Setiap institusi pendidikan memiliki sebuah hari istimewa yang dirayakan setiap tahun: Dies Natalis, atau hari lahir. Momen ini bukan sekadar perayaan formal, melainkan sebuah kesempatan untuk merefleksikan perjalanan panjang, menghargai jasa para pendiri, serta memupuk semangat untuk masa depan. Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) baru saja merayakan miladnya yang ke-34, mengacu pada pendiriannya sebagai universitas pada tahun 1991. Namun, jika kita melihat lebih dalam ke arsip sejarah institusi ini, muncul pertanyaan reflektif: Apakah perhitungan Dies Natalis ini sudah sepenuhnya merepresentasikan seluruh perjalanan dan fondasi sejarah UMB?
Sejarah mencatat bahwa cikal bakal UMB bermula jauh sebelum tahun 1991. Tepatnya pada 1 Agustus 1970, lahirlah Fakultas Keguruan dan Ilmu Sosial (FKIS) IKIP Muhammadiyah Jakarta cabang Bengkulu. Ini adalah embrio awal, titik nol, dari keberadaan pendidikan tinggi Muhammadiyah di tanah Bengkulu. Dari FKIS, institusi ini berkembang menjadi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Bengkulu pada 1 Juni 1973. Kemudian, setelah perjuangan panjang, STKIP inilah yang secara resmi bertransformasi menjadi Universitas Muhammadiyah Bengkulu pada 20 Juni 1991.
Dalam konteks sejarah dan tradisi akademik, Dies Natalis umumnya merujuk pada tanggal berdirinya entitas paling awal yang menjadi fondasi sebuah institusi, bukan sekadar perubahan nama atau peningkatan status. Perubahan dari FKIS menjadi STKIP, dan dari STKIP menjadi universitas, adalah sebuah evolusi dan keberlanjutan, bukan pembentukan institusi yang sama sekali baru dari nol. Seluruh proses ini adalah bagian tak terpisahkan dari narasi besar UMB.
Jika kita merayakan Dies Natalis dari tahun 1991, kita secara tidak langsung "memotong" dan "menghilangkan" dua dekade lebih sejarah penting yang membentuk UMB saat ini. Kita mengabaikan perjuangan awal, rintisan yang dilakukan oleh para pendahulu sejak tahun 1970. Padahal, fondasi dan nilai-nilai yang dibangun sejak era FKIS dan STKIP itulah yang menjadi pijakan kuat bagi UMB.
Belajar dari Universitas Muhammadiyah Lain: Kasus UHAMKA dan UMS
Praktik serupa dalam menelusuri akar sejarah untuk menentukan Dies Natalis juga terlihat pada universitas Muhammadiyah lainnya. Ambil contoh Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (UHAMKA) di Jakarta. Meskipun resmi menjadi universitas pada tahun 1997, sejarah pendiriannya ditelusuri hingga 18 November 1957, ketika Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) pertama kali diresmikan. PTPG ini kemudian berevolusi melalui FKIP UMJ dan IKIP Muhammadiyah Jakarta sebelum akhirnya menjadi UHAMKA.
Contoh lain adalah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). UMS secara resmi berdiri sebagai universitas pada 24 Oktober 1981. Namun, akar sejarahnya dimulai jauh sebelumnya, yaitu pada tahun 1958 dengan berdirinya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta cabang Surakarta. FKIP inilah yang kemudian berkembang menjadi IKIP Muhammadiyah Surakarta, dan pada akhirnya bertransformasi menjadi UMS.
Kasus UHAMKA dan UMS menunjukkan bahwa praktik umum dalam menelusuri dan mengakui cikal bakal institusi adalah hal yang penting untuk merefleksikan seluruh perjalanan sejarah sebuah universitas. Mereka memilih untuk merayakan bukan hanya titik puncak transformasi menjadi universitas, melainkan keseluruhan rantai peristiwa yang membentuk identitas dan keberadaan mereka saat ini.
Pertanyaan ini bukan untuk meragukan perayaan yang telah dilakukan, melainkan untuk membuka ruang diskusi yang konstruktif. Diskusi ini penting untuk:
1. Menghargai Seluruh Jejak Sejarah: Dengan meninjau ulang, kita dapat memberikan pengakuan penuh terhadap seluruh perjalanan UMB, dari titik awal hingga menjadi universitas seperti sekarang.
2. Memperkuat Identitas Institusional: Memahami akar sejarah yang lebih dalam akan memperkaya identitas UMB dan menumbuhkan rasa bangga yang lebih besar bagi seluruh civitas academica, dari mahasiswa, dosen, staf, hingga alumni.
3. Memberikan Inspirasi: Kisah perjuangan dari sebuah fakultas cabang hingga menjadi universitas mandiri pada tahun 1970-an dan 1980-an adalah sumber inspirasi yang tak ternilai bagi generasi penerus UMB.
Momen Dies Natalis seharusnya menjadi refleksi utuh atas perjalanan yang telah ditempuh. Apakah kita ingin merayakan sebuah "kelahiran kembali" di tahun 1991, atau merayakan "kelahiran sejati" dan seluruh perjalanan pertumbuhan yang dimulai sejak tahun 1970?
Mari kita jadikan ini sebagai bahan diskusi bersama di lingkungan Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Sebuah tinjauan ulang terhadap penetapan Dies Natalis dapat menjadi langkah penting untuk menegaskan kembali makna sejarah dan warisan yang patut kita banggakan bersama.
Semoga tulisan ini dapat memantik diskusi yang bermanfaat.😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung. Semoga langkah Anda hari ini membawa semangat baru untuk terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak. Saya menghargai setiap dedikasi dan perjalanan Anda. Sampai kita berjumpa kembali, dalam tulisan atau kehidupan nyata.