Rabu, 12 Januari 2011

Alam Mengajarkan Kita

Bismillahhirrohmannirrohim.

Perjalanan ke gunung Dempo telah mengajarkan banyak hal bagi kehidupanku. Sebuah filosofis hidup yang sederhana tapi sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan manusia. Udara yang sejuk, tumbuhan hijau yang menghiasi di kiri dan kanan kepala hingga kaki kami, menambah kesejukan dan kenyamanan dalam melakukan perjalanan menuju puncak.

Sebelum menaiki gunung kami terlebih dahulu melewati perkebunan teh yang sangat luas dan indah. Keteraturan para pekerja dalam bekerja dan bercanda ria sambil memanen daun teh dan pemandangan kota Pagar Alam terlihat begitu indah.


Subhanaulloh...Maha Indah ciptaan Allah, terlihat tampak kecil bangunan-bangunan yang terlihat tinggi di daratan. Akan tetapi, dari dataran tinggi di atas kebun teh, semuanya terlihat begitu kecil. Apalagi manusia, bahkan baju yang indah dan mobil mewah yang biasa digunakannya tidak terlihat. Semuanya menjadi selaksa titik-titik cahaya yang berkelap-kelip.

21 Februari 2010 adalah hari yang bersejarah. Awal perjalanan menuju Kota Pagar Alam yang sejuk. Udaranya yang dingin membuat sebagian dari anggota BILANG menggigil, sehingga mengenakan jaket tebal. Bahkan ada beberapa yang tidak berani mandi he..he..

Kota yang cukup indah untuk dikenang dalam sebuah perjalanan yang pernah kulewati. Biaya hidup yang murah. Aku sangat terkejut ketika menanyakan harga bandrek di sana. Kebetulan ada salah satu sahabat yang sedang kurang enak badan. Aku dan Kak Asep pergi ke pasar untuk mencari gorengan dan bandrek.

“berapa harga bandreknya mas satu bungkus?”tanyaku
“Rp. 3000”jawabnya pelan sambil sibuk memasukkan bandrek ke dalam pelastik bening.
Harga Bakso, Rp. 5000, dll.

Kembali ke perjalanan menuju puncak. Kami start di kampung 2. Dan berjalan menuju kampung 4 terlebih dahulu. Di tengah perjalanan Guide kami selalu mengingatkan untuk berhati-hati dalam berpikir dan berkomentar. Terutama hal-hal yang negatif. Jalan aspal yang berbatu tak terasa telah mengantarkan kami di tengah-tengah kebun teh. Hijau....hijau...hijau... disekeliling kami dipenuhi dengan pemandangan yang hijau. di tengah-tengah perjalanan menuju pintu rimba, kami melewati aliran air yang sangat indah disertai bunga-bunga dan bebatuan yang terlihat anggun.

Sebelum masuk ke pintu rimba kami beristirahat sejenak dan berdoa memohan perlindungan dan keselamatan kepada Allah swt. Ada satu kalimat yang sangat menarik dituliskan di pintu rimba yaitu,

“BUKAN GUNUNG YANG KITA TAKLUKKAN, TETAPI DIRI KITA SENDIRI”

Memang ada sebagian pendaki yang berkata kami telah menaklukkan gunung, akan tetapi, kalimat yang tertera di pintu rimba lebih tepat untuk direnungkan.

Menurut beberapa pengalaman pendaki, bahwa ketika mendaki sebuah gunung maka kita dapat melihat karakter seseorang. Bagaimana kepribadiannya. Satu hal yang harus kita kalahkan adalah ego. Merasa diri lebih kuat, mampu, dan apatis.

Alam mengajarkan untuk senantiasa bersatu dalam kebersamaan dan keberagaman. Keberagaman kondisi fisik dan kondisi emosi. Kebersamaan dalam melangkahkan kaki menuju puncak. Terkadang kita harus mengulurkan tangan kepada saudara kita yang terlihat lelah dalam mendaki, membawa bebannya ketika terlihat ia sedikit kesulitan dalam berjalan. Sikap empati dan simpati harus diterapkan semaksimal mungkin.

Berhenti ketika salah satu ada yang lelah
Menunggu ketika ada saudara yang tidak terlihat
Mengulurkan tangan ketika salah satu tampak keletihan
Mengambilkan air ketika saudara kita ada yang kehausan

Meminjamkan pakaian ketika saudara kita kehujanan
Mencucikan piring ketika waktu makan tiba
Memasakkan ketika ada yang ingin makan
Memotivasi semangat ketika saudara kita kehilangan keyakinan untuk mendaki

Semuanya itu memberikan makna kepada seorang insan
Tidak ada yang negatif kecuali yang positif ketika mendaki. Jika kita berpikir hujan sangat deras, maka hujan akan selalu turun. Ketika kita berpikir dan berkomentar bahwa beban saya sangat berat, maka beban itu akan semakin berat. Oleh karena itu, hanya orang yang senantiasa berpikir dan berperasaan positiflah yang paling ringan dalam melakukan pendakian.

“SEMUA TENTANG KITA”

Kita dan saudara kita
Kita dan ego
Kita dan keapatisan
Kita dan sikap saling tolong menolong
Kita dan empati
Kita dan ketidakyakinan
Yang berubah menjadi sebuah keyakinan
Kita dan Tuhan
Kita, Alam, dan saudara kita
Yang sama-sama Ciptaan-Nya
Membutuhkan sebuah keharmonisan dan keseimbangan dalam hidup.

Kondisi medan secara umum terbagi dalam tiga track. Pertama kita akan melewati track tanah, kedua berupa akar-akar pohon (dinding lemari, karena tingkat kemiringannya hampir 85 derajat bujur sangkar), dan terakhir berupa batu (yang disebut dengan Tebing tangis).

Tetapi sayang, setelah dua tahun yang lalu terjadi hujan abu dari Gunung merapi, Bunga sepanjang tahun di sekitar gunung menjadi kering.

Perjalanan itu telah mengajarkan banyak hal, semoga pelajaran yang di dapat dapat diterapkan bukan hanya ketika mendaki, tetapi di darat juga.

Selamat kepada BILANG yang telah berhasil melakukan ekspedisi perdananya. Memperhatikan Pesan Nabi bahwa jika seseorang tidak berterimakasih kepada orang lain yang telah berbuat baik kepadanya, sama saja ia tidak berterimkasih kepada-KU. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan Jazakaulloh kepada keluarga besar Mb meri yang turut membantu dan mensuport perjalanan kami.. Semoga Allah membalas kebaikan orang-orang yang senantiasa melakukan kebaikan.

Thanks to :

(Allah swt, Mb Meri (semoga Allah memberikan jalan keluar bagi beliau dalam menyelesaikan skripsinya), Ma e, Pak e (semoga rezekinya lancar), Kak Agus( guide yang ramah dan baik, sikap beliau yang begitu tenang ketika mendaki telah menjadi sumber inspirasiku), Kak Asep sekeluarga ( yang telah menajakku keliling2 kota Pagar Alam dan Salma semoga selalu menjadi penyejuk bagi kedua orang tuanya), Kak Maman (atas nasehat-nasehat bijaknya), Mb. Roh sekeluarga (Dila dan iim semoga menjadi anak-anak yang sholeh), Tri (yang menyambut awal kedatangan kami di Kota Pagar Alam), penduduk kampung 2 (tempat kami menitipkan motor), Seluruh warga Swakarya RW O1, Mas Alamsyah dan Mas Diki (Pendaki dari jakarta) yang telah mengoreng tahu ketika bertemu di puncak Gunung Merapi, MAPALA PAJARPALA (yang memperbolehkan kami ngcamp), Mas Untung (penjual Es Dawet), Mas Purwanto (penjual Batagor), Para Tukang Ojek ( telah memudahkan perjalanan ke kampung 2, yang sebagian berprofesi sebagai mahasiswa) sukses selalu, Rei dan Ijun (yang telah meminjamkan Tas dan Matrasnya serta informasinya tentang medan yang akan kami hadapi), BILANG angkatan 1 ( Asep Suryadi, Ridwan Sumardi, Rio Saputra, Ronny Dewanyara Saputra, dan Sonny Taurus) dan mimpi-mimpiku yang satu persatu menjadi kenyataan.

1 Maret 10
08.00

1 komentar:

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.