Sabtu, 27 Januari 2018

Pengaruh Teknologi Informasi dalam Era Globalisasi terhadap Kehidupan Manusia

It has become appallingly obvious that our technology has exceeded our humanity. (Albert Einstein, 1879-1955)

Ilmuan yang hidup jauh-jauh hari sudah memprediksi, bahwa teknologi suatu hari akan melampaui kemanusiaan kita. Salah satu yang saya sukai dalam belajar/ membaca pendapat ilmuan adalah kecerdasannya dalam memprediksi masa depan (Bukan meramal ya). Begitu juga, dengan prediksi Prof. Dr. Ing. H. B.J. Habibi, Freng seputar indonesia yang harus memulai industri strategis, seperti kapal dan pesawat yang dapat menggerakkan industri-industri lain karena melihat Indonesia terdiri dari ribuan pulau.

Beberapa waktu yang lalu, ada perbincangan menarik kajian bada maghrib dari Bapak Amir selaku mantan bupati lima puluh kota, sumatra barat. beliau mengatakan, “Berdasarkan pengalaman menjadi bupati lima puluh kota, memang benar kata nabi, bahwa baik buruknya umat ini disebabkan karena dua hal, umaro dan ulama”

Umaro yang mengerti agama, apalagi sekaligus menjadi ulama, maka setiap kebijakannya akan menyejahterahkan rakyat. Karena ia yang memegang kuasa anggaran.

Dalam penyampaian ceramahnya malam kemarin ( Rabu, 7 Jumadil Awal 1439 H) di Masjid Agung Al-Azhar Kebaryoran lama. Pak Amir  menceritakan kembali tentang tulisan yang ia buat pada tahun 1998 tentang dampak teknologi informasi dan globalisasi terhadap kehidupan manusia.

Pertama, Teknologi menyebabkan perubahan karakter/ nilai budaya.
Kita sadari atau tidak, budaya negara maju akan mengkooptasi budaya negara yang berkembang.

“Dulu ada istilah di sumatera barat, yang indah itu bahasa. Yang baik itu budi. Sekarang nilai itu telah berganti, yang indah itu oto (Mobil), yang baik itu piti (Uang). “tuturnya sambil tersenyum, lalu semua jamaah tertawa.

Kedua, Akulturasi Asimetris
Maksudnya, menerima begitu saja budaya negara maju tanpa filter. Bisa saja seseorang itu berpenampilan internasional, tapi berpikir masih lokal. Padahal sebaliknya, ada orang yang berpikiran global (Internasional), tapi bertindak lokal. Artinya memperhatikan kearifan lokal yang ada.

Ketiga, Menimbulkan Wajah Positif dan Wajah Negatif
Teknologi informasi saat ini harus kita akui membawa dampak positif yaitu, menyebabkan segala urusan kita menjadi ringkas dan praktis. Itu fakta yang tidak terbantahkan. Berbagai kejadian dan informasi yang terjadi di belahan bumi yang lain, bisa kita ketahui dalam hitungan detik/ menit. Akan tetapi, membawa sisi negatif yaitu semua urusan ujung-ujungnya materi dan manusia cenderung fokus ke dirinya sendiri. Hubungan kekeluagaan semakin hambar, karena kita fokus dalam dunia sendiri.

Keempat, Kegamangan Psikologis.
Kemajuang teknologi menyebabkan banyak orang yang sulit mendapatkan ketenganan hidup, akhirnya kekerasan fisik sering terjadi. Perkelahian antar individu, keluarga, kelompok masyarakat tidak bisa dihindarkan.

Kelima, Segala sesuatu diukur dengan Materi.
Akibat dari mendewakan materi, maka ajaran agama akan dikesampingkan. Orang tidak akan memandang hormat orang yang berilmu/ alim/ ulama, tapi akan lebih hormat dan kagum dengan orang yang memiliki materi berlimpah. Akibatnya, pelajaran moral termarginalkan, sehingga manusia menjadi manusia sekaligus binatang (Cimera monstery).

Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap realitas perkembangan tekonologi informasi?

Perkembangan zaman era teknologi seperti saat ini, semakin membuat manusia kehilangan kemampuan untuk merefleksikan tuntunan ilahi. Rutinitas yang serba cepat, menyebabkan banyak orang yang tersesat di arus informasi yang terang benderang. Bagaimana mana mungkin ini bisa terjadi?

Allah subhanahu wata’ala mengambarkan fenomena ini dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 179,

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Sebuah sindiran dari Allah pemberi nikmat, kegagalan manusia ternyata karena potensi yang Allah berikan belum mampu kita maksimalkan dan pergunakan sesuatu tuntunannya. Anugrah yang Allah berikan, berupa hati jarang dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah.  Mata yang melihat ciptaan Allah tapi belum mengantarkan kita untuk semakin mengenal dan mencintai Sang Penciptanya.

Sahabat ini rumus, idealnya setiap kita melihat sesuatu, baik alam semesta, manusia, hewan, maka mata kita fokus ke ciptaan, tapi hati kita fokus ke Penciptanya yaitu Allah. Sehingga, hati itu semakin bertambah rasa kegaguman kepada Allah, rasa cinta itu semakin bersemi dan subur.

Jika kita melakukan survei kecil-kecilan, mari kita bertanya kepada diri sendiri. Sudahkah kita hari ini kita membaca ayat-ayat Allah baik yang tersurat (Al-Qur’an) maupun alam semesta beserta seluruh kejadian demi kejadiannya? Apakah kita sudah menggunakan hati untuk memahaminya? Mengapa ini sulit kita lakukan? Mungkin rutinitas yang serba cepat ini yang membuat kita jarang merenungkan kembali untuk apa sebenarnya kita diciptakan? Sehingga, hidup kita terasa hamar dan hampa. Semuanya ini salah satu dampak dari perkembangan teknologi informasi. Lalu apa solusi yang islam tawarkan?

Solusinya

Pertama, Berserah diri kepada Allah
 “...Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.”  (Q.S. At-Talaq: 2)

Saudaraku, dalam ayat di atas, kita dapat mengambil pelajaran berharga, tantangan kehidupan itu tidak pernah memandang status manusia. Seorang yang bertakwa ataupun tidak, akan tetap menemui hambatan dalam hidup, bertemu jalan buntu di tengah perjalanan hidupnya. Akan tetapi, jika kita sungguh-sungguh berserah diri dan bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar.

Kedua, Menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat
  “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,....” Q.S. Ali-Imran: 112

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Q.S Al-Qasas: 77

Agama Islam mampu sebagai “Langit Pelindung” yang memberikan keteduhan hidup dengan memberikan kehidupan baru moderasi yang memiliki perimbangan dunia fisik-material dengan mental-spritual.

Ketiga, Mengundang Pertolongan Allah
 “...Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Al-Hajj: 40)

Siapa mereka?

“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (41)

Mengapa zakat ini penting dilakukan? Salah satu tujuannya adalah agar nikmat berupa harta yang Allah titipkan tidak berputar pada orang-orang kaya saja, tapi bisa dirasakan oleh orang-orang yang kekurangan.

Apa yang terjadi jika, orang tidak berzakat dan meninggalkan amar makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar?

Berdasarkan data yang ia peroleh, di sumatera barat sudah ada 1000 orang yang murtad, 92.000 pemakai narkoba, 20.000 diantaranya  adalah ibu-ibu. Salah satu penyebab terjadinya ini adalah karena kemiskinan.

KPAI baru-baru ini merilis bahwa dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, jumlah pengedar  narkoba anak meningkat 300 persen.  Berita Terbaru dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut pengguna narkota di Indonesia mencapai 5,1 juta orang, dan itu  terbesar di Asia. Dari jumlah itu,  40% diantarnya berasal dari kalangan  Pelajar (SD) hingga Mahasiswa,  15.000 meninggal setiap tahun. Kita khawatir bahwa, kejadian tersebut laksana fenomena gunung es, yang muncul dan mencuat ke ruang publik hanya sedikit dan diduga masih banyak kasus lain yang hingga kini belum terpublikasi.

Keempat, Memelihara Iman dan Takwa
 “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raf: 96)

Lalu apa yang harus kita lakukan?
Ustadz. Amir memberikan petunjuk teknis yang lebih rinci “Keunggulan kita adalah mempersiapkan generasi”

Bagaimana cara mempersiapkan generasi?
Bersambung...

Photo Credit: Teknoodex
Jakarta, 10 Jumadil Awal 1439 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.