Ilmuan
yang hidup jauh-jauh hari sudah memprediksi, bahwa teknologi suatu hari akan melampaui
kemanusiaan kita. Salah satu yang saya sukai dalam belajar/ membaca pendapat
ilmuan adalah kecerdasannya dalam memprediksi masa depan (Bukan meramal ya). Begitu
juga, dengan prediksi Prof. Dr. Ing. H. B.J. Habibi, Freng seputar indonesia yang harus memulai industri strategis, seperti kapal dan pesawat yang dapat
menggerakkan industri-industri lain karena melihat Indonesia terdiri dari
ribuan pulau.
Beberapa
waktu yang lalu, ada perbincangan menarik kajian bada maghrib dari Bapak Amir
selaku mantan bupati lima puluh kota, sumatra barat. beliau mengatakan,
“Berdasarkan pengalaman menjadi bupati lima puluh kota, memang benar kata nabi,
bahwa baik buruknya umat ini disebabkan karena dua hal, umaro dan ulama”
Umaro
yang mengerti agama, apalagi sekaligus menjadi ulama, maka setiap kebijakannya
akan menyejahterahkan rakyat. Karena ia yang memegang kuasa anggaran.
Dalam
penyampaian ceramahnya malam kemarin ( Rabu, 7 Jumadil Awal 1439 H) di Masjid
Agung Al-Azhar Kebaryoran lama. Pak Amir
menceritakan kembali tentang tulisan yang ia buat pada tahun 1998
tentang dampak teknologi informasi dan globalisasi terhadap kehidupan manusia.
Pertama,
Teknologi menyebabkan perubahan karakter/ nilai budaya.
Kita
sadari atau tidak, budaya negara maju akan mengkooptasi budaya negara yang berkembang.
“Dulu
ada istilah di sumatera barat, yang indah itu bahasa. Yang baik itu budi.
Sekarang nilai itu telah berganti, yang indah itu oto (Mobil), yang baik itu
piti (Uang). “tuturnya sambil tersenyum, lalu semua jamaah tertawa.
Kedua,
Akulturasi Asimetris
Maksudnya,
menerima begitu saja budaya negara maju tanpa filter. Bisa saja seseorang itu
berpenampilan internasional, tapi berpikir masih lokal. Padahal sebaliknya, ada
orang yang berpikiran global (Internasional), tapi bertindak lokal. Artinya memperhatikan
kearifan lokal yang ada.
Ketiga,
Menimbulkan Wajah Positif dan Wajah Negatif
Teknologi
informasi saat ini harus kita akui membawa dampak positif yaitu, menyebabkan
segala urusan kita menjadi ringkas dan praktis. Itu fakta yang tidak terbantahkan.
Berbagai kejadian dan informasi yang terjadi di belahan bumi yang lain, bisa
kita ketahui dalam hitungan detik/ menit. Akan tetapi, membawa sisi negatif
yaitu semua urusan ujung-ujungnya materi dan manusia cenderung fokus ke dirinya
sendiri. Hubungan kekeluagaan semakin hambar, karena kita fokus dalam dunia
sendiri.
Keempat,
Kegamangan Psikologis.
Kemajuang
teknologi menyebabkan banyak orang yang sulit mendapatkan ketenganan hidup, akhirnya kekerasan fisik sering terjadi. Perkelahian antar individu, keluarga,
kelompok masyarakat tidak bisa dihindarkan.
Kelima,
Segala sesuatu diukur dengan Materi.
Akibat
dari mendewakan materi, maka ajaran agama akan dikesampingkan. Orang tidak akan
memandang hormat orang yang berilmu/ alim/ ulama, tapi akan lebih hormat dan
kagum dengan orang yang memiliki materi berlimpah. Akibatnya, pelajaran moral
termarginalkan, sehingga manusia menjadi manusia sekaligus binatang (Cimera
monstery).
Bagaimana
pandangan Al-Qur’an terhadap realitas perkembangan tekonologi informasi?
Perkembangan
zaman era teknologi seperti saat ini, semakin membuat manusia kehilangan
kemampuan untuk merefleksikan tuntunan ilahi. Rutinitas yang serba cepat,
menyebabkan banyak orang yang tersesat di arus informasi yang terang benderang.
Bagaimana mana mungkin ini bisa terjadi?
Allah
subhanahu wata’ala mengambarkan fenomena ini dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf
ayat 179,
“Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.”
Sebuah
sindiran dari Allah pemberi nikmat, kegagalan manusia ternyata karena potensi
yang Allah berikan belum mampu kita maksimalkan dan pergunakan sesuatu
tuntunannya. Anugrah yang Allah berikan, berupa hati jarang dipergunakan untuk
memahami ayat-ayat Allah. Mata yang
melihat ciptaan Allah tapi belum mengantarkan kita untuk semakin mengenal dan
mencintai Sang Penciptanya.
Sahabat
ini rumus, idealnya setiap kita melihat sesuatu, baik alam semesta, manusia,
hewan, maka mata kita fokus ke ciptaan, tapi hati kita fokus ke Penciptanya
yaitu Allah. Sehingga, hati itu semakin bertambah rasa kegaguman kepada Allah,
rasa cinta itu semakin bersemi dan subur.
Jika
kita melakukan survei kecil-kecilan, mari kita bertanya kepada diri sendiri.
Sudahkah kita hari ini kita membaca ayat-ayat Allah baik yang tersurat
(Al-Qur’an) maupun alam semesta beserta seluruh kejadian demi kejadiannya?
Apakah kita sudah menggunakan hati untuk memahaminya? Mengapa ini sulit kita
lakukan? Mungkin rutinitas yang serba cepat ini yang membuat kita jarang
merenungkan kembali untuk apa sebenarnya kita diciptakan? Sehingga, hidup kita
terasa hamar dan hampa. Semuanya ini salah satu dampak dari perkembangan teknologi
informasi. Lalu apa solusi yang islam tawarkan?
Solusinya
Pertama,
Berserah diri kepada Allah
“...Barang
siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke
luar.” (Q.S. At-Talaq: 2)
Saudaraku,
dalam ayat di atas, kita dapat mengambil pelajaran berharga, tantangan
kehidupan itu tidak pernah memandang status manusia. Seorang yang bertakwa
ataupun tidak, akan tetap menemui hambatan dalam hidup, bertemu jalan buntu di
tengah perjalanan hidupnya. Akan tetapi, jika kita sungguh-sungguh berserah
diri dan bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar.
Kedua,
Menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka
berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia,....” Q.S. Ali-Imran: 112
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Q.S
Al-Qasas: 77
Agama
Islam mampu sebagai “Langit Pelindung” yang memberikan keteduhan hidup
dengan memberikan kehidupan baru moderasi yang memiliki perimbangan dunia
fisik-material dengan mental-spritual.
Ketiga,
Mengundang Pertolongan Allah
“...Sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Al-Hajj: 40)
Siapa
mereka?
“(yaitu)
orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya
mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan.” (41)
Mengapa zakat
ini penting dilakukan? Salah satu tujuannya adalah agar nikmat berupa harta
yang Allah titipkan tidak berputar pada orang-orang kaya saja, tapi bisa
dirasakan oleh orang-orang yang kekurangan.
Apa yang
terjadi jika, orang tidak berzakat dan meninggalkan amar makruf dan mencegah
dari perbuatan yang munkar?
Berdasarkan
data yang ia peroleh, di sumatera barat sudah ada 1000 orang yang murtad, 92.000
pemakai narkoba, 20.000 diantaranya
adalah ibu-ibu. Salah satu penyebab terjadinya ini adalah karena
kemiskinan.
KPAI
baru-baru ini merilis bahwa dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, jumlah
pengedar narkoba anak meningkat 300
persen. Berita Terbaru dari Badan
Narkotika Nasional (BNN) menyebut pengguna narkota di Indonesia mencapai 5,1
juta orang, dan itu terbesar di Asia.
Dari jumlah itu, 40% diantarnya berasal
dari kalangan Pelajar (SD) hingga
Mahasiswa, 15.000 meninggal setiap
tahun. Kita khawatir bahwa, kejadian tersebut laksana fenomena gunung es, yang
muncul dan mencuat ke ruang publik hanya sedikit dan diduga masih banyak kasus
lain yang hingga kini belum terpublikasi.
Keempat,
Memelihara Iman dan Takwa
“Jika
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raf: 96)
Lalu apa
yang harus kita lakukan?
Ustadz.
Amir memberikan petunjuk teknis yang lebih rinci “Keunggulan kita adalah
mempersiapkan generasi”
Bagaimana
cara mempersiapkan generasi?
Jakarta,
10 Jumadil Awal 1439 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.