Senin, 17 Desember 2018

Menghidupkan Hati Nurani


Manusia memiliki kesempatan untuk ma'rifatullah (kesanggupan mengenal Allah). Kesanggupan ini Allah karuniakan kepada manusia karena mereka memiliki akal dan hati nurani. Inilah karunia Allah yang sangat besar bagi manusia. Orang-orang yang hatinya hidup akan bisa mengenal dirinya, dan pada akhirnya akan berhasil pula mengenal Tuhannya. Tidak ada kekayaan termahal dalam hidup ini kecuali keberhasilan mengenal diri dan Tuhannya.

Siapapun yang tidak bersungguh-sungguh menghidupkan hati nuraninya, dia akan jahil, baik dalam mengenal diri, terlebih lagi dalam mengenal Tuhannya. Orang-orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah mampu mengenal dirinya dengan baik, tidak akan pernah tahu harus bagaimana menyikapi hidup ini, apalagi merasakan indahnya hidup. Karena itu, hampir dapat dipastikan bahwa yang dikenalnya hanyalah dunia belaka.

Berambisi Terhadap Akhirat


Dunia dengan berbagai keindahan dan kelezatannya memang sangat menggiurkan dan menjanjikan, maka tak ayal orang yang lemah pondasi imannya akan terseret bahkan menjadi budaknya, semuanya demi dunia. Agar dapat lolos dari jerat ini, maka seorang muslim hendaklah membekali dirinya dengan keimanan dan ketakwaan serta memompa dirinya agar memiliki ambisi akhirat yang sangat tinggi.

Karena, siapa saja yang ambisinya akhirat, maka ia akan selalu mengingatnya dalam setiap kondisi di dunia. Anda akan mendapatinya tidak bergembira, tidak bersedih, tidak ridha, tidak marah dan tidak berusaha, kecuali untuk akhirat. Ia akan selalu mengingat akhirat dalam mencari rizki, berjual beli, bekerja,memberi, dan dalam semua urusannya. Siapa saja yang demikian kondisinya, maka Allah subhanahu wata’ala akan menganugerahinya tiga kenikmatan yaitu:

Kamis, 13 Desember 2018

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ala Nabi Muhammad

Berbagai fenomena yang melanda dunia akhir-akhir ini mengirimkan pesan penting kepada kita, pentingnya mengembangkan sumber daya manusia yang berkarakter baik. Pertanyaannya, bagaimana cara mewujudkan manusia yang membawa kebaikan bagi sesama manusia dan alam semesta?

Pendidikan yang diharapkan menjadi ujung tombak perubahan kiranya baru mengubah manusia pada taraf pikiran, belum sepenuhnya menyentuh hal yang mendasar yaitu hati. Ya, hati  yang berpikir yang jika dikolaborasikan menghasilkan kearifan dalam berpikir, bertutur, bertindak, dan membuat keputusan.

Mau bukti?

Jika ada pesan wa/ kiriman orang lain yang masuk ke handphone satu tulisan/ gagasan dari seorang pakar, berita, dan sejenisnya dan satu lagi isinya ayat-ayat Allah. Mana yang lebih fokus kita renungi lebih dalam? Kebanyakan yang ditadabburi adalah pendapat-pendapat (opini) manusia. Ya, yang beredar disekitar kita akhir-akhir  ini lebih banyak opini daripada ilmu (khususnya wahyu).

Apa sumber yang bisa mengasah kecerdasan hati, pikiran, dan fisik manusia secara holistik? Alhamdulillah sebagai orang yang Allah anugrahi mengenyam dunia pendidikan tinggi di kampus, saya telah merasakan efek perubahan dalam jiwa, pikiran, dan perubahan fisik (baca: kesehatan) melalui agama islam.

Kenapa agama? Karena itu sumbu pemicu potensi manusia yang sebenarnya. Islam yang mengubah para budak menjadi manusia-manusia mulia. Mengubah cara kita memandang dunia, melihat  sekitar kita. Islam mengajarkan cara pandang yang unik untuk melihat hidup dan segala pernak-perniknya.

“jika Anda menginginkan perubahan kecil, ubahlah perilaku Anda. Jika Anda menginginkan perubahan dengan lompatan kuantum, ubahalah cara Anda memandang dunia”

Agama ini mengajarkan manusia untuk mampu melihat jauh ke depan (Akhirat). Mengapa? Segala pikiran, lintasan mata, hati, ucapan, tindakan akan memiliki konsekuensi logis terhadap kehidupan sesorang di dunia, terlebih lagi di akhirat. Karena itu, seorang muslim sejati adalah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mengisi waktunya dengan aneka kebaikan (Ibadah). Detik demi detik, menit, jam, dan hari. Sehingga ia menjadi manusia yang produktif dan penuh semangat menyongsong masa depan.

Contohnya?

Generasi sahabat adalah contoh umat terbaik yang pernah dilahirkan di pentas muka bumi ini. bagaimana rasul mendidik mereka sehingga mampu menjadi generasi terbaik?

Rabu, 28 November 2018

Dialog Dahysat Umar bin Abdul Aziz dan Putranya

Siang itu, saat qailulah (tidur siang menjelang dzuhur), Umar bin Abdul Aziz hendak merebahkan punggungnya sejenak. Ia belum lama dibaiat sebagai khalifah. Putranya, Abdul Malik yang masih sangat belia dan dikenal sholih serta ahli ilmu masuk menemui ayahnya itu, protes.

Abdul Malik berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apa jawabanmu kelak di hadapan Rabb mu jika Dia bertanya kepadamu: kamu melihat bid’ah dan tidak kamu matikan atau sunnah dan tidak kamu hidupkan?

Umar Bin Abdul Aziz menjawab tenang, “Semoga Allah merahmatimu dan membalas kebaikanmu sebagai anak yang baik. Anakku, sesungguhnya masyarakatmu dulu telah melakukan semua itu seikat demi seikat hingga kuat sekali, maka kapan pun kamu hendak mencabutnya dari mereka, aku khawatir mereka akan membuat gaduh dan pertikaian hingga akan banyak pertumpahan darah.

Abdul Malik bertanya lagi, “Wahai ayah, apa yang menghalangimu untuk segera menegakkan keadilan seperti yang kau inginkan?”

Umar bin Abdul Aziz menjelaskan strateginya, “Wahai anakku, sesungguhnya aku ingin melatih dan mengajak masyarakat sebuah latihan yang sulit. Aku ingin menghidupkan keadilan, tapi aku akhirkan agar aku bisa mengeluarkannya bersamaan dengan sifat tamak terhadap dunia. Agar mereka lari dari ini dan masuk dengan tenang ke ini.”

Senin, 26 November 2018

Menata Cara Pandang Ketika Sakit


Beberapa hari ini saya menerima curhatan salah satu jamaah masjid dekat rumah. Salah satu kegelisahan yang banyak dialami oleh setiap manusia adalah sakit. sebenarnya saya tidak terlalu merisaukan penyakitnya, akan tetapi cara ia menyikapi penyakit yang berlebihanlah yang membuat saya kasihan. Selengkapnya Baca: Energi Stagnan Terkait dengan Penyakit

Konsep Pengobatan  Nabi secara sederhana dapat  kita lihat pada bagaimana Nabi Muhammad Shalaullahhu ‘alaihi wassalam bersikap dan bertindak saat  menjenguk seorang  yang sakit  :

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk Ummu as-Saib (atau Ummu al-Musayyib), kemudian beliau bertanya, ‘Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib , kenapa kamu bergetar?’ Dia menjawab, ‘Sakit demam yang tidak ada keberkahan Allah padanya.’ Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu menghilangkan karat’.“ (HR. Muslim 4/1993, no. 2575)

Dari hadist tersebut sikap pertama yang ditunjukkan Nabi adalah jangan mencela penyakit.

Ini adalah sikap  Nabi yang utama dalam menghadapi penyakit sebelum melakukan tindakan yang lainnya. Ucapan Nabi ini untuk menata secara benar cara pandang / paradigma tentang penyakit baik sebagai pengobat maupun pesakit.

Sabtu, 10 November 2018

Kepahlawanan Masa lalu, Hari ini, dan Masa Depan

Setiap tahun,  Indonesia menobatkan tanggal 10 November  sebagai hari pahlawan. Pahlawan berasal dari bahasa Sansekerta “Phala-Wan”, artinya orang yang menghasilkan buah atau hasil karya (phala). 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disebut sebagai pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Sedangkan dalam Peraturan Presiden No. 33 tahun 1964, untuk disebut Pahlawan harus memenuhi kriteria tertentu dan yang bersangkutan telah wafat dan sebagai seorang pejuang.

Karya besar, penuh pengorbanan dan jelas manfaatnya bagi kehidupan manusia dan lingkungan adalah pekerjaan kepahlawanan. Apapun motif niatnya, manusia patut menghargainya.

Ustadz Rosyadi mengingatkan, bagi kita yang memiliki kerja kepahlawanan itu tentu tidak cukup demi memperoleh penghargaan manusia. Justru bagi para perindu cinta Ilahi dan kampung surgawi bukan kerja kepahlawan semata yang ditekuninya tetapi dia juga mengawal dan memastikan motif niat dirinya dalam mengerjakan semua itu.

Bagi orang yang mencintai kampung akhirat dan amat besar cintanya kepada Sang Pencipta, apresiasi dari Allah jauh lebih penting dan utama daripada yang diperoleh dari manusia.

Rabu, 07 November 2018

Mengenal Allah Sebagai Pondasi Kehidupan

Secara fitrah, manusia memiliki kebutuhan standar. Dalam salah satu bukunya, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa manusia memiliki kecenderunagn untuk mencintai dirinya, mencintai kesempurnaannya, serta mencintai eksistensinya. Dan sebaliknya, manusia cenderung membenci hal-hal yang dapat menghancurkan, meniadakan, mengurangi atau menghancurkan kesempurnaan itu.

Orang besar terkenal banyak dipuji-puji, memiliki pengaruh dan kekayaan yang melimpah, pengikutnya beribu-ribu bahkan jutaan, akan takut setengah mati jika takdir mendadak merubahnya menjadi miskin, lemah, bangkrut, terasing atau ditinggalkan manusia. 

Begitulah tabiat manusia. Padahal, kecintaan kita kepada selain Allah sampai begitu banyak, maka cinta itu pasti akan musnah.

Seharusnya kebutuhan kita akan kebahagiaan duniawi, membuat kita berpikir bahwa Allahlah satu-satunya yang memiliki semua itu. 

Adapun kekhawatiran tentang standar kebutuhan kita, mestinya membuat kita berlindung dan berharap kepada Allah dengan mengamalkan apa-apa yang disukainya. Jadi, kebutuhan pada diri kita itu seharusnya menjadi jalan supaya kita mencintai Allah.

Kamis, 01 November 2018

Iman Kepada Qodha dan Qodar Sebagai Stabilisator Ujian Hidup

Apakah Anda percaya bahwa setiap manusia punya takdirnya masing-masing? Kelahiran, kematian, rezeki, pertemuan, perpisahan, kemenangan, kekalahan, naik dan jatuh, aneka episode hidup kita adalah takdir. Ya, kita setiap hari selalu berjalan dari satu takdir ke takdir yang lain. Kita baru mengetahui itu takdir, ketika peristiwa itu terjadi.

Beberapa manusia yang beriman kepada Allah menerima dengan lapang dada setiap takdir yang terjadi. Tapi, tidak sedikit yang mengalami kegoncangan jiwa yang amat perih ketika menjalani takdir yang telah ditetapkan. lalu bagaimana kita memahmi rukun iman kepada Takdir agar menjadi stabilisator ujian dalam hidup? saya akan berbagi, pelajaran yang saya dapatkan dari Ustadz R. Rosyad.

Iman kepada Qodha dan Qodar (terhadap peristiwa yang baik dan yang buruk) adalah pilar ke 6 dari arkanul IMAN. Diantara fungsi penting iman ke 6 itu adalah menjadi pasak kuat yang mengokohkan 5 pilar keimanan sebelumnya.

Semua peristiwa hidup harus direspon secara baik dengan rukun ke 6 itu. Guncangnya pilar ke 6 bisa membuat guncang pilar-pilar iman lainnya.
 
Jika iman kuat, kokoh tidak terguncang, maka pilar-pilar ISLAM akan lebih mantap dilaksanakan. Dan jika pelaksanaan keislaman dilandasi dengan kepahaman yang terlatih, maka akan tumbuh keyakinan yang membuahkan IHSAN dalam setiap aspek kehidupan.

Kamis, 25 Oktober 2018

Jadi Orang Sholeh sebelum Orang Kaya

Sebuah nasehat yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Apa nasehat itu?

Usahakan menjadi orang sholeh dulu sebelum menjadi orang kaya. Kalaupun kita akhirnya ditakdirkan tidak menjadi orang kaya maka kita tetap didalam keberkahan Allah swt karena kesholehan kita. Jangan bercita-cita menjadi orang kaya dulu baru mau menjadi orang sholeh karena belum tentu kekayaannya tersebut akan membawanya menuju kesholehan.

Sahabat, menjadi kaya mungkin naluri  dasar manusia. Banyak yang berlomba-lomba, bekerja siang dan malam untuk meraihnya. Akan tetapi, kita kadang terlupa. Bahwa dalam upaya meraih menjadi orang kaya itu kita banyak mengabaikan perintah-Nya. Maka nasehat, guru saya ini menjadi pengingat yang berharga. Hendaknya seseorang menjadi orang sholeh dulu sebelum menjadi orang kaya.

Jakarta, 14 Safar 1449 H | @riosaputranew

Rabu, 24 Oktober 2018

Tak Ada Rasa Aman Tanpa Keadilan


Seperti biasa, Abdullah bin Rawahah menunaikan tugasnya. Sahabat Rasulullah shalaullahhu ‘alaihi wassalam yang agung itu, setiap tahunnya pergi ke kampung orang-orang yahudi Bani Quraidhah untuk menghitung taksiran panen kurma.

Sesuai perjanjian, panen itu dibagi dua. Satu bagian untuk kaum muslimin di Madinah, dan setengahnya lagi untuk orang-orang yahudi itu.

Abdullah bin Rawahah terkenal kejeliannya dalam merinci taksiran hasil panen. Dari sana ia bisa membagi dengan sama kurma-kurma itu. Keadilan Abdullah bin Rawahah justru tidak disukai oleh orang-orang yahudi. Maka, suatu hari, mereka berusaha menyuap Abdullah bin Rawahah, agat bisa mendapatkan bagian kurma yg lebih banyak.

Mengetahui hal itu, Abdullah bin Rawahah marah Kepada orang-orang yahudi itu lalu berkata, "Wahai musuh-musuh Allah, kalian hendak menyodorkan makanan yang haram kpdaku ? Padahal demi Allah aku datang dari sisi orang yang paling kucintai (Rasulullah shalaullahhu ‘alaihi wassalam) dan kalian adalah orang-orang yang paling aku benci, lebih besar dari kebencianku terhadap kera dan babi. Tapi kebencianku kepada kalian dan kecintaanku kepada Rasulullah shalaullahhu ‘alaihi wassalam tidak mempengaruhiku untuk tidak berbuat adil terhadap kalian".

Baca juga: Al-Qur'an membawa kebenaran dan Keadilan

Orang-orang yahudi itu terdiam. Bahkan mereka kemudian memuji sikap Abdullah seraya berkata, "Karena perbuatan seperti inilah, maka langit dan bumi menjadi tegak".

Jumat, 12 Oktober 2018

Takdir Allah

Hadirim jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah

Beriman dengan takdir adalah diantara enam rukun iman yang wajib diyakini. Sehingga ilmu berkaitan tentang takdir wajib juga untuk diketahui. Karena jika salah memahaminya, salah juga keyakinan tentangnya. Dan jika salah keyakinan tentang takdir maka imannya juga  bermasalah.

Hal terpenting tentang takdir yang harus diketahui bahwa takdir baik dan buruk, yang rinci, bahkan sangat detail, semuanya ketetapan Allah. Dalam sunan At-Tirmidzi diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, bersabda Rasulullah shalaullahhu ‘alaihi wassalam:

Ù„َا ÙŠُؤْÙ…ِÙ†ُ عَبْدٌ Ø­َتَّÙ‰ ÙŠُؤْÙ…ِÙ†َ بِالْÙ‚َدَرِ Ø®َÙŠْرِÙ‡ِ ÙˆَØ´َرِّÙ‡ِ Ø­َتَّÙ‰ ÙŠَعْÙ„َÙ…َ Ø£َÙ†َّ Ù…َا Ø£َصَابَÙ‡ُ Ù„َÙ…ْ ÙŠَÙƒُÙ†ْ Ù„ِÙŠُØ®ْØ·ِئَÙ‡ُ ÙˆَØ£َÙ†َّ Ù…َا Ø£َØ®ْØ·َØ£َÙ‡ُ Ù„َÙ…ْ ÙŠَÙƒُÙ†ْ Ù„ِÙŠُصِيبَÙ‡ُ

 "Seorang hamba tidak dikatakan beriman sampai dia mengimani tentang takdir baiknya dan takdir buruknya, sehingga dia yakin bahwa apa yang akan menimpanya tidak mungkin akan meleset darinya, dan sesuatu yang tidak ditetapkan atasnya tidak akan mungkin menimpanya."

Rabu, 10 Oktober 2018

Jangan Bersandar Pada Kekuatan Usaha


Sebagai manusia biasanya, tentu sudah menjadi anggapan umum. bahwa manusia senantiasa diperintahkan untuk berusaha semaksimal mungkin dalam mencapai apa yang ia cita-citakan. Ketidakberhasilan sebagian banyak orang adalah salah satunya karena tingkat usaha mereka yang berbeda-beda saat menghadapi situasi yang sama.

Coba Anda perhatikan, secara tersurat kalimat yang memerintahkan kita untuk terus berusaha dan bersandar pada usaha, karena usaha tidak akan pernah menghianati hasil adalah baik. Tetapi, sebagai seorang hamba Allah, kata-kata dan kalimat itu ada yang kurang, coba perhatikan lagi! Dimana letak kekurangannya?

“Bersandar pada kekuatan usaha” di sinilah letak kehati-hatian kita menata hati, untuk menyandarkan pada sesuatu yang lebih kokoh dan abadi. Kita tidak berbicara orang yang kurang usahanya dalam menyelesaikan tantangan hidup yang sedang ia hadapi, tetapi terkadang manusia yang memiliki kekuatan, terlalu menyandarkan diri pada usahanya sendiri. Akibatnya, rasa kebergantungannya kepada Allah menjadi kurang. Akhirnya, ada dua kemungkinan, 
Pertama, seseorang menjadi sombong. 
Kedua,  ia kecewa karena mendapatkan takdir yang tidak sesuai dengan yang ia kehendaki.

Apa ukuran seseorang bersandar pada kekuatan amalnya?

Setengah dari Tanda bahwa seseorang itu bersandar dari pada kekuatan amal usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan terhadap rahmat karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan/ dosa.

Selasa, 09 Oktober 2018

Lima Nasehat Penting

Agama adalah nasehat. Demikian sabda nabi. Kita semua membutuhkan nasehat dalam hidup. kebutuhan kita terhadap nasehat dan ilmu bisa melampaui kebutuhan kita terhadap makan dan minum. Tahukah kamu, siapa saja yang bisa menerima nasehat? Hanya orang-orang yang hatinya hiduplah yang bisa menerima nasehat.

Abul Hasan Asysyadzili pernah berkata, perjalanan kami terdiri di atas lima:

Senin, 08 Oktober 2018

Ketika Karunia adalah Ujian


Karunia adalah dambaan setiap insan. Kemudahan, rezeki, harta, dan aneka karunia (pemberiaan Allah) yang baik-baik adalah sebuah harapan yang senantiasa dinanti. Siapa yang tidak mau mendapatkan karunia seperti itu?

Sekarang coba kita bayangkan, dalam sejarah perjalanan para nabi dan rasul. Bagaimana mereka mensikpai setiap karunia yang Allah berikan? Di tengah-tengah manusia tidak jarang terjadi hal yang sebaliknya, karunia itu berubah menjadi ujian. Demikianlah Al-Qur’an juga mengingatkan bahwa, setiap manusia akan di uji dengan kebaikan dan keburukan.

Menurut ulama, tidak selayaknya kita iri hati dengan derajat yang diperoleh para nabi. Sebab, ketinggian derajat mereka sebanding lurus dengan beratnya cobaan yang mereka hadapi. Cobaan atau bala yang dihadapi para nabi bukan hanya yang berwujud penderitaan, tapi juga berupa karunia kenikmatan. Dan, mereka, para nabi itu, sangatlah layak memperoleh derajat tinggi di sisi Allah karena keteguhan mereka dalam menghadapi setiap ujian dari Allah.

Minggu, 30 September 2018

Palu-Donggala Airmata Kita


Bencana kembali menghenyak. Bukan satu, bukan dua. Ada beberapa tempat yang sedang menghadapi musibah dari gempa disusul tsunami, bencana seakan belum mau berhenti.

Kita turut berduka atas musibah gempa dan tsunami yang terjadi tanggal 28 September 2018 di Palu- Donggala.


Saudaraku, setiap bencana yang hadir memberikan kita peluang untuk beramal sholeh dan semakin mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta Alloh Subhanahu wata'ala.

Hartamu yang hakiki adalah harta yang engkau sedakahkan.


Dengan mengharap ridho اَللّÙ‡ُ Mengajak bapak/ibu/saudara berpartisipasi dalam membantu saudara kita yang sedang mendapat musibah GEMPA DAN TSUNAMI PALU DAN SEKITARNYA dengan tetap membawa misi dakwah pengobatan Islam, untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejehteraan masyarakat melalui Islamic Medicine

Bersama Divisi Sosial IIMF dan Relawan IIMF akan mengirimkan bantuan ke lokasi GEMPA DAN TSUNAMI PALU.

Kami menerima donasi dalam bentuk dana maupun barang

Konfirmasi CP
Suster Windy 089681226250

Mohon menambahkan nominal transfer dengan angka 28 dibelakangnya.

Contoh : Hamba Allah Rp 1.000.028,-

BNI SYARIAH Norek 6666 212 212
(No kode bank 009)

AN YAYASAN PENGEMBANGAN PENGOBATAN ISLAM INTERNASIONAL

Semoga Allah membalas kebaikan Bapak/ Ibu/ Saudara semua dengan  balasan kebaikan yang lebih baik lagi. Aaamin.

Jakarta, 17 Muharram 1440