Dikisahkan ada seorang Raja yang
sedang termenung melihat taman di depan istananya. Ia gelisah karena tak pernah
merasakan ketenangan dan sulit sekali menemukan kebahagiaan.
Photo Credit: islampos
Kesehatannya mulai menurun, karena ia
mulai susah tidur karena banyaknya pikiran yang mengganggu. Padahal selama ini
ia tidur di dalam kamar yang mewah dan kasur yang empuk.
Ditengah lamunannya, sang raja
melihat seorang tukang kebun yang sedang bekerja sambil tertawa. Setiap hari ia
datang dengan senyuman dan pulang dengan keceriaan. Padahal gajinya sangat
pas-pasan dan rumahnya begitu sederhana.
Baca juga: Makna Hidup dalam Islam
Baca juga: Makna Hidup dalam Islam
Tak pernah tampak kesedihan di
wajahnya. Saat dia pulang keluarganya telah menunggu dengan hidangan makan yang
seadanya dan keluarga kecil ini pun makan dengan bahagia.
Raja pun heran melihat orang ini. Ia
memanggil penasihatnya dan bertanya, “Hai penasihatku, telah lama aku hidup
ditengah kegelisahan padahal aku memiliki segalanya. Tapi aku sungguh heran
melihat tukang kebun itu. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya,
kadang-kadang ia tertidur di bawah rindangnya pohon, seperti tak ada beban
dalam hidupnya, padahal ia tidak memiliki apa-apa !”
Baca juga: Mengapa Tidak Bahagia
Si penasihat tersenyum dan berkata,
“Semuanya ditentukan dengan resep 99. Bila tukang kebun itu terkena resep ini,
maka hidupnya akan gelisah dan ia tidak akan bisa tidur.”
“Apa yang kau maksud dengan resep
99?” tanya raja.
“Besok malam perintahkan prajurit
untuk mengantarkan hadiah kepadanya. Sediakan satu kotak uang dan tulislah 100
Dinar. Namun isi lah kotak itu dengan 99 dinar saja.”
Raja pun menuruti saran dari
penasihatnya. Ketika hari mulai gelap, prajurit mengetuk pintu rumah tukang
kebun ini dengan membawa hadiah.
Si tukang kebun membuka pintu
rumahnya dan terkejut melihat prajurit membawa kotak hadiah.
“Ini hadiah dari raja untukmu.” kata
si prajurit.
“Ya, sampaikan terima kasihku kepada
raja.” jawab tukang kebun sambil kegirangan melihat kotak dengan tulisan 100
dinar. Belum pernah ia memiliki uang sebanyak itu.
Ia segera membawa masuk kotak itu dan
menghitungnya bersama keluarga. Namun anehnya, jumlah uang didalam kotak itu
hanya 99 dinar. Dia pun menghitung ulang lagi, tapi tetap jumlahnya 99.
Dia yakin, pasti ada uang yang jatuh.
Dia mencari-cari di sekitar pintu, tapi tak menemukan apa-apa. Akhirnya dia
mencoba untuk menelusuri sepanjang jalan menuju istana. Semalaman ia mencari,
tapi tetap tidak menemukan apa-apa.
Matahari mulai terbit, raja beserta
penasihatnya menanti tukang kebun ini. Tak berapa lama dia datang dengan wajah
yang masam dan merengut. Raja pun kaget dan bertanya pada penasihatnya, “Apa
yang terjadi? Tak biasanya ia datang dengan wajah seperti ini !”
Baca juga: Apapun yang Terjadi Bersyukurlah
Penasihat raja menjawab, “Duhai raja,
begitulah kehidupan. Kita memiliki banyak hal namun kita mencari yang tidak
kita miliki. Orang ini mendapatkan 99 dinar secara cuma-cuma namun ia sibuk
mencari 1 dinar yang hilang.”
Munculnya kegelisahan hati karena
kita mencari sesuatu yang tidak kita miliki, sementara kita tidak pernah
mensyukuri banyaknya anugerah yang kita punya.
***
Sahabat, Kisah ini memberi pelajaran
yang sangat berharga kepada kita, bahwa nikmat Allah telah dicurahkan begitu
banyak kepada kita, namun kita sibuk menanti sesuatu yang belum datang. Padahal
hari, waktu yang kita miliki saat ini adalah nikmat yang tidak ternilai. Jika kita
mensyukurinya, maka kita bisa menggunakan untuk kembali bangkit.
Sahabat, Selama matahari masih terbit
dari timur dan tenggelam dari barat, sesuatu yang hilang dalam hidup ini pasti
akan ada gantinya, kecuali nikmat iman dan agama. Jika hingga hari ini kita
belum bahagia, mungkin sesuatu yang hilang itu adalah rasa syukur terhadap apa
yang sudah kita miliki.
Baca juga: Jalan Menuju Kebahagiaan
Semoga dengan rasa syukur kepada
nikmat yang ada, Allah akan tambah dengan kenikmatan yang lebih baik.
Sudahkah hari ini kita bersyukur?
Photo Credit: islampos
Jakarta, 3 Jumadil Awal 1439 H
@riosaputranew
dengar pertanyaan sudahkah bersyukur itu menohok sih kekeadang, karena kadang kita lupa untuk bersyukur atas semua yang telah kita dapat
BalasHapusinspratif mas rio. terimakasih pencerahanya
BalasHapus