Kamis, 13 Januari 2011

Menembus Keterbatasan

Hal yang paling aneh adalah orang-orang besar cenderung dilahirkan dan hidup dalam kondisi yang serba Terbatas (Rio Saputra)

Begitu banyak kejadian di sekitar kita yang dapat dijadikan pelajaran yang berharga. Setiap kejadian akan menjadi pembelajaran yang berharga jika kita mempunyai cara pandang yang tepat di dalam memaknai kejadian itu.

Kutu anjing adalah binatang yang mampu melompat 300 kali tinggi tubuhnya.

Namun, apa yang terjadi bila ia dimasukan ke dalam sebuah kotak korek api kosong lalu dibiarkan disana selama satu hingga dua minggu?


Hasilnya, kutu itu sekarang hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja! Kemampuannya melompat 300 kali tinggi tubuhnya tiba-tiba hilang.Ini yang terjadi.

Ketika kutu itu berada di dalam kotak korek api ia mencoba melompat tinggi. Tapi ia terbentur dinding kotak korek api. Ia mencoba lagi dan terbentur lagi. Terusbegitu sehingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri. Ia mulai berpikir, “Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya segini.” Kemudian loncatannyadisesuaikan dengan tinggi kotak korek api. Aman. Dia tidak membentur. Saat itulah dia menjadi sangat yakin, “Nah benar kan? Kemampuan saya memang cumasegini. Inilah saya!”

Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu punhidup seperti itu hingga akhir hayat. Kemampuan yang sesungguhnya tidak tampak. Kehidupannya telah dibatasi oleh lingkungannya.

Sesungguhnya di dalam diri kita juga banyak kotak korek api.

Misalnya kita memiliki dosen, rekan kerja, atasan yang tidak memiliki kepemimpinan memadai. Dia tipe orang yang selalu takut tersaingi bawahannya, sehingga dia sengaja menghambat perkembangan karir kita. Ketika Kita mencoba melompat tinggi, dia tidak pernah memuji, bahkan justru tersinggung. Dia adalah contoh kotak korek api yang bisa mengkerdilkan Kita.

Teman kerja juga bisa jadi kotak korek api. Coba ingat, ketika dia bicara begini, “Ngapain sih kamu kerja keras seperti itu, kamu nggak bakalan dipromosikan, kok.”Ingat! Mereka adalah kotak korek api. Mereka bisa menghambat perkembangan potensi diri Kita. Ngapain kamu sibuk mikirin ini dan itu??? Bukannya hal itu malah nyusain kamu?? Ga usah mikirin orang deh.

Korek api juga bisa berbentuk kondisi tubuh yang kurang sempurna, tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan, usia dan lain sebagianya. Bila semua itu menjadikotak korek api maka akan menghambat prestasi dan kemampuan Kita yang sesungguhnya tidak tercermin dalam aktivitas sehari-hari.

Bila potensi Kita yang sesungguhnya ingin muncul, Kita harus take action untuk menembus kotak korek api itu.

Lihatlah Ucok Baba, dengan tinggi tubuh yag di bawah rata-rata ia mampu menjadi presenter di televisi.

Kitapun pasti kenal Helen Keller. Dengan mata yang buta, tuli dan “gagu” dia mampu lulus dari Harvard University.

Bill Gates tidak menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun mampu menjadi “raja” komputer.

Andre Wongso, tidak menamatkan sekolah dasar namun mampu menjadi motivator nomor satu di Indonesia

Begitu pula dengan Nelson Mandela. Ia menjadi presiden Afrika Selatan setelah usianya lewat 65 tahun.

Kolonel Sanders sukses membangun jaringan restoran fast food ketika usianya sudah lebih dari 62 tahun.

Nah, bila Kita masih terkungkung dengan kotak korek api, pada hakekatnya Kita masih terjajah.

Orang-orang seperti Ucok Baba, Helen Keller, Andre Wongso, Sugiharto, Bill Gates dan Nelson Mandela adalah orang yang mampu menembus kungkungan kotak korek api. Merekalah contoh sosok orang yang merdeka, sehingga mampu menembus berbagai keterbatasan.

Mereka selalu memiliki keterbatasan di dalam mengembangkan potensinya, terbatas bermain, terbatas tidur, terbatas makan, terbatas dalam menempuh pendidikan, terbatas untuk mengerjakan hal yang sia-sia. Tetapi dengan kegigihan dan keyakinan yang kuat mereka mampu menebus keterbatasan itu.

Bagaimana dengan kita???

Gambar: Google

Bengkulu, 26 Mei 2010
06.53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.