Dengan Nama
Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Saudaraku,
ada kalanya hidup ini berjalan tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Di satu sisi kita selalu tersenyum dan bangga
dengan keberhasilan yang telah kita raih. Di saat lain kita diseret untuk
merasakan kesulitan dan keperihan hidup dengan kondisi yang hadir tanpa bisa
kita duga.
Manusia secara
umum tentu menginginkan hal-hal yang mengenakkan terjadi dalam hidupnya, tapi
fakta berbicara lain. Sepintar apa pun seseorang, uang berlimpah, koneksi yang
banyak, bukan jaminan bagi manusia untuk menghindarkan diri dari takdir Allah.
Ada hal yang kita anggap baik untuk diri kita hari
ini dan masa depan yang cerah sesuai rencana yang kita buat, hancur berantakan
dan kita dilanda keputusasaan yang akut. Terkadang kekhawatiran, kesedihan, dan
ketakutan kita hari ini karena kita tidak memahami apa yang akan kita dapatkan
dikemudian hari.
Beragam problema
hidup yang kita alami hari ini atau melihat orang-orang terdekat mengalami
kesulitan hidup bukan hal yang mudah. Ada yang ditimpa penyakit bertahun-tahun,
sebagian tidak diterima di Perguruan Tinggi yang ia idam-idamkan, Profesional
yang di PHK oleh Perusahaan tempat ia bekerja, gagal meraih beasiswa yang ia
impikan, penempatan kerja yang jauh dan terpencil, usaha yang belum juga
menghasilkan profit, atau gagal dalam meminang pasangan hidup.
“...Tetapi boleh jadi kamu tidak
menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal itu tidk baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (Q.S.
Al-Baqarah: 216)
Ayat ini
memang berbicara dalam konteks perang, tetapi dalam ayat ini terkandung banyak
hikmah, rahasia, dan kemaslahatan bagi seorang hamba.
Diantaranya adalah
apabila seseorang hamba mengetahui bahwa sesuatu yang dicintai, dan sesuatu
yang dicintainya terkadang justru mendatangkan sesuatu yang dibenci. Maka ia
tidak akan merasa aman dari bahaya pada saat dianugrahi kebahagiaan, dan tidak
akan putus asa untuk memperoleh kebahagiaan ketika ditimpa kesulitan.
Mengapa seorang
berbuat seperti itu? Karena ia tidak mengetahui kesudahan dibalik semua itu. Dan,
hanya Allah yang mengetahuinya, sebagaimana Dia mengetahui hal-hal lainnya yang
tidak diketahui oleh hamba-Nya.
Terkadang seseorang
marah dan kecewa kenapa ia di PHK, tetapi puluhan tahun kemudian ia bersyukur
kalau tidak di PHK 10 tahun yang lalu ia tidak akan menjadi sukses seperti
sekarang.
Terkadang seorang
anak malas-malasan untuk belajar dan berlatih untuk kebaikannya di masa depan. Menganggap
orang tuanya jahat dan ia hanya memiliki sedikit waktu bermain. Tetapi setelah
dewasa ia merasakan manisnya pendidikan orang tuanya telah mengantarkan ia
menjadi orang yang berguna untuk orang banyak.
Pasangan
yang kehilangan sang kekasih pun mengalami kehampaan jiwa, meratap, merintih,
dan timbul pikiran ingin mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Lalu ia berpikir
ulang dan mendapatkan hidayah untuk lebih dekat kepada Pencipta-Nya. Menjadi pribadi
yang lebih baik, lebih soleh dan sholehan, tegar menjalani hidup, mandiri,
smart, merasa dicintai oleh banyak orang dan mencintai sesama makhluk Allah.
Pengetahuan seorang
hamba bahwa sesuatu yang dibenci terkadang mendatangkan sesuatu yang dicintai
dan sesuatu yang dicintai terkadang mendatangkan sesuatu yang dibenci. Itulah pelajaran
berharga yang saya dapat dalam hidup ini.
Terkadang kesuksesan
itu bersembunyi di balik kegagalan-kegagalan sementara yang kita terima. Tetapi
jika kita ikhas dan berani melangkah dari masa lalu kita akan merasakan
manisnya rencana Sang Maha Kuasa.
Lalu apa
yang harus kita lakukan?
Do it. Lakukan saja perintah-Nya.
Sebagai seorang
hamba sekarang saya sadar tidak ada pangkat dan kedudukan yang lebih tinggi
dalam hidup kecuali menjadi hamba Allah. Karena pengabdian kita kepada yang
Maha Kaya, Maha Bijaksana, Maha Pemberi Rezeki, Maha Penyayang, dan Maha
segalanya.
Untuk itu,
tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba daripada
melaksanakan perintah Allah, meski hal itu terasa berat bagi dirinya.
Anda tahu
apa alasannya? Sebab buah dari semua pelaksanaan perintah atau kewajiban pasti
berupa kebaikan, kebahagiaan, kenikmatan dan kegembiraan. Walaupun jiwa manusia
pada dasarnya tidak suka melaksanakan perintah, tidak ingin diperintah oleh
siapa pun, namun sebenarnya melaksanakan perintah itu merupakan kebaikan
baginya dan mengandung perkara yang sangat bermanfaat bagi kehidupannya.
Bagaimana kalau
kita tetap ngotot menghindar dan tidak melaksanakan perintah-Nya?
Baiklah,
kita sering menemukan orang yang hatinya tidak bisa ditundukkan oleh nasehat
apa pun dan siapa pun, maka dalam waktu yang lain kita akan melihat dan
mendengar dirinya akan dilanda ujian untuk menundukkan dirinya agar berserah
diri, tunduk, dan memohon pertolongan kepada Sang Kholik.
Tidak ada
yang lebih membahayakan seorang hamba daripada melanggar larangan Allah, meski
perkara tersebut lebih disenangi dan disukai hawa nafsunya. Karena akibat dari
semua pelanggaran adalah kepedihan, kesedihan, keburukan, dan musibah. Tanpa sadar
itu semua datang melanda umat manusia agar kita segera kembali kepada-Nya. Dengan
jelan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Saudaraku
yang baik hatinya dan sedang bersungguh-sungguh untuk memperbaiki kehidupan
untuk keluarga dan sesama.
Akal yang
Allah anugrahkan, jika kita menjaganya dengan baik akan menuntut kesabaran
dalam menghadapi sedikit penderitaan, demi memperoleh kenikmatan yang besar dan
kebaikan yang melimpah akal pun menganjurkan untuk menjauhi sedikit kenikmatan,
demi menghindari penderitaan yang besar dan keburukan yang berkepanjangan.
Sayangnya,
kebanyakan manusia mengeluh, meratap, bersedih karena pandangan orang yang
jahil (akan petunjuk-Nya) tidak akan mampu menembuh hikmah di balik peristiwa. Sedangkan
pandangan orang yang cerdas selalu bisa menembus hikmah yang tersembunyi di
balik peristiwa, sejak pertama kali peristiwa itu terjadi. Karena, sejak awal
ia sudah bisa mengintip hikmah tersebut dari balik tabir peristiwa, apakah
hikmah itu berupa kebaikan atau pun berupa keburukan.
Orang yang
cerdas melihat larangan Allah seperti makanan lezat tapi mengandung racun yang
mematikan. Setiap kali kelezatan makanan itu menggugah seleranya, setiap itu
pula keberadaan racun di dalamnya mencegahnya untuk memakannya.
Di sisi
lain, ia memandang perintah Allah bagaikan obat yang pahit, tetapi menyehatkan
dan dapat menyembuhkan penyakit. Setiap kali rasa tidak enak terbayangkan
olehnya dan menghalanginya untuk meminum obat tersebut, setiap itu pula harapan
kesembuhan mendorongnya dengan kuat untuk meminumnya.
Apa yang
kita butuhkan?
Tentu hal
tersebut membutuhkan ilmu yang bisa membuat seseorang mengetahui hikmah di
balik peristiwa. Setelah itu, kita membutuhkan kesebaran yang menguatkan jiwa
untuk menempuh jalan yang sulit dan terjal, demi menggapai cita-cita di akhir perjalanan.
Apabila seseorang
tidak memiliki keyakinan dan kesabaran, niscaya ia tidak akan mencapai tujuan
itu. Tapi jika keyakinan dan kesabarannya kuat, mudah baginya menanggung segala
kesulitan dalam meraih kebaikan dan kesenangan abadi.
Yakinlah,
ketika kita mengerahkan seluruh upaya yang terbaik sebagai manusia. Serahkan kepada
Allah hasilnya. Lalu perhatikan apa yang akan terjadi.
Semoga Allah
selalu memberi kekuatan kepada kita semua, karena Tiada daya dan upaya kecuali
karena Allah.
Foto : Succes
Foto : Succes
Jakarta, 3
Dzulhijjah 1437 H
Hamba Allah yang
selalu mengharap Ridho dan Ampunan-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.