Senin, 30 Maret 2015

Kunci Kesuksesan dan Kejayaan (1)

Orasi Haji Alay

Bismillah

Segala puji hanyalah Bagi Alloh swt, Robb semesta Alam yang menguasai kerajaan langit dan bumi. Dia yang memberikan rezeki kepada siapa yang dia kehendaki, dan membatasi rezeki bagi siapa yang dia kehendaki. Jika Dia memberikan petunjuk kepada seseorang, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan jika Alloh menyesatkan seseorang tidak ada yang bisa memberikan petunjuk.

“Kesuksesan dan kejayaan umat terletak pada pengamalan islam” demikian H. Nuzli Arismal alias sering dipanggil Haji Alai membuka orasi wirausahanya jum’at malam yang lalu.

Jum’at sampai Minggu, 6-8 Jumadil Akhir 1436/ 27-29 Maret 2015 kemarin saya mengikuti pelatihan yang sangat dahsyat, lagi-lagi Alloh mempertemukan saya dengan orang-orang yang hebat.

H. Nuzli Arismal yang akrab dipanggil Haji Alay (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 30 Mei 1953; umur 61 tahun) adalah seorang pengusaha garmen dan properti Indonesia asal Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia juga dikenal sebagai pendakwah, Dokter Mal, dan juga merupakan salah seorang pendiri Komunitas Tangan di Atas. beliau adalah sosok yang sangat unik bagi saya, karena prinsip-prinsip dasar dan sumber acuannya memiliki kesamaan dengan apa yang sudah saya pelajari dan amalkan. Singkatnya Pelajari, Tadabburi, Amalkan Al-Qur’an dan Sunnah lalu ajarkan dengan orang lain.

Di kalangan dunia usaha dan bisnis Beliau juga dikenal sebagai Dokter Mall, karena mampu menyulap mal-mall yang mati menjadi ramai., Salah satu mal yang berhasil ia sembuhkan dari penyakit “sepi” adalah Plaza Ciputat. Sebuah mal kecil yang tak pernah membuat para pedagang betah, karena sepinya pengunjung. Namun, setelah ditangani Haji Alay, Plaza Ciputat pun berubah menjadi ramai.

Dalam pemaparan awalnya beliau menggambarkan bagaimana sosok generasi awal islam yang hebat sebab islam. Sebut saja bilal, mantan budak yang berubah menjadi sosok yang mulia dan terhormat hingga sekarang, di dunia dan diakhirat. Karena ketika masih hidup pun terompahnya sudah terdengar di surga. 
Kita juga mugkin masih ingat dengan kisah Usamah bin Zaid: umur 17 tahun mejadi penglima perang.

Generasi awal sahabat mampu melakukan percepatan dalam hidupnya di bawah bimbingan Rosululloh saw. Apa rahasianya? Bagaimana rosululloh mampu mendidik mereka menjadi orang-orang hebat, yang awalnya tidak sedikit ada yang mantan budak dan orang-orang miskin yang memutuskan untuk setia menjadi pengikutnya? Jawaban sederhananya karena mereka hidup di bawah naungan Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Sunnah Rosul mengalir di dalam darah dan menjadi daging yang melekat dan hidup dalam setiap denyut nadinya. Sehingga mampu meledakkan potensi manusia.

Begitu juga Muhammad Al-Fatih, umur 20-21 Tahun Alloh takdirkan menaklukkan Konstatinofel. Sebuah imperium peradaban yang diprediksi mustahil untuk ditaklukkan.

Mempelajari siroh nabawiyah saya pun berusaha membentuk generasi muda sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam setiap pertemuan rutin dengan para pemuda yang memiliki semangat dan tekad membaja saya selalu menekankan agar mereka berjalan di rel potensinya masing-masing. Berpacu di jalurnya sendiri, bukan di jalur orang lain.

Rosulloh saw pun mendidik para sahabatnya sesuai dengan kecenderungannya masing-masing, ada yang ahli hadis, ada yang politikus, ada yang ahli perang, pengusaha, dll. Tapi Core Competence-nya tetap sama islam. Jika islam sudah menjadi standar hidup dan kita selalu merujuk ke sumbernya, maka apapun profesi kita pasti kita akan menjadi hebat.

Hari ini saya melihat kita memang memiliki kedudukan, jabatan, profesi yang bergengsi, ijazah, gelar, dan aksesoris dunia lainya, tetapi kita kehilangan nilai alias krisis identitas tentang siapa kita sesungguhnya, apa visi dan misi hidup kita sebenarnya?

Saya bersyukur Alloh swt mulai menjawab satu persatu doa saya, untuk merintis usaha membentuk generasi yang hebat. Alloh telah mempertemukan saya dengan para Profesor, Praktisi Pendidikan, Pengusaha Muslim yang memiliki orientasi akhirat.

Oleh karena itu, H. Alay dalam mengilustrasikan dakwah ilaulloh itu seperti paruh burung, di harus memiliki dua sayap, satu sayap pendidikan (menjadi dai, juru dakwah, membangun sekolah, Perguruan Tinggi) dan satu lagi sayap Ekonomi dengan menjadi Pengusaha (membangun perekonomiaan umat).


Kenapa Umat Tertinggal?

Pertanyaannya menarik yang menukik tajam, menghentakkan seluruh hadirin di ruangan pusdiklat Islamic Center Al Mubarok malam itu. Lagi-lagi H. Alay berusaha membangunkan umat islam dari tidur panjangnya karena sudah terlena dengan dunia dan segala isinya.

Umat ini tertinggal karena umat banyak meninggalkan ajarannya. Tidak perlu jauh-jauh, kita lihat saja diri kita sendiri, sudah seberapa besar komitmen pribadi kita dengan islam. Sudah berapa banyak perintah-Nya yang berusaha kita laksanakan, sudah berapa banyak kita berusaha menjauhi larangan-Nya? 

Lalu lihat lagi, kondisi keluarga kita, masyarakat kita, daerah kita, negara kita, dan secara global. Ketika orang semakin berpaling dari agama yang lurus ini, maka di sanalah awal perpecahan, konflik, permusuhan, kemiskinan, ketidakadilan, dan berbagai pristiwa yang tidak kita harapkan terjadi.

Hari ini orang berbondong –bondong berburu gelar, menjadikannya tujuan dan puncak tertinggi dari cita-citanya, dengan harapan dapat menaikkan kedudukannya. Tapi ibarat rujak, banyak sarjana yang tidak matang cara berpikirnya. Semuanya serba sedikit-sedikit yang dipelajari, ya ibarat rujak. Pepaya sedikit, bengkuang sedikit, nanas sedikit, jambu sedikit. Inilah gambaran pendidikan kita hari ini.

Kenapa kita tidak mengambil pola yang dilakukan oleh Rosululloh Saw dalam membina generasi-generasi hebat yang pernah dilahirkan di muka bumi ini?

Umat Islam merupakan umat yang terbaik. Di dalam Alquran ditegaskan, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS [3]: 110).

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, “Kalian sebanding dengan 70 umat dan kalian adalah sebaik-baik dan semulia-mulia umat bagi Allah.” (HR Tirmidzi). Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan, kemuliaan umat Islam tidak lain karena kemuliaan Nabi Muhammad SAW.

Kekaguman saya kepada Haji Alay ini karena kepercayaan dirinya yang kuat dalam memegang teguh ajaran islam. Salah satu peserta bertanya tentang bisnis lalu dia menyebutkan salah satu referensi bacaannya buku Robert Kiyosaki, “Cash Flow Quadrant”, tapi dengan santun dan bijak Haji Alay menjawab: “Kenapa kita tidak belajar bisnis dari Rosululloh saw?” Sederhana dan tak terbantahkan.

Menurut saya, Umat ini seolah-olah sudah kehilangan arah dalam mencari sandaran yang kokoh dalam memperbaiki kehidupannya di dunia, padahal dia memiliki panduan yang jelas, laksana seterang matahari yang memancarkan sinarnya di pagi dan siang hari. Tapi, tetap saja kita lebih memilih kegelapan dan berlindung di balik atap buatan manusia. Padahal cahaya pagi sangat menyehatkan dan dibutuhkan oleh tubuh manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan seluruh makhluk di dunia.

Lihat saja kondisi negara kita, ibarat pengantin baru, baru lima bulan pernikahan seharusnya masih menyenangkan dan mesra-mesranya, tetapi  negeri kita mengalami gejolak sosial yang cukup tinggi dan tidak menentu, kenakan BBM salah satu yang menarik perhatian masyarakat kita.

Oleh karena itu, derajat terbaik dari kalangan umat Islam ini ada pada mereka yang konsisten mengikuti ajaran Rasulullah dengan terus-menerus melakukan amar makruf nahi mungkar sebagaimana telah diteladankan oleh manusia paripurna itu (QS al-Ahzab [33]: 21).

Namun demikian, amar makruf dan nahi mungkar bisa berjalan efektif manakala umat Islam sendiri memang memiliki identifikasi diri yang pasti dengan ajaran Islam secara keseluruhan (kafah). Karena, mustahil sapu yang kotor bisa digunakan untuk membersihkan lantai yang juga kotor.

Rasulullah memerintahkan umatnya untuk konsisten mengikuti sunahnya. Jika tidak, dia ibarat penjual obat yang hanya bisa menawarkan obat penyembuh, tapi tidak bisa mengobati penyakitnya sendiri.

Apabila keteladanan itu jauh dari umat Islam maka tidak saja kegagalan yang akan diperoleh, tetapi juga kemurkaan Allah SWT (QS [61]: 3). Karena secara prinsip, amar makruf nahi mungkar, mensyaratkan keteladanan yang merupakan akar dari segala kemuliaan.

Apa yang saya tuliskan ini, baru sedikit dari pengantar dan lintasan pikiran dan jiwa saya ketika mendengar Orasi dari Haji Alay. In Shaa Alloh akan kita lanjutkan. Masih banyak yang ingin saya bagikan kepada sahabat pelajaran dari Haji Alay. Tapi, ibarat makan, jika terlalu banyak dan kenyang, jadi tidak baik. Oleh karena itu, yang penting dalam Hidup itu Konsisten Belajar, Konsisten Tumbuh, Konsisten Beribadah dan beramal walaupun sedikit.

Baca juga: Kunci Kesuksesan dan Kejayaan (2)

Bengkulu,  9 Jumadil Akhir 1436 H

Hamba Alloh yang selalu mengharapkan Ridho dan Ampunan-Nya.

Jumat, 27 Maret 2015

Peranan Agama Terhadap Pembangunan Ekonomi

Ada pelajaran berharga yang tercecer yang belum sempat saya tuliskan dari pertemuan singkat dengan Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. satu bulan yang lalu.

Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang memiliki tradisi pendidikan ketat, sejak kecil beliau memprioritaskan belajar di atas kesibukan lain. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, orang tua Lincolin, Mohammad Arsjad Siradj, selalu mengingatkannya untuk belajar, belajar, dan belajar.

Kepada anak-anaknya, M. Arsjad Siradj yang pernah menjadi anggota DPRD Bandar Lampung dari Parmusi itu menuturkan sebagai orang tua ia tidak meninggalkan warisan harta benda berlimpah. "Bapak selalu berpesan agar kami belajar sungguh-sungguh. Kalau warisan harta benda bisa habis dalam waktu sebentar, tetapi warisan yang tidak pernah habis adalah pendidikan yang baik," kata Lincolin.

Kebanyakan kita sudah tahu bahwa Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), Teknologi adalah bahan baku dalam mendorong pembangunan ekonomi. Tapi dalam bidang teori ekonomi kelembagaan baru di Eropa. Ada faktor lain yang berpengaruh : Institusi (lembaga) paling tidak mencakup : Pertama, Aturan main (Rule Model), Kedua, Organisasi atau yang melaksanakan aturan main (Player).

Aturan main secara formal  dilaksanakan oleh Pemerintah dan secara informal sesuatu yang sering disebut sistem nilai, budaya, sosial dan agama.

Lalu bagaimana pengaruh agama terhadap pembangunan ekonomi?

Prof. Arsyad memaparkan hasil studi dari Robert Barro yang merupakan Guru Besar Harvard University. Orang beragama dan beribadah dengan baik pasti menghasilkan buah. Buahnya ada 4 (empat):

Selasa, 24 Maret 2015

Cinta dan Benci



Ketika SMA dulu saya memiliki teman yang sangat benci dengan kakak tingkatnya, selalu mengejek dan mencemooh kakak tingkatnya ketika berkumpul dengan teman-temannya. Tetapi tidak lama setelah tamat SMA orang yang dibenci ternyata menjadi kekasih (baca: suami). Begitulah rasa yang cepat berubah.

Cinta dan benci adalah naluri bawaan manusia. Tidak heran jika agama memberikan petunjuk menyangkut hal tersebut sebagaimana petunjuknya menyangkut potensi-potensi manusia yang lain.

Sahabat setiap kita memiliki kalbu, yang dalam bahasa aslinya berarti “bolak balik”. Hati manusia dinamai kalbu karena ia sering berubah-ubah, sekali kiri dan sekali ke kanan. Apabila ia tidak memiliki pegangan hidup dan tolak ukur yang pasti.

Cinta dan benci mengisi waktu setiap manusia, sedangkan waktu terus berlalu. Karenaya, cinta dan benci pun dapat berlalu. jika manusia menjadikan puncak kecintaannya kepada manusia maka kita tentu akan menjadi rapuh karena hatinya akan sering berbolak balik, dan keberadaannya di dunia pun sementara. Tidak heran jika seseorang ditinggalkan pasangannya (sumai atau istri) kemudian dia merasa hampa. Demikianlah cinta sering mempermainkan manusia.

Cinta dan persahabatan anak muda menurut para pakar didorong oleh usaha memperoleh kelezatan. Karenanya ia serba cepat, yaitu cepat terjalin dan cepat pula putus. oleh karena itu, daripada sering sakit hati, lebih baik putusin saja, tidak pacaran jauh lebih baik dan menentramkan dan kita bisa memberikan banyak cinta kepada orang lain. Sedangkan cinta dan persahabatan orang dewasa adalah demi memperoleh manfaat, dan ini pun beragam sehingga ia pun bersifat sementara. Oleh karena itu, “Perjalanan yang paling panjang adalah perjalanan mencari sahabat”.

Senin, 23 Maret 2015

Memahami Orang Lain

Memahami orang lain adalah ilmu yang dibutuhkan oleh semua orang, apapun profesi dan pekerjaannya. Sebaik apapun hubungan seseorang dengan Sang Penciptanya, tapi jika bermasalah dengan manusia pasti tidak akan nyaman dan mendatangkan kegelisahan. Karena sesungguhnya hasil yang kita capai hingga hari ini, adalah Berkat Rahmat Alloh swt melalui tangan orang lain. Karena sehebat apapun kita, kita tetap membutuhkan pertolongan orang lain.

Saya bersyukur sekali kepada Alloh Swt atas nikmat ilmu dan beramal sholeh, banyak orang yang memiliki ilmu tetapi tidak memiliki keinginan dan tempat untuk beramal, ada juga yang selalu beramal tetapi tidak sempat untuk belajar. Oleh karena itu, kegagalan itu terjadi jika seseorang selalu belajar tetapi tidak bertindak dan bertindak tanpa belajar. dan islam sangat menjunjung tinggi orang yang beriman, berilmu, dan beramal sholeh.

Sabtu dan minggu kemarin saya menemani tamu dari jakarta untuk melakukan kunjungan kerja di Bengkulu, dan beberapa kota di sekitarnya. salah satu misinya adalah sosialisasi program.

Pelajaran penting, yang saya dapatkan dari tantangan organisasi yang sering saya bicarakan, Alhamdulillah sudah memiliki titik terang. Kesulitan itu bagi saya menarik dan unik. Saya selalu menyambutnya dengan gembira, karena saya pasti akan mempelajari hal baru dan menemukan pendekatan baru dalam berhubungan dengan manusia.

Setelah kita sebelumnya membahas tentang pentingnya integritas (bagi yang belum baca baca disini), salah satu Ciri Pertama seorang pemimpin yang baik, adalah suka membangun jaringan atau relasi. Alhamdulillah sejak mahasiswa pengalaman berorganisasi mengajarkan saya banyak hal tentang cara menjalin hubungan dengan orang lain. Dari berbagai latar belakang suku, ras, warna kulit, status sosial, dan agama.

Tidak jarang sebagian sahabat selalu bertanya, “Rio Kenapa kamu selalu terlihat ceria dan periang?” 

Saya memandangnya sambil tersenyum, lalu saya jawab “Karena saya tidak fokus dengan diri saya, setiap pertemuan dengan orang lain, baik dalam rapat, sahabat, pekerjaan, saya selalu berusaha untuk memahami orang lain. Saya fokus untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain, memberikan pelayanan, ilmu, waktu, tenaga, keceriaan, dan rezeki”

Kemampuan memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang adalah ilmu yang sangat berharga dalam hidup saya yang sering berinteraksi dengan orang banyak. Pagi ini saya ingin berbagi kepada Anda, beberapa pelajaran penting,  apakah saat ini Anda bekejer dengan orang lain, atau sedang memimpin sebuah organisasi,  sadari bahwa semua orang, baik pemimpin maupun anak buah, memiliki hal-hal sebagai berikut :

1.  Setiap manusia butuh penghargaan. Mereka suka merasa diri mereka istimewa, jadi haragai mereka dengan tulus. Tantangan membangun integritas di beberapa kasus yang saya lihat, anggota atau pemimpin menjadi apatis, jika mereka tidak diberi penghargaan atas apa yang mereka lakukan.

Sabtu, 21 Maret 2015

Membangun Integritas

Beberapa minggu ini saya banyak belajar tentang pentingnya integritas. Dalam beberapa kunjungan kerja ke Yayasan dan organisasi, saya melihat integritas memiliki peranan penting dalam membangun kepercayaan dan kesolidan tim. Permasalannya, apa integritas itu? Mengapa integritas itu penting? Bagaimana membangunnya? Inilah yang akan kita bahas.

Beberapa waktu yang lalu, kita sudah membahas bahwa jatuh bangunnya suatu organisasi karena kepemimpinan, dan jatuh bangunnya kepemimpinan karena komunikasi. Kejatuhan keduanya, dapat saya simpulkan karena kita tidak memiliki integritas.

Apa itu integritas? 

Integritas adalah suatu bentuk kejujuran yang diimplementasikan secara nyata dalam tindakan sehari-hari. Nilai-nilai integritas sangat penting untuk diterapkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan, agar semua orang di dalamnya biasa saling percaya dan pada akhirnya biasa lebih cepat untuk mencapai tujuan bersama. Jika nilai-nilai integritas tidak dijalankan, maka kerja sama tim yang dilakukan akan menjadi lebih sulit akibat tidak terbangunnya kepercayaan yang komprehensif di antara mereka.

Kamis, 19 Maret 2015

Lelaki Shalih Belum Tentu Menjadi Suami Shalih

Seorang wanita pastinya mengharapkan seorang lelaki shalih untuk menjadi suaminya. Hal ini tentu baik. Namun, ketika dia sudah mendapatkan seorang suami, apakah masih pantas dia membayangkan lelaki lain untuk menjadi suaminya, meski dengan alasan lelaki lain itu – menurut pandangan pribadinya – lebih baik dari suaminya? Kita khawatir perasaan seperti ini akan menjadikan seseorang tidak mengalah pada takdirnya, setelah sebelumnya dia sudah berikhtiar.

Saya ingin menuliskan inti jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut di sini, untuk berbagi dengan yang lain. Semoga bermanfaat :

Nabi Muhammad, dalam hidupnya, juga sering menjadi tukang jodoh. Banyak riwayat yang menjelaskan hal itu, misalnya kisah perjodohan Julaibib dan lainnya. Nah, setelah mengamati apa yang dilakukan Nabi, berikut keterangan-keterangan dalam agama, kita sampai pada satu kesimpulan, ternyata dalam penilaian Nabi, lelaki shalih itu belum tentu menjadi suami shalih. Dengan ujaran lain, tidak semua lelaki baik, dapat menjadi suami yang baik!

Suami shalih, maknanya lebih luas dari pada lelaki shalih. Lelaki shalih adalah orang yang selalu melaksanakan perintah Allah baik lahir maupun batin. Misalnya, ia selalu berjama’ah di masjid, perilaku dan tutur katanya islami, meninggalkan hal-hal yang haram. Namun, dalam memberikan penilaian tentang siapa lelaki shalih itu, yang bisa kita lakukan hanya dari sisi lahiriahnya.

Secara lahiriah seseorang dapat dinilai sebagai orang beragama. Namun bisa saja dia ternyata tipe orang yang mudah marah, sering menghina dan merendahkan orang, ucapannya pahit, dan sebagainya. Hal ini tentu dapat menganggu ketenangan dan kebahagiaan rumah tangga.

Saya tandaskan, seseorang kelihatannya beragama dan berakhlaq baik. Namun ia memiliki beberapa sifat yang tidak cocok bagimu. Sebaliknya, justru ia cocok untuk orang lain, bukan untukmu.

Misalnya, lelaki itu bawaannya serius, sangat pendiam, melankonis, sulit tertawa, memiliki pergaulan sosial terbatas. Sedang Anda memiliki karakter sebaliknya: seorang sosialita, aktifis muslimah yang senang bergaul dengan yang lain, suka humor, dan sebagainya.

Saya tidak mengatakan sifat lelaki tersebut jelek. Namun sifat itu bagi Anda yang memiliki sifat yang saya contohkan tadi, bisa membuat Anda kurang nyaman dalam mengarungi rumah tangga.

Karena itulah, Nabi mengatakan (yang artinya): “Jika datang padamu lelaki yang kau ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tak kau lakukan, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang panjang.” (HR Turmudzi dan Ibnu Majah)

Perhatikan, Nabi tidak mengatakan “Jika datang padamu lelaki beragama dan akhlaknya baik”. Namun Nabi mengatakan, “Jika datang padamu lelaki yang kau ridhai agama dan perangainya”.

Apa bedanya?

Rabu, 18 Maret 2015

Umur dan Waktu

Alangkah cepatnya perputaran waktu, pergantian detik demi detik, menjadi menit, jam, hari dan minggu, bulan dan tahun menandai bertambahnya (bagi sebagian orang), tetapi pada hakikatnya lebih tepat berkurang usia seseorang. 

Setiap kali bangun dari tidur saya selalu merenungi “Tidak terbit fajar suatu hari kecuali dia berseru, ‘Aku waktu, aku ciptaan baru untuk menjadi sakasi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat” 

Setiap hari hendaknya kita bertanya, “kemana kita akan digiring oleh pergantian siang dan malam itu? Alangkah meruginya manusia yang tidak menyadari tujuan kehadirannya hingga nanti di batas waktu, dia lupa membawa bekal kepulangannya karena asyik bermain. 

Al-Qur’an pun berpesan tentang hal ini “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah disiapkan untuk hari esok (Q.S. Al-Hasyr: 18). Ayat ini menuntun, sekaligus menuntut orang beriman untuk memiliki visi jauh ke depan, bukan hanya terbatas pada kehidupan kita saat ini, tapi hari esok dan di akhirat nanti.

Alangkah banyak gambaran bagaimana penggunaan waktu bagi orang yang tidak beriman, perjalanan hidupnya di dunia ini, tidak lain melakukan aktivitas yang melalaikan, permainan tanpa tujuan, berhias dan bersolek , menumpuk-numpuk harta dan memperbanyak anak dengan tujuan untuk menjadi kebangga-banggaan.

Dalam perjalanan kehidupan saya, ada pelajaran penting yang selalu saya sampaikan kepada peserta seminar dan pelatihan, bahwa cara paling baik untuk melipat waktu adalah dengan belajar melalui pengalaman orang lain. 

Sahabat kita tidak akan pernah menguasai waktu dengan efektif jika strategi utama kita untuk mempelajari dan menguasai dunia kita didasarkan pada coba-coba. Itulah nasehat guru saya yang sangat berkesan. Kita membutuhka waktu yang lama dan panjang jika harus terus mencoba-coba. 

Selasa, 17 Maret 2015

Mendesain Impian

Tidak ada yang lebih celaka daripada kehilangan tujuan, Maka hilang pula semangat, alasan dan juga harapan. Begitu pentingnya tujuan, sampai-sampai jika kita ingin naik angkot, taksi, pesawat, pasti di tanya tujuannya kemana ? Orang yang tidak memiliki tujuan tentu akan banyak menghabiskan waktu di dunia yang hanya sementara.

Kita semua pasti memiliki impian. Saya yakin bahwa jauh di dalam lubuk hati kita, kita memiliki potensi dan anugrah yang sangat spesial yang telah diberikan Sang Pencipta. Kita dapat menciptakan sebuah perubahan, baik perubahan bagi diri sendiri, keluarga, perusahaan, masyarakat, bangsa dan agama.

Saya juga meyakini bahwa kita menginginkan dan dapat menyentuh orang lain dengan cara spesial. Apakah Dengan jalan menjadi seorang penulis, pengusaha, motivator, Ustadz, Guru, seorang ibu atau ayah, pelajar atau mahasiswa yang berprestasi. Buktinya Anda membaca tulisan ini, tentulah Anda ingin menjadi pribadi yang lebih baik dari ke hari dengan memperbaharui cara pandang Anda terhadap kehidupan sehingga dapat menjadikan dunia ini sebagai tempat yang lebih baik.

Senin, 16 Maret 2015

Hoegeng Iman Santoso : Model Pemimpin Berkarakter


Belakangan ini beberapa media terus menyajikan kisruh perpolitikan yang tidak kunjung usai. Di tengah semangat membangun bangsa yang mandiri dan sejahtera, kita dihadapkan dengan kondisi internal yang saling bertikai. Sebut saja, kasus POLRI Vs KPK.

Oleh karena itu, saya berusaha menyajikan kisah salah satu tokoh yang bisa dijadikan teladan dalam menegakkan kebenaran, memiliki karakter yang kuat, berani bicara lantang, tak takut aral menghadang yang datang menerjang. Ia adalah sosok Hoegeng Iman Santoso.

Sosok Hoegeng telah banyak ditulis. Tetapi agaknya tidak pernah kita pernah merasa jemu mengikuti perjalanan sang legendaris ini. Saat Gus Dur menjadi Presiden RI, dia berkata : “Hanya dua orang polisi yang tidak bisa disogok. Polisi tidur dan Hoegeng”.

Ketika kelompok petisi 50 mengadakan  rapat di kediaman Ali Sadikin, yang empunya rumah terkaget-kaget karena tidak jarang Hoegeng hanya naik bajaj. Yang bahkan untuk membayar PBB pun, Ali Sadikin ketika menjabat Gubernur DKI pernah membantu melunasinya.

Mengapa Hoegeng teguh pada pendirian untuk bersih, tidak korup, tidak takut dan terbuka? “Yang penting dalam kehidupan manusia adalah kehormatan. Jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang mencemarkan”, kata bapaknya yang sampai akhir hayatnya tidak mempunyai tanah dan rumah pribadi. Bagaimana kata-kata itu tidak berpengaruh karena bapaknya juga seorang pejabat. Bukan pejabatnya yang menjadi soal. Tetapi kekuasaan yang dipegang bapaknya tidak membuat lupa diri. Ayah Hoegeng adalah Sukario Hatmodjo, pernah menjabat sebagai Kepala Kejaksaan di Pekalongan.

Ketika ditugasi ke Kepala Bareskrim Sumatera Utara (Sumut) sikap Hoegeng memperlihatkan sosok dirinya. Ketika itu, Sumut terkenal dengan mafianya. Di hari pertama kedatangannya, Hoegeng disambut cara khas mafia. Rumah pribadi dengan perlengkapan serta mobil telah disediakan cukong-cukong perjudian. Hoegeng menolak dengan cara tinggal di hotel sebelum dapat rumah dinas.

Namanya Mafia tidak boleh mati angin. Saat rumah dinas tersedia, sebelum Hoegeng datang, rumah itu telah dipenuhi oleh perabotan. Hoegeng memberi ultimatum agar barang-barang itu ambil kembali. Karena tidak digubris, akhirnya perabotan itu dikeluarkan dan diletakkan di tepi jalan.

Kisah-kisah yang menyentuh dan menggetarkan hati ini beberapa saya dikutip dari memoar Hoegeng, Polisi antara Idaman dan Kenyataan, karangan Ramadhan KH.

Minggu, 15 Maret 2015

Selayang Pandang "Dai Muda Muhammadiyah"

Tim 8 Dai Muda Muhammadiyah
Muhammadiyah menginjak usia yang telah melampaui satu abad. Dalam rentang waktu yang panjang tersebut, berbagai macam dinamika dalam tubuh persyarikatan telah makin mematangkan pengalaman Muhammadiyah dalam mencetak kader persyarikatan, kader umat dan kader bangsa. Kader – kader Muhammadiyah militan telah banyak lahir dari Muhammadiyah sebut saja nama Kiai Syudja’, K.H. Mas Mansyur, A.R. Fakhrudin, Buya Hamka, Kasman Singodimedjo ataupun Jenderal Besar Sudirman. Tak bisa kita pungkiri pula munculnya tokoh – tokoh besar ini tidak “langsung jadi”, namun mengalami proses pengkaderan yang panjang. Keberadaan ranting Muhammadiyah adalah lapis pertama pengkaderan tersebut sebagai gerak langkah dakwah Muhammadiyah untuk umat dan untuk Bangsa.

Sabtu, 14 Maret 2015

Seorang Muslim dengan Keluarga dan Kerabat

Apakah Anda pernah merasakan kegelisahan? Tidak fokus melakukan pekerjaan? Tidak mendapatkan ketenangan dalam kehidupan? Atau doa-doa Anda hingga hari ini mungkin belum banyak diijabah oleh Alloh swt?

Saya sering kedatangan beberapa pelajar, mahasiswa, bahkan ibu-ibu yang meminta sharing tentang perasaan yang mereka rasakan, baik masalah kuliah, kerja, hubungan baik dengan temannya, hubungan antar keluarga, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

Melalui petunjuk-Nya dan Petunjuk Rosul-Nya, saya selalu menebak setiap orang yang bermasalah di sebabkan dua hal: Pertama, Hubungannya yang tidak harmonis dengan Robbnya (Alloh), Kedua, dia pasti punya masalah dengan kedua orang tuanya.

Mayoritas menjawab “Ya” sumber masalah terletak dari hubungan yang kurang harmonis kepada Alloh (hablumminaulloh)  dan Orang Tua atau kerabat (Hablumminannas).

Saya sering bertemu dengan orang yang tampaknya sholeh tetapi sebenarnya memiliki permasalahan, kegundahan, dan kegelisahan yang akut. Mungkin disebabkan hubungan yang kurang harmonis dengan keluarga.

Setiap manusia yang memiliki dua permasalahan di atas, walaupun telah meraih kesuksesan yang berlimpah, selalu dihinggapi kegelisahan dalam hidup.

Tapi kali ini kita akan sedikit membahas tentang bagaimana sikap seorang muslim dengan keluarga dan kerabatnya. 

Islam menghorati sanak kerabat dengan penghormatan yang belum pernah dikenal dalam sejarah kemanusiaan pada agama-agama lain dan ajaran lain. Islam mewasiatkan dengan menghormati sanak kerabat, menganjurkan untuk menyambungnya, dan mengancam yang memutuskan hubungannya. 

Barangsiapa yang bertakwa kepada Tuhannya, dan menyambung hubungan keluarganya, maka ia dipanjangkan umurnya, banyak hartanya, dan dicintai keluaeganya" (HR. Bukhori)

Silaturahmi menjadi keberkahan bagi pelakunya dalam rezeki dan umurnya, rahmat Alloh yang memenuhinya di dunia dan akhiratnya, menarik kecintaan manusia kepadanya, dan pujian kepadanya.

Jumat, 13 Maret 2015

Nikmat Persahabatan


Tidak terhitung lagi berapa banyak nikmat yang telah Sang Pencipta berikan kepada kita. Nikmat waktu, nikmat sehat, nikmat iman, nikmat penyesalan. Yang tidak kalah pentingnya adalah nikmat persahabatan.

Salah satu sahabat saya pernah berkata, menurutnya salah satu nikmat adalah nikmat berkumpul. Jika dilengkpai bagi saya Salah satu kenikmatan hidup adalah berkumpul dengan sahabat yang baik. Mereka menjadi pengingat saat kita lupa dan menjadi penyemangat saat kita berkarya. Selain itu, sahabat yang baik kelak bisa menyelamatkan kita dari siksa api neraka.

Salah seorang sahabat saya mengiksahkan kisah yang menarik tentang sepenggal kisah tentang persauadaraan.

Umar Bin Khattab pernah berkata: Aku tidak mau hidup lama di dunia yang fana ini, kecuali karena tiga hal: keindahan berdakwah dan berjihad di jalan-Nya. Repotnya bangun dan berdiri untuk Qiyamul lail. Dan indahnya bertemu dengan sahabat-sahabat seiman.

Mungkin kisah berikut ini mampu mengawal perasaan kita. betapa ukhuwah itu merupakan penanda iman kita.

Kamis, 12 Maret 2015

Belajar Memaafkan



Beberapa malam yang lalu, saya sangat dikagetkan dengan salah satu sikap dalam sebuah forum. Beliau bukanlah orang yang asing bagi saya, tapi tiba-tiba dalam agenda rapat, beliau menaikkan nada suaranya, bangun dari tempat duduknya, lalu menarik tangan salah satu peserta forum. 

Tentu kejadian itu memecah suasana yang awalnya khidmat dan tenang. Tetapi, saya berusaha menenangnya, mungkin kekesalan yang beliau tumpahkan malam itu karena kemarahan yang telah terpendam begitu lama.

Saya bertanya dalam hati, sekelas ustadz besar seperti itu saja tidak bisa mengendalikan diri, padahal anak SD bahkan TK tidak sedikit yang tahu La Taghdob walakal Jannah (Jangan marah, bagimu surga). 

Kebanyakan manusia (khususnya umat muslim) menilai agama dari seberapa sering orang melakukan ritual seperti sholat dll. Agama bukanlah sekedar ibadah ritual; banyaknya hafalan, hitamnya jidat, panjangnya jenggot, lebarnya kerudung. 

Agama itu ada di dalam hati, melebur hingga menjadi satu kesatuan dalam diri manusia. Menjadi cara berpikir, cara berbicara, cara berperilaku, semuanya termanifestasi menjadi perilaku keseharian.

Rabu, 11 Maret 2015

Rubrik Baru : Pendidikan Pra Nikah

Ada sebuah keterpanggilan dalam jiwa saya untuk sedikit memberikan warna baru dalam tulisan saya. Mengingat banyaknya sahabat dan melihat fenomena kegalauan yang sedang menginggapi para pemuda dan pemudi yang sedang jatuh cinta. Oleh karena itu, semoga usaha ini bisa sedikit mengobati dan membekali ilmu kita sebelum berumah tangga.
 
Saya bukanlah orang yang ahli agama, tapi berusaha sekuat tenaga, jiwa dan raga saya untuk menolong agama-Nya, semoga Alloh menolong dan meneguhkan orang-orang yang menolong agamanya. Bersabarlah menanti janji-Nya.

Pertemuan saya dengan sahabat lama saya beberapa bulan yang lalu, memberikan bahan renungan kepada saya, bagaimana mungkin orang yang awalnya sholeh tiba-tiba berubah arah? (Baca Kisahnya di sini) Oleh karena itu, dengan ilmu yang saya pelajari dari beberapa guru saya, buku bacaan dan hasil sering di beberapa media sosial : WA, BBM, Blogger, dll, saya akan mencoba membuat rubrik baru. Tentang Keluarga dan Pendidikan Pra Nikah.

Saya meminta maaf kepada sahabat saya yang selama ini telah lama hilang kontak, sehingga tidak mengetahui perkembangan, kabar, suka dan duka yang kalian jalani di sudut dunia, bumi Alloh yang luas ini. Semoga Alloh swt memudahkan urusan kalian dan mengabulkan hajat baik kalian. Jika ada yang membaca tulisan ini, saya sangat bahagia jika kita saling bertukar kabar dan cerita. Begitu juga dengan pembaca setia Always Positif and Be Happy 
 
Mengingat saya sendiri mulai dari sekarang harus mendesain masa depan lebih serius, dan mempersiapkan ilmunya sebelum beramal menuju bahtera rumah tangga.

Selain itu, dalam rangka mewujudkan tatanan dunia baru, baik dalam skala global maupun lokal, kita harus memulainya dari diri sendiri, berlanjut kepada pembentukan rumah tangga yang islami, lalu membangun masyarakat, kota, bangsa dan negara.
seseorang yang mencintai ingin selalu memberikan surga kepada orang yang dicintai. Tentu saja surga dalam arti sebenarnya, bahwa cita keduanya adalah kehidupan setelah mati.

Memilih Pasangan Hidup


Suatu waktu, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri. Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya harta dan kesenangan yang banyak. Sebab, dialah yang tercantik diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat istri keempatnya ini.



Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini kepada semua temannya. Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain.



Begitu juga dengan istri yang kedua. Ia pun sangat menyukainya. Ia adalah istri yang sabar dan pengertian. Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.



 Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dialah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sang suami. Akan tetapi, sang pedagang tak begitu mencintainya. Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun pedagang ini tak begitu mempedulikannya.

Selasa, 10 Maret 2015

Lelah yang dicintai Sang Pencipta



Satu minggu yang lalu, hari yang cukup melelahkan bagi saya. Setelah pulang dari Regional Meeting Se-Sumatera di Kota Bandar Lampung, saya harus mempersiapkan persentasi pelatihan, rapat dengan pimpinan wilayah sebuah ormas, mengurus kakak yang sakit, menyelesaikan tugas mandat dari orang tua, mendidik anak-anak di sekitar rumah, mengelar rapat persiapan terjun ke daerah-daerah bersama Dai Muda Muhammadiyah (DMM) lalu di sela rapat saya izin karena harus membina generasi muda yang ingin belajar. Nyaris mulai pukul 09.00-23.00 WIB berusaha saya optimalkan. 

Malam itu, saya sangat bahagia karena bisa bertemu dengan generasi muda yang memiliki tekad dan semangat yang luar biasa untuk tetap belajar di tengah kesibukan mereka. 

Sebagai anggota keluarga, tentu saya memiliki peran untuk berbagi dengan keluarga, menelpon orang tua, berkunjung, mengecek kondisi kakak saya yang sedang dalam perawatan. Membantu pekerjaan yang telah dimandatariskan orang tua kepada saya.

Di tengah-tengah masyarakat, tidak lupa sebelum keberangkatan ke luar kota, saya diminta mengisi Khutbah di Perumahan tempat saya tinggal, membina anak-anak dan remaja, dilanjutkan pembinaan Pemuda dan Mahasiswa Beberapa Kampus di Kota Bengkulu. Besoknya saya dan tim DMM melakukan perjalanan yang cukup jauh ke Mukomuko, salah satu kabupaten di Kota Bengkulu.

Perjalanan ke Mukomuko Kurang lebih menghabiskan waktu sekitar 10 Jam Perjalanan. Tapi, semua yang saya lalui sangat membahagiakan, lelah memang, tapi nikmat karena tiada daya dan upaya kecuali curahan rahmat dari Alloh swt dan tidak lupa dalam setiap aktivitas saya, beberapa saat sebelum saya melakukan kegiatan di luar kota, mengambil keputusan strategis dalam hidup, saya berkonsultasi, meminta izin dan restu dari orang tua (khususnya Ibu). Ridho Alloh dan Orang tua cukup sebagai sumber kebahagian dan cara untuk memancing rahmat dan kemudahan dalam hidup dari-Nya.

Saya, Anda, dan tentunya kita semua merasakan lelah yang luar biasa, tapi yakinlah, pastikan lelahnya kita adalah lelah yang dicintai Sang Pencipta kita, yaitu Alloh swt. 

Sahabat jika Anda juga merasakan kelelahan, semoga kelelahan itu adalah kelelahan yang mendatangkan pahala. Ada beberapa lelah yang dicintai Allah swt: 

Pertama, lelah dalam beribadah, Beribadah adalah sebuah kewajiban. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS Adz-Dzariyaat [51]: 56). Di saat menunaikan berbagai ibadah (seperti shalat, puasa, zakat, haji atau yang lain), kita tentu mendapatkan rasa lelah. Tetapi, berbahagilah, sebab “Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS Al-Ankabuut [29]: 69).

Sabtu, 07 Maret 2015

Penghuni Surga

Setiap manusia (yang beriman) pasti mendambakan surga. Ada kisah menarik yang masih saya ingat dan pernah saya baca tentang penghuni surga. Semoga kita bisa meneladaninya, Begini ceritanya:

Suatu ketika Nabi Muhammad saw. Duduk di masjid dan berbincang-bincang dengan sehabatnya. Tiba-tiba beliau bersabda: “sebentar lagi seseorang penghuni surga akan masuk kemari.” Semua mata tertuju ke pintu masjid dan pikiran para hadirin membayangkan seseorang yang luar biasa. “Penghuni surga, penghuni surga,” demikian gumam mereka.

Beberapa saat kemudian masuklah seorang dengan air wudhu yang membasahi wajahnya dan dengan tangan menjinjing sepasang alas kaki. Apa gerangan keistimewaan orang itu sehingga mendapat jaminan surga? Tidak seorang pun yang berani bertanya walau seluruh hadirin merindukan jawabannya.

Keesokan harinya peristiwa di atas terulang kembali. Ucapan Nabi dan “si penghuni” surga dengan keadaan yang sama semuanya terulang, bahkan pada hari ketiga pun terjadi hal yang demikian.

Abdullah Ibnu ‘Amr tidak tahan lagi, meskipun ia tidak berani bertanya dan khawatir jangan sampai ia mendapat jawaban yang tidak memuaskannya. Maka timbullah sesuatu dalam benaknya. Dia mendatangi si penghuni surga sambil berkata: “Saudara, telah terjadi kesalahpahaman antara aku dan orangtuaku, dapatkan aku menumpang di rumah Anda selama tiga hari?”

Jumat, 06 Maret 2015

Berpikir Positif

Sesungguhnya Allah berkata: "Aku sesuai prasangka hambaku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku" (HR.Muslim)

Menurut para pakar pengembangan pribadi, “You are what you think”. Mungkin ungkapan ini sangat populer di telinga dan pikiran sahabat untuk menjelaskan bahwa diri kita terganntung pikiran kita. seandainya pikiran kita negatif, maka kita akan menjadi pribadi yang negatif. Sebaliknya, apabila pikiran kita selalu positif, maka kita pun menjadi individu yang berkepribadian positif.

Ibnu Atha'illah dalam kitab Hikam mengungkapkan bahwa siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka lihatlah seberapa tinggi kedudukan Allah dalam hatinya. Demikian pula, siapa yang ingin mengetahui seberapa dekat Allah dengan dirinya, maka lihatlah seberapa dekat Allah dengan hatinya.

berdasarkan hadis qudsi yang diterimanya, Rasulullah SAW memotivasi umatnya agar kita berusaha selalu dekat dengan Allah SWT, berbaik sangka (husnudzan) dan tidak berburuk sangka (su'udzhan) kepada-Nya. Karena Allah SWT "berbuat" sesuai prasangka hamba-Nya. Bila seorang hamba berprasan]gka bahwa Allah itu jauh, maka Allah pun akan "menjauh", sebaliknya bila ia berprasangka bahwa Allah itu dekat, maka Allah pun akan "mendekat" kepadanya.

Kamis, 05 Maret 2015

Belajar dari Layang-Layang

Bagaimana kabar sahabat hari ini? semoga selalu dalam keadaan yang prima untuk beraktivitas. Apapun kondisi kita, yakinlah bahwa segala sesuatu terjadi atas izin Tuhan. Oleh karena itu, mari kita optimalkan potensi yang Alloh karuniakan, karena tiada talenta yang diciptakan secara sia-sia.

Belakangan ini ada yang menarik perhatian saya, di lingkungan tempat saya tinggal. Hampir disetiap sudut gang anak-anak asyik bermain layang-layang, tidak sedikit orang tuanya pun ikut bermain. 

Ada yang menarik dari permainan ini, saya berpikir alangkah nikmatnya dulu ketika saya bisa menerbangkan layang-layang ke langit yang biru. Saya bisa merasakan dari raut wajah mereka bahwa ada kepuasan tersendiri ketika kita bisa menerbangkan layang-layang.

Tapi pertanyaannya? Kenapa layang-layang bisa terbang? 

Layang-layang bisa terbang tinggi karena melawan angin bukan terbawa angin. Oleh karena itu, jika Anda ingin terbang tinggi, kita jangan sampai larut dalam masalah, tapi bagaimana kita sekuat tenaga mampu berkembang dalam tantangan dengan melawan arus. Karena akar keberhasilan adalah kemauan untuk berubah, berjuang, dan sukses di jalur kita masing-masing.