Jumat, 09 September 2016

Perjalanan Dalam Menggapai Hidayah dan Kesesatan


Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Setiap orang pasti memiliki pengalaman tersendiri ketika pertama kali mendapatkan hidayah Islam. Salah satu guru saya pernah berkata, jika seseorang mendapatkan nikmat agama, tetapi tidak mendapatkan nikmat dunia maka ia masih beruntung. jika seseorang mendapatkan nikmat dunia, tetapi tidak mendapatkan nikmat agama maka ia merugi. jika ia tidak mendapatkan nikmat dunia dan nikmat agama maka ia celaka. kalau ada orang yang mendapatkan nikmat dunia dan agama itu hanya bonus.

Saudaraku, terkadang seseorang bertanya dalam dirinya, mengapa saya tidak merasakan kebahagiaan dalam hidup? Dimana saya harus mencari kebahagiaan? pertanyaan itu bukan hanya ditanyakan oleh orang yang tidak mendapatkan nikmat dunia. Tetapi, banyak juga ditanyakan oleh orang yang telah meraih puncak kenikmatan dunia lalu merasa kehampaan dalam hidup.

Lalu bagaimana perjalanan seseorang menggapai hidayah? Apa yang harus dilakukan agar hidayah bisa hadir dalam kehidupan seseorang? Mengapa ada orang yang tetap dalam kesesatan?




فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ


"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. "(Q.S. Al-An'aam: 125)

Hidayah itu ada ditangan-Nya, dan begitu juga kesesatan. Allah akan memberikan petunjuk dengan rahmat-Nya kepada yang Dia kehendaki dan Dia menyesatkan atas kebijakan-Nya kepada yang  Dia kehendaki.

Pada setiap petunjuk ada Sunnatullah, maka barangsiapa yang MENCARI dan menginginkannya, maka Allah mengetahuinya dan akan mempermudah jalannya, dan Dia akan mempersiapkan sebab-sebab turunnya hidayah yaitu dengan melapangkan dadanya untuk menerima iman dan cahaya-Nya, sehingga ia beriman dan memperbagus keimanannya, sempurnalah imannya dan ia dapat menemukan kebahagiaan.

Jika ada yang bertanya, kenapa ada orang yang tidak mendapatkan petunjuk? Jawabannya karena ia tidak berusaha mencari. Bukankah Yang sudah mendapatkan petunjuk pun harus tetep berusaha menjaga dan merawatnya agar tidak hilang?

Barangsiapa yang mencari dan mencintai kesesatan kemudian membenarkannya, maka Allah ta'ala mengetahuinya dan menyiapkan sebab-sebab dan membuka pintu-pintunya yaitu membuat dadanya menjadi sesak dan sempit tidak bisa mampu menerima iman,dan cahaya-Nya seperti dipaksa untuk naik ke langit, sedangkan ia tidak mampu melakukannya.

Itulah perjalanan dalam menggapai hidayah dan kesesatan

Jika kita membaca siroh sahabat, maka kita dapat melihat bagaimana perjalanan hijrahnya Umar Bin Khottab radiaullhhu 'anhu ke dalam islam. Ia hanya mendengar satu kali lintasan ayat-ayat AL-Qur’an, tetapi dadanya terasa lapang dan Allah mudahkan ia menerima petunjuk.

Di sisi lain, di zaman nabi, ada juga kisah Abu Jahal yang mendengarkan Al-Qur’an sampai tiga kali di waktu yang berbeda, tetapi tidak juga mendatangkan petunjuk.  Kenapa? Karena ia menutupi hatinya dari petunjuk.

Oleh karena itu, kata kafir itu asal mulanya bermakna menutupi diri. Setiap orang yang menutupi dirinya dari petunjuk maka ia kafir.

Pertanyaannya untuk saya pribadi dan kita semua, bagaimana keadaan hati kita ketika menerima petunjuk, mendengarkan ceramah atau nasehat agama? Bagaimana dada kita ketika mendengarkan lantunan Ayat Al-Qur’an? Bagaimana keadaan diri kita ketika belajar agama?  Bagaimana pikiran dan perasaan kita ketika kita sedang mengamalkan agama?

Apakah kita mudah melangkahkan kaki ke majelis ilmu? Apakah dada kita nyaman untuk bersahabat dengan ulama?

Tanyakan pada dirimu sendiri. Karena kita lebih tahu tentang siapa diri kita sebenarnya dihadapan Allah Subhanahu wata’ala. Allah Maha Tahu kondisi hati kita, jika hati itu bersih dan ikhlas ingin kembali ke jalan-Nya maka Allah akan menuntunnya menuju rahmat dan ampunan-Nya, maka ia akan bertaubat dan memperbaiki diri sebelum meninggal.


Ketika seseorang sudah melangkah menuju jalanNya maka Allah akan pertemukan kita dengan orang-orang yang sama, Allah pautkan hati kita untuk cinta ke masjid, Allah satukan hati kita dengan orang-orang yang mencintaiNya, Allah pertemukan kita dengan para alim ulama, dan akhirnya orang yang memiliki tujuan yang sama, akan berjalan bersama di jalan-Nya. 

Apakah Anda punya benda berharga? bagaimana Anda menjaganya? Jika Anda menjaga benda berharga dengan hati-hati dan penuh kesadaran, seperti itulah hendaknya seseorang menjaga hidayah

Semoga Allah lapangkan dada kita untuk menerima petunjuk Allah, mempelajari, mengamalkan, dan mendakwahkan agama islam. Semoga Allah berikan kita keistiqomahan hingga akhir hayat menjemput dan Allah kumpulkan kita di surga-Nya. Aaamin.

Baca Juga: Satu Langkah Dari Saya, Dua Langkah Dari Tuhan 

Foto : Success

Jakarta, 7 Dzulhijjah 1437 H
Hamba Allah Yang Selalu Mengharap Rahmat, Ridho, dan Ampunan-Nya 

2 komentar:

  1. Alhamdulillah. Terimakasih mas pencerahnya.
    Semoga hidayah senantiasa terjaga dalam diri kita.

    BalasHapus
  2. Aaamiin. Barokaullohhu Fiikum. Saling mengingatkan Bang Beni. Terima Kasih

    BalasHapus

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.