sama maslahatnya, jika ia
berkata ataupun diam, sunnah untuk menahannya, karena kata-kata yang mubah
dapat menjerumuskan seeorang dalam hal-hal yang haram atau makruh, dan ini
sering terjadi. Padahal mencari keselamatan itu tak ada bandingannya."
Imam Ibnu
Qoyyim berkata "Menjaga lisan ialah dimaksudkan agar seseorang jangan
sampai mengatakan hal yang sia-sia. Apabila hendak berkata, maka hendaknya
dipikirkan apakah ada manfaat bagi dien/ agamanya. Apakah akan terdapat manfaat
dari apa yang diucapkannya itu? Jika bermanfaat, maka katakan lagi, adakah
kata-kata yang lain yang lebih bermanfaat atau tidak?(Dari kitab Ad-Daa'u wad
Dawaa').
Kata beliau
juga "Adalah sangat mengherankan orang bisa menghindari dari hal-hal yang
haram, berzina, mabuk-mabukan, mencuri, memandang hal yang diharamkan, dan
lainnya, tetapi sulit menjaga gerakan lisannya. Sampai-sampai ada orang yang
dipandang ahli ibadah, zuhud, tetapi ia berbicara dengan ucapan yang tanpa ia
sangka telah mendatangkan murka Allah." Ancaman itu sebagaimana dalam
hadits Nabi "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kata-kata, ia tidak
memikirkan (baik/buruk) didalamnya maka ia tergelincir disebabkan kata-katanya
itu ke dalam neraka sejauh timur dan barat" (HR.Bukhari Muslim)
Seorang
'Alim negeri Saudi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah dalam
kitabnya Syarah Riyadhus Shalihin menasehatkan beberapa hal.
Seorang
Muslim yang ingin baik Islamnya maka hendaklah ia meninggalkan hal-hal yang
tidak bermanfaat. Contohnya, jika engkau bingung, apakah mengerjakan sesuatu
atau tidak jadi, maka lihatlah apakah ia mengandung manfaat dalam agamamu dan
dunia, atau tidak penting. Jika penting, maka lakukanlah, jika tidak maka
tinggalkanlah karena mencari keselamatan harus diutamakan.
Demikian
pula jangan pula mencampuri urusan orang lain jika kamu tidak ada kepentingan
terhadapnya. Janganlah seperti kebanyakan orang hari ini, dimana rasa ingin
tahu terhadap masalah yang sedang dibicarakan oleh dua orang mendorongnya untuk
mendatangi keduanya itu dan mencampurinya.
Jika satu
hadits nabi saja mampu membuat kita menata kehidupan lebih produktif, efisien,
dan efektif. Bagaimana jika kita masuk secara keseluruhan di bawah naungan
Al-Qur’an dan Hadits ?
Semoga Keselamatan,
rahmat, dan barokah Allah selalu menyertai kita semua.
Dinukil
dari buku “Keselamatan Insan dengan Menjaga Lisan” oleh: Ustadz Fariq Gasim
Anuz
Gambar: Google
Jakarta, 12 Jumadil Awal 1438 H
Masyaallah...
BalasHapusTeruslah menulis :)
In Syaa Allah. Semoga Allah beri taufik dan hidayah untuk selalu menebar manfaat.
BalasHapusTerima Kasih